10 research outputs found

    MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI AJAR HUKUM NEWTON

    Get PDF
    Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran penggunaan model Creative Problem Solving(CPS) dalam pembelajaran konsep Hukum Newton untuk meningkatkan penguasaan konsep. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain “The randomized Pretest-Posttest control group design yang dilaksanakan di kelas X salah satu SMA di Indramayu pada tahun pelajaran 2011/2012.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes awal dan tes akhir untuk mengukur kenaikan penguasaan konsep siswa. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh rata-rata N-gain penguasaan konsep 50% untuk kelas eksperimen dan 13% untuk kelas kontrol. N-gain penguasaan konsep tertinggi kelas eksperimen sebesar 71% terjadi pada ranah pemahaman dan terendah sebesar 33% pada ranah pengetahuan. Hasil uji hipotesis menggunakan uji t dua sampel independen dengan SPSS 16 menunjukkan bahwa peningkatan penguasaan konsep yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran CPS lebih tinggi dibandingkan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran CPS secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep dibandingkan dengan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.Kata Kunci: model pembelajaran creative problem solving, penguasaan konsep Hukum NewtonABSTRACT: Research Has Been Carried Out Which Aims To Obtain An Overview Of The Use Of Creative Problem Solving (Cps) Models In Learning Newton's Concept Of Law To Improve Mastery Of Concepts. The research method used was a quasi-experimental design "The randomized pretest-posttest control group design. This research carried out in class X one of the high schools in Indramayu in the 2011/2012 school year. The subject of this research is students who are divided into control and experimental classes. The control class will be treated in the form of a conventional learning model while the experimental class is a CPS learning model. Data collection was carried out using initial tests (pretest) and final tests (posttest) to measure the increase in students' mastery of concepts. Based on the results of data analysis, the average mastery of concept N-gain was 50% for the experimental class and 13% for the control class. The highest N-gain of mastery concept in experimental class at 71 % occurs in the realm of understanding and the lowest at 33% occurs in the realm of knowledge. The results of hypothesis testing using two independent samples t-test with SPSS 16 showed that students in the experimental class had significantly improved mastery of concepts compared to the control class. This isindicated by the value of tcount> tTable so that H1 is accepted and H0 is rejected. Therefore it was concluded that learning with the CPS learning model can significantly improve mastery of concepts compared to learning with conventional learning models.Keywords: creative problem solving, mastering the concept of Newton's Law

    MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA PEMECAHAN MASALAH SISWA

    Get PDF
    Penelitian dilakukan  bertujuan untuk memperoleh gambaran penggunaan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dalam pembelajaran konsep Hukum Newton untuk meningkatkan Performa Pemecahan Masalah siswa SMA serta untuk memperoleh gambaran tanggapan siswa terhadap model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS).  Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu  dengan desain “The randomized Pretest-Posttest control group design” yang dilaksanakan di kelas X salah satu SMA di Indramayu pada tahun pelajaran 2011/2012. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes awal dan tes akhir untuk   performa pemecahan masalah, lembar observasi untuk keterlaksanaan model dan angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran CPS. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh rata-rata N-gain performa pemecahan masalah 42%  untuk kelas eksperimen dan 7% untuk kelas kontrol. N-gain performa pemecahan masalah  tertinggi kelas eksperimen sebesar  54%  terjadi pada katagori ide pemecahan masalah  dan terendah sebesar 22%  pada katagori hasil.  Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran CPS ini pada umumnya positif. Hasil uji hipotesis menggunakan uji t dua sampel independen dengan SPSS 16 menunjukkan peningkatan performa pemecahan masalah  siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran CPS lebih tinggi dibandingkan  siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Disimpulkan bahwa model pembelajaran CPS secara signifikan dapat lebih meningkatkan performa pemecahan masalah siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.Kata kunci: model pembelajaran creative problem solving, performa pemecahan masalah, hukum newton  ABSTRACT: Creative Problem Solving (CPS) toImprove Problem Splving Performance . The research was conducted to obtain an overview of the use of Creative Problem Solving (CPS) models to improve the problem solving performance. The research method used was a quasi-experiment with "The randomized pretest-posttest control group design". Subject of this research are student in tenth grade at one of high schools in indramayu district. This research took place  in the 2011/2012 school year and involves two randomly selected classes that received CPS and conventional treatment for each. Data collection was carried out using pretest and posttest for problem solving performance. Based on analysis N-gain formula, the average N-gain problem solving performance was 42% for the experimental and 7% for the control. Furthermore hypothesis test using two independent samples t test with SPSS 16 showed that thitung > tTabel , H0 is rejected and H1 is given. This prove that CPS is able to increase problem solving performance comparison of conventional.Keywords:  creative problem solving, problem solving performance , newton’s law 

    PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK MELALUI APLIKASI DAN PLATFORM WEB: KAJIAN LITERATUR TERHADAP PENGEMBANGAN KETERAMPILAN HOLISTIK SISWA

    Get PDF
    Pendekatan yang menonjol adalah pembelajaran berbasis proyek yang memanfaatkan aplikasi dan platform web untuk memberikan pengalaman pembelajaran yang mendalam dan interaktif. Artikel ini mengkaji dampak dari implementasi pembelajaran berbasis proyek dengan teknologi pendidikan pada pengembangan keterampilan holistik siswa, termasuk keterampilan sosial, kreativitas, pemecahan masalah, dan kemampuan berpikir kritis. Dengan melihat proyek "Planet Guardian" sebagai studi kasus, penelitian ini mengungkap bagaimana siswa terlibat dalam proyek berbasis lingkungan yang melibatkan penelitian, kolaborasi daring, dan pengembangan solusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proyek semacam itu dapat memengaruhi perkembangan keterampilan holistik siswa secara positif. Keterampilan sosial ditingkatkan melalui kerja tim dan komunikasi daring, sementara kreativitas diperangsang melalui pemecahan masalah dalam konteks dunia nyata. Pembelajaran berbasis proyek dengan teknologi pendidikan juga membantu siswa dalam pengembangan kemampuan berpikir kritis melalui evaluasi proyek dan umpan balik dari rekan-rekan mereka. Dalam dunia yang terus berubah, keterampilan holistik seperti ini semakin penting untuk kesuksesan siswa di sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tantangan yang dihadapi dalam mengintegrasikan teknologi pendidikan dengan pembelajaran berbasis proyek adalah pengembangan pedoman terbaik dan strategi pendidikan yang efektif. Guru dan lembaga pendidikan perlu terus berinovasi dalam merancang proyek-proyek yang relevan dan mendukung pengembangan keterampilan holistik siswa. Artikel ini menggarisbawahi pentingnya upaya ini dan kontribusi penting pembelajaran berbasis proyek dengan teknologi pendidikan dalam membentuk pembelajar yang siap menghadapi masa depan

    Analisis pemanfaatan e-learning madrasah: studi kasus di kabupaten Indramayu

    Get PDF
    E-learning madrasah is a learning media that aims to facilitate learning activities in order to get good learning outputs during the covid-19 pandemic. The results of a preliminary study conductedon all MTs Negeri in indramayu districts during covid-19 showed that there were still many teachers who had not yet utilized this learning media in the learning they have done and the output of learning outcomes had decreased. This decrease can be seen from the average repetition of 54 from the Minimum Completeness Criteria (MCC) which is set at 76. This study aims to explain the supporting and inhibiting factors experienced by students and teachers in learning science using madrasa e-learning during the covid-19 pandemic. The research method used in this study is a qualitative method with a case study type. This research was conducted on science learning at the madrasah tsanawiyah level in Indramayu districts. Respondents involved in this study were 458 class VIII students and five madrasah tsanawiyah teachers who were selected using two sampling techniques, namely cluster random sampling and purposive sampling. The supporting instruments in this study were observation sheets and interview sheets. Observation sheets were used to collect data related to the use of e-learning madrasah in science learning. Meanwhile, the interview sheets were used to obtain information about respondents' experiences in using e-learning madrasah and to digest information about the observed phenomena. The results showed that the use of e-learning madrasah in science learning had inhibiting and supporting factors including IT (Information and Technology) capabilities, adequate equipment, learning methods and modes, characteristics of teaching materials, network availability, parental support, and training on the use of e-learning madrasah for students. These seven things act as supporting factors and inhibiting factors that support the characteristics of each school

    Pemanfaatan Teknologi Artificial Intelligence (AI) Dalam Menghadapi Tantangan Mengajar Guru di Era Digital

