50 research outputs found
PENGGUNAAN PASIR LAUT SANANA UNTUK CAMPURAN ASPAL CONCRETE
Pasir laut merupakan sumber daya alam dengan deposit cukup besar yang terdapat di Maluku Utara. Pasir laut diketahui paling banyak mengandung kalsium, hal ini karena bahan pembentuk utama yang menyusun pasir laut adalah serpiahan cangkang karang laut, sedangkan bahan utama pembentuk cangkang karang laut kalsium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pasir laut sebagai bahan subsitusi agregat halus dalam campuran aspal beton AC-WC. Penelitian ini dilaksanakan dilaboratorium dengan melakukan pengujian untuk mengetahui karakteristik marshall yang meliputi stabilitas marshall, flow, VIM, VMA dan marshall quotient. Digunakan pasir laut dengan variasi 0% dan 5% dengan jumlah sampel sebanyak 30. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah semakin banyak pasir laut semakin rendah nilai stabilitas dan semakin menurun nilai flow, namun kadar aspal yang berlebihan juga dapat mengakibatkan penurunan nilai stabilitas. Dari hasil pengujian marshall dengan menggunakan pasir laut didapat nilai stabilitas tertinggi 3136,91 kg pada campuran pasir laut 5% dikadar aspal 6%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai stabilitas memenuhi dan berdasarkan spesifikasi sifat- sifat campuran aspal beton yang terdapat dalam spesifikasi Bina Marga 2010
PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH POLYETHYLENE TEREPHTHALATE TERHADAP CAMPURAN ASPAL CONCRETE BINDER COURSE
Abstrak Penggunaan plastik sebagai kemasan makanan dan minuman hingga saat ini belum tergantikan, dampaknya keberadaan limbah plastik semakin meningkat. Unsur penyusun utama plastik adalah karbon dan hydrogen hal ini identik dengan unsur penyusun utama dari aspal. Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor aspal, 50% kebutuhan aspal dalam negeri dipenuhi dengan mengimpor dari luar negeri. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah plastik dan mengurangi impor aspal adalah penggunaan limbah plastik sebagai campuran aspal beton untuk mengurangi penggunaan aspal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan limbah plastik jenis PET pada campuran aspal AC-BC. Limbah PET dibuat dalam bentuk serat yang ditambahkan dalam campuran aspal dengan komposisi 0.3% dan 0.6% yang dibanding dengan campuran aspal tanpa PET. Penambahan serat PET dalam campuran aspal menunjukkan bahwa stabilitas aspala semakin meningkat dengan bertambahnya persentase serat PET dalam campuran aspal, nilai flow menjadi lebih kecil hal ini mengindikasikan bahwa campuran aspal cenderung lebih kaku, nilai MQ juga menjadi lebih besar. Kata kunci: Aspal, plastik, limbah, marshall, PET Abstract he use of plastic as food and beverage packaging has not been replaced until now, the impact of the existence of plastic waste is increasing. The main constituent elements of plastic are carbon and hydrogen, which are identical to the main constituent elements of asphalt. Indonesia is one of the asphalt importing countries, 50% of domestic asphalt needs are met by importing from other countries. One solution that can be done to reduce plastic waste and reduce asphalt imports is the use of plastic waste as a mixture of asphalt-concrete to reduce the use of asphalt. This study aims to analyze the effect of the use of PET type plastic waste on the AC-BC asphalt mixture. PET waste is made in the form of fiber which is added to the asphalt mixture with a composition of 0.3% and 0.6% compared to the asphalt mixture without PET. The addition of PET fibers in the asphalt mixture indicates that the asphalt stability increases with the increase in the percentage of PET fibers in the asphalt mixture, the flow value becomes smaller, this indicates that the asphalt mixture tends to be stiffer, the MQ value also becomes larger. Keywords: Asphalt, plastic, waste, marshall, PE
EFEK PERKUATAN GLASS FIBER REINFORCE POLYMER-SHEET PADA BALOK BETON BERTULANG DENGAN TULANGAN KOROSI
