3 research outputs found

    PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HOTS PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

    Get PDF
    The development of higher level thinking skills in students is needed to improve the quality of education in this 21st century. This study aims to determine the process of assessment instruments, the quality of the assessment instruments, and to determine the students high- level thinking skills which are known from the results of working on HOTS-based assessment instruments on economic subjects. The subjects in this study were the 11th Grade at SMA Negeri 1 Sooko, totaling 141 students. This type of research uses research and development methods and uses a model adopted from Sugiyono where there are 7 out of 10 steps used, including finding Potentials and Problems, collecting information, designing products, validating designs, revising designs, testing products, and revising products. The results of the item validity test resulted in 19 valid items and 1 invalid item as evidenced by looking at r count r table. R table of 134 respondents and 20 questions totaled 0.1427. The reliability test shows that the total average score of 0.425 is in the "sufficient" category (reliable) because at the interval 0.400 - 0.599. Analysis of the level of difficulty shows that the total average score of 0.269 is in the "difficult" category because it is in the 0.21-30 interval. The average score of the analysis of distinguishing power was 0.268 with the "sufficient" category because at the interval 0.20 Dp 0.40, and the analysis of the average measurement of high-order thinking skills of 28 was in the "lacking" category. Therefore, it is concluded that the high-level thinking skills of 11th grade SMA Negeri 1 Sooko fall into the category of "lacking"

    IDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR STRUKTUR RUANG KOTA YOGYAKARTA YANG MENDUKUNG FUNGSI PASAR TRADISIONAL BERINGHARJO

    Get PDF
    Abstract: Yogyakarta has several traditional markets, one of which is Beringharjo. This market has been long established in conjunction with the construction of the Sultan Palace and became the economic center in the city of Yogyakarta. Beringharjo located on Jenderal Ahmad Yani street which is the trade area. The purpose of this study is to investigate and understand the elements of the spatial structure of Yogyakarta which support functions as well as to understand and decipher the links between these elements in creating an environment that supports the function of Beringharjo market. Object of observation is a function of the mass and shape of the building is to be around Beringharjo, pedestrian and vehicle lanes to be around Beringharjo Traditional Market, and the types of public transportation are located around Beringharjo Traditional Market. The method used is the observation, and literature. Figure ground theory is used to analyze the function and mass building around Beringharjo. Linkage theory is used to classify characters based on the function and activity, whereas the comparison between theory building height and street width to analyze the convenience of road space for pedestrians. The results of this study are character functions and activities along Jendral Ahmad Yani street can be divided into three segments, that is opening, core and cover. Based on the distribution of the three segments, figure ground analysis that shows the shape and composition of mass transportation lines shows that the public transportation network, namely the Trans Jogja stop there on the third segment. The existence of Trans Jogja buses as public transportation support functions and activities that take place on Jendral Ahmad Yani street, who also supports the sustainability of activities in Beringharjo. Keywords: market, function, form, pedestrian, vehicle, transportationAbstrak: Kota Yogyakarta memiliki beberapa pasar tradisional, salah satunya adalah Pasar Beringharjo. Kegiatan di pasar ini sudah berlangsung tak lama setelah pembangunan Keraton Yogyakarta.Pasar Beringharjo terletak di Jalan Jendral Ahmad Yani yang merupakan kawasan perdagangan. Dalam perkembangan selanjutnya, pasar ini menjadi pusat perekonomian di Kota Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami unsur-unsur struktur ruang Kota Yogyakarta yang mendukung fungsi Pasar Beringharjo serta untuk memahami dan menguraikan keterkaitan antara unsur-unsur tersebut dalam menciptakan lingkungan Kota Yogyakarta yang mendukung fungsi Pasar Beringharjo. Obyek pengamatan adalah fungsi dan bentuk massa bangunan yang berada di sekitar Pasar Beringharjo, jalur pedestrian dan kendaraan yang berada di sekitar Pasar Tradisional Beringharjo, dan jenis sarana transportasi umum yang terletak di sekitar Pasar Tradisional Beringharjo. Metode yang digunakan adalah pengamatan dan studi pustaka. Figure ground theory digunakan untuk menganalisis fungsi dan bentuk massa bangunan di sekitar Pasar Beringharjo. Linkage theory digunakan untuk mengelompokkan karakter berdasarkan fungsi dan aktivitas, sedangkan teori perbandingan antara tinggi bangunan dan lebar jalan untuk menganalisis kenyamanan ruang jalan bagi pedestrian. Hasil dari penelitian ini adalah karakter fungsi dan aktivitas di sepanjang Jalan Jenderal Ahmad Yani dapat dibagi dalam tiga segmen, yaitu segmen pembuka, inti dan penutup. Berdasarkan pembagian ketiga segmen tersebut, analisis figure ground yang menunjukkan bentuk gubahan massa dan jalur transportasi memperlihatkan bahwa jaringan alat transportasi umum, yaitu Halte Trans Jogja terdapat pada ketiga segmen tersebut. Adanya bus Trans Jogja sebagai alat transportasi umum mendukung fungsi dan kegiatan yang berlangsung di Jalan Jenderal Ahmad Yani, yang juga mendukung keberlangsungan kegiatan di Pasar Beringharjo.Kata kunci: pasar, fungsi, bentuk, pedestrian, kendaraan, transportas

