32 research outputs found

    Analisis Teknoekonomi Implementasi Radio Frequency Identification (Rfid) Dalam Distribusi Daging Ayam

    Get PDF
    Aplikasi RFID umum digunakan untuk komersial, pemerintah, dan pribadi. Dalam aplikasi komersial dan industri, RFID mempunyai kelebihan dalam pelacakan objek dan memantau produk dalam distribusi dari produsen ke konsumen industri. Penelitian ini mengkaji dan menerapkan aplikasi RFID pada industri daging ayam. Pengunaan RFID memerlukan biaya operasional, seperti biaya pembuatan aplikasi RFID, dan biaya perawatan aplikasi RFID. Analisis teknoekonomi menggabungkan aspek teknik implementasi teknologi dengan nilai ekonomisnya. Analisis teknoekonomi terdiri dari tiga aspek yaitu aspek teknologi, pemasaran, dan finansial dengan tujuan untuk melihat kelayakan usaha aplikasi RFID digunakan pada distribusi daging ayam. Metode yang digunakan adalah analisis teknoekonomi dengan uji NPV, IRR, B/C Ratio, dan PP Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasar aspek teknologi, aplikasi RFID akurat dalam memantau suhu dan kelembaban box mobil saat distribusi daging ayam, agar dapat mempertahankan kualitas daging. Posisi mobil perusahaan RPA dapat dipantau dengan GPS yang sudah diprogram dalam aplikasi RFID. Pimpinan perusahaan dapat mengontrol kondisi daging ayam selama distribusi melalui server perusahaan yang sudah dikoneksikan dengan sistem RFID dengan jenis server entry level kapasitas minimal 2 MB. Ketika kerusakan daging ayam 10%, penerapan RFID dapat mengurangi 5% kerusakan tersebut. Aspek pemasaran menunjukkan terdapat 13 perusahaan daging ayam di Jawa Timur menjadi target pemasaran aplikasi RFID. Aplikasi RFID akan dijual pada industri daging ayam dengan harga Rp. 7.296.860 per unit RFID dan layanan jasa perawatan alat dan sistem RFID adalah Rp.510.780 per unit di bayar per bulan. Hasil perhitungan aspek finansial, dengan total modal investasi usaha aplikasi RFID mencapai Rp. 200.000.000. Penjualan dan layanan jasa aplikasi RFID mencapai Rp.1.181.507.240. Dari kriteria kelayakan NPV adalah Rp. 259.996.894, nilai IRR sebesar 32,14 %, nilai B/C Ratio 2,27%, nilai PP 3 tahun 2 bulan. Perhitungan kriteria kelayakan menunjukkan bahwa usaha jasa teknologi RFID layak direalisasikan

    Deteksi Campuran Kopi Reguler Dalam Kopi Luwak Menggunakan Metode Dielektrik dan Pengolahan Citra Digital

    Get PDF
    Kopi adalah bahan baku minuman yang banyak dikonsumsi dan penting bagi perekonomian negara produsen kopi. Salah satu jenis kopi yang dikenal mahal dan langka adalah kopi luwak (palm civet coffee) sehingga rawan dicampur dengan kopi reguler. Deteksi campuran kopi reguler dalam kopi luwak secara konvensional menggunakan analisis kimia bersifat destruktif, mahal, membutuhkan preparasi sampel dan waktu lama. Saat ini, konsumsi ekstrak green beans menjadi trend baru karena dianggap rendah kalori. Pengukuran total fenol green beans membantu mengukur aktivitas antioksidan. Selain itu, kopi memiliki rasa asam yang identik dengan pH. Trend mengonsumsi ekstrak green beans kopi membuat pengukuran pH dilakukan karena banyak konsumen kopi sensitif terhadap keasaman kopi terutama kopi arabika. Hal ini memberi peluang perancangan peralatan sederhana, cepat, akurat, dan non destruktif untuk menduga persentase campuran kopi reguler dalam kopi luwak, total fenol, dan pH. Perancangan alat penduga persentase campuran kopi reguler dalam kopi luwak, total fenol, dan pH dapat menggunakan metode dielektrik dan metode pengolahan citra digital. Metode dielektrik untuk mengakuisisi data biolistrik biji kopi dan metode pengolahan citra untuk mengakuisisi data citra. Pendugaan persentase campuran kopi reguler dalam kopi luwak, total fenol, dan pH perlu integrasi dengan metode untuk mempelajari pola data seperti Jaringan Saraf Tiruan (JST). Penelitian ini dilakukan dengan mencampur green beans kopi luwak dan kopi reguler pada presentase 0% kopi luwak, 10% kopi luwak, 30% kopi luwak, 40% kopi luwak, 50% kopi luwak, 70% kopi luwak, 90% kopi luwak, dan 100% kopi luwak. Hasil penelitian menunjukkan 5 fitur terpilih sebagai input JST data biolistrik yaitu impedansi (Z), induktansi seri (Ls), induktansi paralel (Lp), resistansi seri (Rs), dan resistansi paralel (Rp) menggunakan metode correlation attribute evaluator. Topologi JST terpilih untuk data biolistrik yaitu 5 – 40 – 40 – 3 (5 input, 40 node hidden layer 1, 40 node hidden layer 2, 3 output) dengan learning rate 0,1 dan momentum 0,9 fungsi pembelajaran trainlm, fungsi aktivasi tansig pada hidden layer dan output layer. Topologi terpilih menghasilkan R pelatihan 0,98902; R validasi 0,98204 dan MSE pelatihan 0,0099; MSE validasi 0,0479. Hasil penelitian deteksi pemalsuan kopi luwak menunjukkan 5 fitur terpilih sebagai input JST data citra yaitu lain red sum mean, value sum mean, S_HSL sum mean, blue variance, dan hue variance menggunakan metode ReliefF. Data citra menggunakan JST menghasilkan topologi terpilih yaitu 5 – 30 – 40 – 3 (5 input, 30 node hidden layer 1, 40 node hidden layer 2, 3 output) dengan learning rate 0,1 dan momentum 0,5 fungsi pembelajaran trainlm, fungsi aktivasi tansig pada hidden layer dan purelin pada output layer. Topologi terpilih menghasilkan R pelatihan 0,99502; R validasi 0,97933 dan MSE pelatihan 00085; MSE validasi 0,0442. Hasil penelitian menunjukkan MSE validasi metode dielektrik sedikit lebih rendah dibandingkan metode pengolahan citra digital. Hal ini membuat kedua metode non destruktif ini berpotensi sebagai sensor dalam menduga persentase campuran kopi reguler dalam kopi luwak, total fenol, dan pH