Abstrak Artikel ini menyajikan tentang balok beton bertulang yang tulangannya telah korosi kemudian diberi perkuatan ekternal berupa serat glass tipe lembaran atau Glass Fiber reinforced Polymer-Sheet (GFRP-S). Pada studi ini variabel berdasarkan variasi tingkat korosi pada tulangan. Lima macam benda uji yang digunakan berbentuk balok dengan dimensi 15x20 cm panjang 160 cm. Tulangan utama yang digunakan besi f12 dan tulangan sengkang f8-100. Mutu beton digunakan 25 MPa. Balok beton bertulangan normal tanpa perkuatan sebagai balok kontrol (BN), balok beton bertulangan normal dengan perkuatan GFRP-S (BP), balok beton bertulangan korosi dengan perkuatan GFRP-S (BPK), variasi waktu pengkorosian tulangan selama 2 minggu (BPK2), 4 minggu (BPK4) dan 6 minggu (BPK6) dengan metode perendaman pada larutan asam sulfat 2,0%. Balok diperkuat GFRP-S pada daerah Tarik di bagian bawah balok. Pengujian lentur dengan twopoint load. Hasil penelitian menunjukkan bahwa balok beton bertulang yang diperkuat dengan GFRP-S mempunyai kapasitas lebih besar dibandingkan dengan balok normal sebesar 12,07%. Balok beton bertulang dengan tulangan tingkat korosi lebih besar (pengkorosian 6 minggu) cenderung menurunkan kapasitas balok namun kapasitasnya masih lebih besar dari balok normal sebesar 1,38%. Kata kunci: balok beton, tulangan korosi, asam sulfat, GFRP-S Abstract This article presents about reinforced concrete beams whose reinforcement has been corroded and then externally reinforced in the form of sheet type glass fiber or Glass Fiber Reinfroced Polymer-Sheet (GFRP-S). In this study, the variables are based on variations in the level of corrosion on the reinforcement. Five kinds of test objects used in the form of blocks with dimensions of 15x20 cm and length of 160 cm. The main reinforcement used is f12 and f8-100 stirrup reinforcement. The quality of the concrete used is 25 MPa. Normal reinforced concrete beams without reinforcement as control beams (BN), normal reinforced concrete beams with GFRP-S reinforcement (BP), corrosion reinforced concrete beams with GFRP-S reinforcement (BPK), variations in reinforcement corrosion time for 2 weeks (BPK2), 4 weeks (BPK4)and 6 weeks (BPK6) by immersion method in 2.0% sulfuric acid solution. The beam is reinforced with GFRP-S in the Tensile region at the bottom of the beam. Flexural test with two point load. The results showed that reinforced concrete beams reinforced with GFRP-S had a larger capacity than normal beams by 12.70%. Reinforced concrete beams with reinforcement with a higher corrosion rate (6 weeks corrosion) tend to reduce the capacity of the beam but its capacity is still larger than normal beams by 1.38%. Keywords: concrete beam, corrosion reinforcement, sulfuric acid, GFRP-S
Aplikasi Metode Importancae Performance Analysis Dalan Analisa Tingkat Pelayanan Mode Speedboat
Speedboat merupakan salah satu moda yang mengbungkan pusat kota Ternate dengan pusat kota Tidore Kepulauan. Meningkatnya pelaku perjalanan menggunakan moda ini menuntut perlunya perhatian terhadap aspek Kenyamanan dan keselamatan pengguna moda. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa moda speedboat beraktivitas pada siang maupun malam hari, pada berbagai cuaca dan mengangkut bukan hanya manusia namun juga barang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pelayanan speedboat menurut penilain pengguna moda menggunakan metode analisis Importance Performance Analysis (IPA). IPA digunakan untuk memetakan hubungan antara importance (kepentingan) dengan performance (kinerja) dari masing-masing atribut pelayanan menurut penilaian penumpang speedboat Ternate-Tidore. Tingkat pelayanan moda transportasi speedboat Ternate-Tidore menggunakan metode IPA didapatkan variabel yang memiliki kepentingan/Harapan yang tinggi namun pada kinerja/realita tidak cukup baik, yaitu variabel penerangan di malam hari, ketersediaan baju pelampung/life jacket dan ketersediaan kotak P3K. Sedangkan variabel yang dianggap kurang penting oleh penumpang, tetapi kinerjanya baik sehingga penumpang menganggap kinerja tersebut berlebihan, yaitu variabel layanan informasi dan tarif speedboat, ketersediaan pelontar . Kata kunci— Speedboat, Moda Transportasi, Importance Performance Analysi
Effects of Using Pumice Sand as A Partial Replacement of Fine Aggregate in Lightweight Concrete Mixtures
Purpose: The advantage of lightweight concrete is to reduce the weight, which is considered the dead load on the structure. This study aims to determine the effect of replacing sand with pumice sand as fine aggregate in lightweight concrete. The substitution affects the compressive strength, split tensile strength, and weight.