    Get PDF
    This article aims to review the use of Artificial Intelligence (AI) technology in dealing with teachers' teaching challenges in the digital era. The digital age has rapidly changed the educational landscape, affecting the roles and tasks of teachers. They are faced with new challenges, such as managing an abundance of information, adapting teaching styles to individual needs, and providing effective feedback to students. In the face of these challenges, AI technology offers significant potential. This article will outline several ways in which AI technology can be utilized in the context of education. First, AI can assist teachers in managing data and information by using advanced algorithms to analyze and interpret student data. Second, AI technology can support the personalization of learning. Third, AI can be used to provide effective feedback to students. However, there are some challenges that may arise in the utilization of AI technology in the context of education. One of them is the concern about student data privacy and security. In addition, it is also important to consider that AI technology cannot completely replace the role of teachers, but only serves as a powerful tool. In conclusion, the utilization of AI technology can provide significant benefits for teachers in facing challenges in the digital era. By utilizing AI, teachers can manage data more efficiently, provide personalized learning, and provide effective feedback to students. However, it is important to keep in mind the limitations and challenges associated with the use of AI technology in education

    PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA PADA SISWA SMP

    Get PDF
    Dalam KTSP diungkapkan bawa tujuan pembelajaran IP A pada jenjang SMP/MTS salah satunya adalah mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, Artinya pemahaman terbadap konsep dan prinsip IP A merupakan syarat penting keberbasilan dari pembelajaran IP A di jenjang SMP/MTS. Berdasarkan basil studi pendahuluan didapatkan bahwa siswa salah satu SMP di kota Bandung masih belum memahami konsep-konsep fisika yang telah diajarkan. Dengan adanya permasalahan tersebut peneliti menerapkan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan pemahaman konsep fisika. Model pembelajaran generatif digunakan karena model ini menekankan agar siswa aktif dalam mengkonstruksi konsep-konsep yang diterima dalam pembelajaran, sebingga siswa lebih memahami konsep-konsep tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakab penerapan model pembelajaran generatif dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika pada siswa SMP. Penelitian ini menggunakan desain penelitian time series design dengan sampel eksperimen adalah kelas VII-J pada salah satu SMP negeri di kota Bandung. Berdasarkan basil analisis terbadap basil penelitian didapat bahwa model pembelajaran generatif dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika. Hal ini dapat dilihat dari skor gain setiap seri, skor gain seri I mecapai 0,33, skor gain seri II mencapai 0,37, dan skor gain seri III mencapai 0,44

    PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA PADA SISWA SMP

    Get PDF
    Dalam KTSP diungkapkan bawa tujuan pembelajaran IP A pada jenjang SMP/MTS salah satunya adalah mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, Artinya pemahaman terbadap konsep dan prinsip IP A merupakan syarat penting keberbasilan dari pembelajaran IP A di jenjang SMP/MTS. Berdasarkan basil studi pendahuluan didapatkan bahwa siswa salah satu SMP di kota Bandung masih belum memahami konsep-konsep fisika yang telah diajarkan. Dengan adanya permasalahan tersebut peneliti menerapkan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan pemahaman konsep fisika. Model pembelajaran generatif digunakan karena model ini menekankan agar siswa aktif dalam mengkonstruksi konsep-konsep yang diterima dalam pembelajaran, sebingga siswa lebih memahami konsep-konsep tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakab penerapan model pembelajaran generatif dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika pada siswa SMP. Penelitian ini menggunakan desain penelitian time series design dengan sampel eksperimen adalah kelas VII-J pada salah satu SMP negeri di kota Bandung. Berdasarkan basil analisis terbadap basil penelitian didapat bahwa model pembelajaran generatif dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika. Hal ini dapat dilihat dari skor gain setiap seri, skor gain seri I mecapai 0,33, skor gain seri II mencapai 0,37, dan skor gain seri III mencapai 0,4

    MENGAJARKAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI DI KELAS

    No full text
    ABSTRAK Keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) adalah keterampilan abad 21 yang meliputi berpikir kritis, reflektif, logis, metakonisi, dan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah baru (King et al., 2012). Keterampilan ini juga mencakup kemampuan dalam taksonomi Bloom yang meliputi kemmpuan analisis, sintesis, dan evaluasi. Skill ini penting karena era industri 4.0 menuntut setiap pelaku industri memiliki HOTS. Dalam kurikulum nasional pembelajaran bertujuan untuk membekali peserta didik dengan berbagai kemampuan antara lain kreatif, kritis, kolaboratif, komunikatif, dan mampu menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah. Pentingnya HOTS dalam menghadapi tantangan zaman menjadi dasar mengangkat isu ini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif melalui studi literatur untuk menjawab beberapa permasalahan diantaranya: Apa yang dimaksud dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi? Mengapa keterampilan berpikir tingkat tinggi harus dilatih dalam pembelajaran? Bagaimana cara melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran? Hasil penelitian menunjukkan bahwa HOTS merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dilatihkan dalam pembelajaran karena merupakan amanat kurikulum nasional dan juga menjalankan fungsi pendidikan sebagai upaya mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan abad ini. Selain itu, pengembangan pembelajaran HOTS harus memperhatikan beberapa hal antara lain: model dan pendekatan yang digunakan, kegiatan pembelajaran yang dilakukan, permasalahan yang disajikan, dan kompetensi yang diajarkan dan dinilai.Kata kunci:  pembelajaran sains, HOTS, higher-order thinking skills  ABSTRACT Teaching Higher Order Skills In The Classroom. Higher-order thinking skills (HOTS) are one of the skills that must be mastered in the 21st century. These skills include critical thinking, reflective thinking, logical thinking, metacognition, and creative thinking in solving a new problem (King et al., 2012). These skills also include abilities in bloom’s taxonomy which includes the top three levels of taxonomy analysis, synthesis, and evaluation. This skill is important because industry era 4.0 requires every industry player to have HOTS. On the other hand, learning is a process carried out to prepare humans to face the challenges of the century. In the National Curriculum, science learning has the aim of equipping students with a variety of abilities including creative, critical, collaborative, communicative, and able to use knowledge to solve problems. The importance of higher-order thinking skills in facing the challenges of the times is the basis for raising this issue. This study uses descriptive qualitative methods through literature studies to answer several problems including What are higher-order thinking skills? Why should higher-order thinking skills be trained in learning? How to train higher-order thinking skills in learning? The results of this study show that HOTS is a very important skill to be trained in learning. This is because it is the mandate of the national curriculum and also a function of education as an effort to prepare students to face the challenges of this century. In addition, the development of HOTS learning must pay attention to several things including the models and approaches used, the learning activities carried out, the problems presented, and the competencies taught and assessed. Keywords: learning sains, HOTS, higher-order thinking skill

    Efektifitas Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik SMA Pada Era Pembelajaran Tatap Muka Terbatas

    No full text
    ABSTRAK Pembelajaran fisika memiliki peran untuk melatih keterampilan peserta didik guna menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi berdasarkan observasi di salah satu SMA di Indramayu ternyata pembelajaran lebih bersipat teacher-oriented dan tidak pernah melibatkan permasalahan kontekstual, selain itu rata-rata hasil belajar peserta didik hanya mencapai nilai 57 jauh dibawah Kriteria Kteuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu sebesar 67. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas penerapan pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pada pokok bahasan Usaha dan Energi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan control group pre-test – post-test design menggunakan teknik rotasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan skor hasil belajar peserta didik yang ditunjukkan dengan N-Gain pada kelas yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah lebih besar dari kelas yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Rata-rata N-gain kelas eksperimen mencapai 0,71 dengan kategori tinggi jauh di atas kelas control yang hanya memiliki rata-rata sebesar 0,63 dengan kategori rendah. Perbedaan ini juga secara signifikan dibuktikan melalui uji hipotesis non parametrik pada taraf signifikansi 0.05. Jadi dapat disimpulkan  penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasan usaha dan energi lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Kata kunci:  pembelajaran berbasis masalah, hasil belajar, pembelajaran tatap muka terbatas  ABSTRACT Physics learning has a role to train students' skills to solve problems of everyday life. However, based on learning observations that have been carried out at one high school in the city of Indramayu, data have been obtained that physics learning is still student-centred and never involves contextual problems, besides that the average student learning outcome only reaches a value of 57, far below the minimum completeness criteria set, which is 67. The purpose of this study is to determine the effectiveness of the application of problem-based learning in improving student learning outcomes on the subject of Effort and Energy compared to conventional learning. The research method used is a quasi-experimental with a control group pre-test – post-test design using a rotation technique. The results of the analysis showed that the increase in student learning outcomes scores indicated by N-Gain in the class that received problem-based learning was greater than the class that received conventional learning. The average N-gain of the experimental class reached 0.71 with a high category, far above the control class which only had an average of 0.63 in the middle category. This difference was also significantly proven through non-parametric hypothesis testing at a significance level of 0.05. So it can be concluded that the application of problem-based learning models on the subject of Business and Energy is more effective in improving student learning outcomes compared to conventional learning. Keywords: problem-based learning, learning outcomes, limited face to face learnin