    Analisis Rantai Nilai Industri Ayam Broiler di Kabupaten Jombang

    Get PDF
    Industri perunggasan sedang berkembang di Indonesia, namun menghadapi beberapa masalah selama lima tahun terakhir. Belum ada tata kelola rantai nilai yang baik antar pelaku usaha, baik alur produk, informasi, serta sebaran keuntungan yang belum merata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rantai nilai dan kondisi lingkungan usaha untuk menyusun strategi pengembangan rantai nilai industri ayam broiler di Kabupaten Jombang. Penelitian ini terdiri dari analisis rantai nilai, analisis sebaran keuntungan dengan metode Hayami, penyusunan alternatif strategi menggunakan analisis SWOT dan pemilihan strategi terbaik menggunakan fuzzy TOPSIS. Pelaku usaha ayam broiler di Kabupaten Jombang terdiri dari peternak, pedagang perantara atau broker, Rumah Pemotongan Ayam (RPA), distributor dan retailer. Rantai nilai industri ayam broiler di Kabupaten Jombang terdiri dari 3 jalur, yaitu 1) Peternak-broker-RPA-retailer, 2) Peternak-broker-RPA-distributor-retailer, dan 3) Peternak-broker-retailer. Setiap pelaku usaha memperoleh keuntungan sesuai dengan kontribusi penciptaan nilai dan risiko yang ditanggung, kecuali peternak dan broker. Total keuntungan yang diperoleh broker lebih tinggi dibanding peternak, sedang kegiatan penciptaan nilai dan risiko yang ditanggung oleh peternak lebih besar. Peternak sebagai produsen ayam hidup hanya sebagai price taker, baik dari sisi input maupun output. Broker mendominasi perolehan keuntungan, melalui penguasaan akses pasar ayam hidup. Posisi peternak semakin terdesak, harga ayam hidup ditingkat peternak ditekan sekecil mungkin hingga sering kali dibawah BEP. Selain broker, perusahaan terintegrasi juga merupakan penyebab terjadinya distorsi pasar pada industri ayam broiler. Perusahaan peternakan skala besar dan broker merupakan aktor yang paling dominan dalam pengaturan harga (price maker). Pengembangan rantai nilai industri ayam broiler di Kabupaten Jombang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk, produktivitas, interaksi antar pelaku, kualitas produk dan peran pelaku usaha. Berdasarkan matriks IE dapat diketahui bahwa industri ayam broiler memiliki posisi kompetitif pada skala sedang (rata-rata) namun pertumbuhan bisnisnya cepat (kuat). Strategi yang sesuai untuk pengembangan industri ayam broiler yaitu strategi intensif dan strategi integrasi Analisis SWOT menghasilkan 6 alternatif strategi. Strategi terbaik untuk pengembangan rantai nilai industri ayam broiler di Kabupaten Jombang antara lain yaitu (1) perbaikan fasilitas dan teknik produksi, (2) penguatan peran kelembagaan, dan (3) pengembangan sistem informasi harga dan pemasaran yang transparan. Strategi tersebut diharapkan dapat meningkatkan peran, posisi tawar, serta profit sharing tiap pelaku usaha dalam rantai nilai

    Mitigasi Risiko Kontaminasi Mikroba pada Produksi Susu Bubuk Menggunakan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Analytical Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus di PT. XYZ).