Design/methodology/approach: The research method is through testing in the laboratory, where the test specimens are cylindrical following SNI with a height of 30 cm and a diameter of 15 cm totaling 50 pieces. The composition ratio between regular and pumice sand is 75%:25%, 50%:50%, 25%:75%, and 0%:100%, respectively. Control of the test object using 100% regular sand.
Findings: This research shows that adding pumice sand into the mixture decreases the volume weight. The weight of the volume of concrete produced is < 1,900 kg/m3, which is classified as a lightweight one.
Research limitations/implications: The resulting compressive strength of 56.63 kg/cm2 decreased against the control test object by 81.10%. At the same time, the split tensile strength is 1.13 kg/cm2, or a decline of 52.05% from the control test object.
Originality/value: This paper is an original work.
Paper type: Research pape
Aplikasi Metode Importancae Performance Analysis dalan Analisa Tingkat Pelayanan Mode Speedboat
AbstrakSpeedboat merupakan salah satu moda yang mengbungkan pusat kota Ternate dengan pusat kota Tidore Kepulauan. Meningkatnya pelaku perjalanan menggunakan moda ini menuntut perlunya perhatian terhadap aspek kenyamanan dan keselamatan pengguna moda. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa moda speedboat beraktivitas pada siang maupun malam hari, pada berbagai cuaca dan mengangkut bukan hanya manusia namun juga barang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pelayanan speedboat menurut penilain pengguna moda menggunakan metode analisis Importance Performance Analysis (IPA). IPA digunakan untuk memetakan hubungan antara importance (kepentingan) dengan performance (kinerja) dari masing-masing atribut pelayanan menurut penilaian penumpang speedboat Ternate-Tidore. Tingkat pelayanan moda transportasi speedboat Ternate-Tidore menggunakan metode IPA didapatkan variabel yang memiliki kepentingan/Harapan yang tinggi namun pada kinerja/realita tidak cukup baik, yaitu variabel penerangan di malam hari, ketersediaan baju pelampung/life jacket dan ketersediaan kotak P3K. Sedangkan variabel yang dianggap kurang penting oleh penumpang, tetapi kinerjanya baik sehingga penumpang menganggap kinerja tersebut berlebihan, yaitu variabel layanan informasi dan tarif speedboat, ketersediaan pelontar . Kata kunci— Speedboat, Moda Transportasi, Importance Performance Analysis AbstractSpeedboat is one of transportation modes connecting the city central of Ternate to the city central of Tidore Island. The increase in travellers who use the mode requires attention on the aspect of comfort and safety of the mode users. Field condition indicates that speedboat mode starts active at noon and night in various weathers. The mode is not only transported people but also goods. The research aimed to analyze the speedboat service level based on the appraisal from the mode users using Importance Performance Analysis (IPA) method. IPA used to map the relationship between the importance and performance of each service attribute according to the appraisal of the passengers of Ternate-Tidore speedboat. The service level of Ternate-Tidore speedboat transportation mode using IPA method indicated that there were variables with high importance/expectation but less performance/reality, which were night lighting variable, the availability of life jacket and first aid box, whereas, variables considered as less important by the passengers but had good performance so that passengers regarded them as overwhelmed were information service variable, speedboat rate, and the availability of thrower. Keywords — Speedboat, Transportation Mode, Importance Performance Analysi