    PENGARUH METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA DI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NU KAPLONGAN KECAMATAN KARANGAMPEL KABUPATEN INDRAMAYU

    No full text
    ABSTRAK Pentingnya pendidikan bukan satu hal yang diragukan lagi diseluruh dunia khususnya di Indonesia. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT., dalam Al Qur’an surah Al-Mujadilah Ayat 11. Pendidikan adalah salah satu sektor yang memiliki kedudukan yang sangat penting, selain itu pendidikan saat ini sedang mengalami perubahan yang sangat pesat. Sesuai dengan Pasal 1 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Darmaningtyas, 2004: 235).Proses pendidikan bertujuan untuk merubah tingkah laku dan sikap siswa dengan tujuan kognitif, afektif dan psikomotor.Proses ini merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan. Pada sistem pendidikan yang hanya mengembangkan salah satu ranah yaitu kognitif, afektif, atau bahkan rana psikomotor saja tidak akan dapat menghasilkan lulusan yang professional. Dengan tingginya ranah kognitif dan psikomotorik seseorang tanpa dibekali dengan rana afektif (sikap) maka siswa tidak akan mampu memanfaatkan kemampuannya dengan optimal. Ketiga aspek tersebut saling berkaitan antara satu sama lainnya. Penelitisn ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan bentuk quasi eksperimen ( quasi experimental ). Desain ini mempunyai kelompok control tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabelvariabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (sugiyono, 2013:116). Hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen terbimbing didapat dari data pretest dan posttest yang terdiri dari 15 item soal yang berbentuk pilihan ganda dengan jumlah siswa 36 siswa. Dalam penelitian ini penulis mengambil dari dua kelas yang dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol, pada kelas ekperimen diberi perlakuan berupa metode pembelajaran eksperimen terbimbing.Kata kunci : Pendidikan, kognitif, afektif, psikomotor, quasi eksperimen, professional.ABSTRACT The Effect Of Guided Experimental Learning Methods On Students' Learning Outcomes On Simple Aircraft Materials In Class VIII Of The First Middle School (SMP) NU Kaplongan Karangampel District Indramayu Regency. The importance of education is not one thing that is not in doubt throughout the world, especially in Indonesia. This is in line with the word of Allah SWT, in the Qur'an Surah AlMujadilah Verse 11. Education is one sector that has a very important position, besides that education is currently undergoing very rapid changes. In accordance with Article 1 of the Republic of Indonesia Law Number 20 of 2003 concerning the National Education System (Sisdiknas), education is a conscious and planned effort to create a learning atmosphere and learning process so that students actively develop their potential to have the power of self-control, self-control, personality, intelligence, noble character, and skills needed by himself, society, nation and state (Darmaningtyas, 2004: 235). The educational process aims to change the behavior and attitudes of students with cognitive, affective and psychomotor goals. This process is a very important component. important in the education system. In an education system that only develops one domain, namely cognitive, affective, or even psychomotor shutters, it will not produce professional graduates. With a person's cognitive and psychomotor domains without being equipped with affective (attitude) then they will not be able to utilize their abilities optimally. These three aspects are interrelated with each other. This researcher uses an experimental research method in the form of a quasi-experimental (quasi-experimental). This design has group control but does not fully function to control external variables that affect the implementation of the experiment (Sugiyono, 2013: 116). Student learning outcomes using the guided experimental learning method were obtained from pretest and posttest data consisting of 15 items in the form of multiple choice questions with a total of 36 students. In this study, the authors took from two classes that were used as the experimental class and the control class, the experimental class was treated in the form of a guided experimental learning method.Keywords: Education, cognitive, affective, psychomotor, quasi-experimental, professional
    corecore