    PROSIDING SEMINAR NASIONAL : "STONE, STEEL AND STRAW"

    Get PDF
    Arkeoloog menemukan runtuhan dinding neolitik di Yeriko, Tepi Barat, yang diperkirakan dibangun 7.000 tahun S.M. Sejauh ini, dinding itu dianggap sebagai bangunan pertama. Jika nenek moyang manusia modern mulai hadir 200.000 tahun lalu, maka kita hanya dapat membayangkan bahwa hingga 7.000 tahun S.M. nenek moyang kita mungkin tinggal di gua-gua atau pepohonan yang dirangkai. “Arsitek” pertama, barangkali, adalah Imhotep yang merancang Piramida Bertingkat di Saqqara (makam Raja Zoser) 2.639 tahun S.M. Dalam kurun 9.000 tahun, arsitek dan arsitektur telah melibatkan perkembangan dan pemakaian bahan bangunan yang lebih beragam. Batu (stone) masih tetap dipakai. Bahan-bahan alami organik seperti jerami (straw) juga masih banyak dipakai. Baja (steel) mewakili bahan bangunan modern yang berkembang pesat sejak revolusi industri. Saat ini, 2013, kita menyaksikan perkembangan amat pesat bahan-bahan bangunan dalam beberapa tahun terakhir. Ini sejalan dengan perkembangan pesat di dunia kalkulasi digital yang mendorong ditemukannya zat-zat baru. Bahan berteknologi nano, bahan “anti-gravitasi”, dinding hologram, selubung bangunan penuai energi, hanyalah sedikit contoh dari bahan-bahan yang akan mewarnai arsitektur di masa depan. Seminar SCAN#4 bertema “STONE, STEEL and STRAW” yang menjadi salah satu tema dari 10 tema yang telah disiapkan dari SCAN#1 hingga SCAN#10 (tahun 2020). Kali ini kita berkumpul untuk memumpunkan perhatian kita pada bahan bangunan dan membahasnya sesuai dengan latar belakang kita masing-masing, mulai dari sisi budaya, psikologi, rekayasa hingga ekonomi. Kita dapat belajar dari masa lalu dan menggagas masa depan demi keberlanjutan budaya, arsitektur dan lingkungan (Sustainable Culture, Architecture and Nature). Namun, jika pada tahun 0 Masehi bumi baru dihuni sekitar 250 juta manusia dan saat ini telah menjadi 7.000 juta (7 milyar) manusia maka kita, arsitek, perlu waspada bahwa bumi yang tak bertambah luas ini sedang menghadapi kesulitan besar. Semoga, di seminar SCAN#4 ini kita dapat melihat gagasan-gagasan baru tentang bahan-bahan bangunan di masa depan yang mendukung Sustainable Culture, Architecture and Nature demi bumi yang nyaman dan sejahtera bagi seluruh makhluk penghuninya
    corecore