SEJARAH PENINGGALAN KERAJAAN MATARAMDI BUMI TANAH SEPENGGAL KABUPATEN BUNGO JAMBI
Tanah Sepenggal merupakan salah satu marga di wilayah Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Marga Tanah Sepenggal adalah satu dari delapan marga yang ada di Kabupaten Bungo. Tanah Sepenggal dan tujuh marga lain itulah yang merupakan penduduk asli Kabupaten Bungo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Sejarah Kerajaan Mataram di Bumi Tanah Sepenggal Kabupaten Bungo Jambi. Hasil penelitian ini adalah pertama, Sejarah Kerajaan Mataram di Bumi Tanah Sepenggal Kabupaten Bungo Jambibermula dari Sultan Sri Mangku Bumi Meninggalkan Kerajaan Mataram (Pulau Jawa), waktu itu Dalam pemerintahan Hamangkubuono II inilah Seri Mangku Bumi tidak sepaham terjadi perselisihan, karena sikap Hamangkubuono II kurang menyenangkan terhadap Sri Mangku Bumi. Maka dengan itu Sri Mangku Bumi memutuskan meninggalkan kerajaan Mataram. Kedua, Adapun bukti keberadaan Kerajaan Mataram di Bumi Tanah Sepenggal Kabupaten Bungo Jambi dapat dilihat dari peninggalan Kerajaan Mataram di Bumi Tanah Sepenggal dianataranya makam Sri Pangeran Mangkubowono, Rumah Tuo, dan Ikat Pinggang Berukuran Panjan
PENGARUH PENGGUNAAN ASBUTON TERHADAP TANAH LEMPUNG
Tanah dasar (Subgrade) pada perkerasan jalan merupakan kompoenen utama dalam perkerasan jalan. Keawetan perkerasan jalan salah satunya tergantung pada keawetan dari subgrade. Kondisi tanah dibagian timur Indonesia umumnya lunak sehingga dalam konstruksi jalan memerlukan biaya yang cukup besar. Berbagai usaha telah dilakukan oleh ahli perkerasan di Indonesia untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar diantaranya stabilisasi dengan semen, kapur dan zat kimia namun belum ada yang benar-benar efektif digunakan untuk segala kondisi, tergantung dari jenis tanahnya yang dipengaruhi oleh letak geografis wilayah tersebut. Asbuton merupakan produk aspal alam Indonesia dengan deposit yang cukup besar, diperkiran deposit asbuton sekitar 677 juta ton. Dewasa ini asbuton masih penggunaannya masih terbatas pada campuran aspal beton, sementara asbuton memiliki kandungan lain yaitu kapur disamping kandungan bitumen. Asbuton merupakan Aspal alam yang terdiri atas bitumen dan mineral dalam ssetiap butiran asbuton hal inilah menjadi asbuton berbeda dengan jenis aspal lain yang ada didunia yang hanya terdiri atas bitumen saja. Penelitian ini dilkuakn dilaboratorium dengan melakukan uji karakteristik fisik tanah seperti plastis indeks, sudut geser, kohesi dan CBR,dilkaukan juga penelitian sifat kimia tanah dengan melakukan pengujian morfologi tanah dengan SEM. Tanah lempung yang digunakan menghasil nilai CBR yang cukup rendah sebesar 1,1%. Tanah lempung yang distabilisasi dengan asbuton 10% menghasil nilai CBR yang cukup besar 2,1% dan memenuhi standar minimal nilai CBR untuk tanah dasar pada perkerasan kaku. Morfologi asbuton menunjukkan bahwa asbuton terdiri atas partikel yang berbentuk bola-bola, selinder dan berongga. Partikel asbuton berwarna putih dan sedikit warna hitan yang mengindikasikan banyaknya kandungan mineral asbuton yang tersusun atas batuan kapur yang lapuk