    No full text
    Kegiatan produksi pada industri pangan sangat mengutamakan keamanan pangan. Kasus keracunan pada minuman lebih banyak dibandingkan makanan. PT. XYZ memproduksi produk susu bayi dan balita dengan menerapkan HACCP, ISO 9001, ISO 22000, dan FSSC 22000 untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi. Akan tetapi, masih ditemukan risiko kontaminasi mikroba Enterobacteriaceae, Total Viable Count, Sulphite Reducing Clostridia, Enterococci, dan Bacillus cereus. Risiko kontaminasi mikroba pada produksi susu bubuk di PT. XYZ dapat terjadi pada tiga variabel proses yaitu produksi wet line, produksi dry line, dan clean in place. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis risiko dan menentukan rekomendasi perbaikan guna mitigasi risiko kontaminasi mikroba pada produksi susu bubuk di PT. XYZ. Investigasi risiko kontaminasi mikroba dapat dilakukan menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dengan hasil akhir Risk Priority Number (RPN). Rekomendasi perbaikan diprioritaskan pada risiko paling potensial menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan hasil akhir prioritas alternatif untuk mengatasi permasalahan. Identifikasi risiko kontaminasi mikroba mendapatkan 3 potensi risiko pada produksi wet line, 4 potensi risiko pada produksi dry line, dan 3 potensi risiko pada clean in place. Risiko paling potensial adalah deposit pengotor pada tangki dan pipa saluran produksi dengan nilai RPN 189,21, ceceran susu bubuk pada area filling bag dengan nilai RPN 200,53, dan CIP tidak maksimal membersihkan peralatan produksi dengan nilai RPN 117,76. Alternatif prioritas kriteria deposit pengotor pada tangki dan pipa saluran produksi adalah menghilangkan jalur dead end dengan bobot 0,503 yang dilakukan dengan mengalihkan aliran larutan CIP. Alternatif prioritas kriteria ceceran susu bubuk pada area filling bag adalah training operator area filling bag terkait tata cara manual handling dengan bobot 0,679 yang dilakukan dengan metode yang lebih interaktif. Alternatif prioritas kriteria CIP tidak maksimal membersihkan peralatan produksi adalah merubah konsentrasi larutan caustic CIP dengan bobot 0,599 yang dilakukan dengan menurunkan konduktivitas larutan caustic

    Mitigasi Risiko Kehalalan dan Keamanan Produksi Lempuk Crispy Menggunakan Metode House of Risk (Studi Kasus UMK Lempuk Crispy di Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan)

    No full text
    Ikan lempuk bernama latin Gobiopterus sp. merupakan ikan endemik Indonesia berhabitat di Danau Ranu Grati, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Kandungan gizi ikan lempuk untuk protein sebesar 14%, lemak 7,08%, sumber omega 3, 6, dan 9, sehingga menjadi sumber nutrisi yang baik untuk manusia. Sebagian besar ikan lempuk diolah menjadi lempuk crispy oleh beberapa UMK, khususnya penduduk sekitar danau seperti UMK Isrina Food, UMK Mendhez, dan UMK JieToom. Sebagai upaya menjaga kepercayaan konsumen, produk lempuk crispy dari ketiga UMK mengutamakan kehalalan dan keamanan produk. Proses produksi tidak lepas dari risiko kehalalan dan keamanan produksi. Berdasar kriteria Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH) terdapat risiko yang dapat mempengaruhi status kehalalan suatu produk seperti potensi terkontaminasi najis, risiko status halal bahan baku tidak pasti, dan penggunaan bahan tambahan. Risiko keamanan pangan berdasar dari Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT) seperti tempat dan peralatan produksi kurang terstandar, kurang higiene dan sanitasi, dan lingkungan tidak sesuai standar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kejadian risiko dan sumber risiko, menganalisis korelasi kejadian dan sumber risiko, dan memberikan usulan mitigasi risiko kehalalan dan keamanan produksi. Metode House of Risk (HOR) 2 fase digunakan dalam penelitian ini. HOR fase 1 mengidentifikasi dan menganalisis faktor risiko, sedang HOR fase 2 menetapkan strategi mitigasi yang tepat. Hasil yang diperoleh terdapat 29 risk event, 30 risk agent, dan 6 preventive action untuk usaha Mendhez, 4 preventive action untuk usaha Isrina Food, dan 5 preventive action untuk usaha JieToom. HOR fase 1 dilakukan penilaian severity, occurrence, dan korelasi keduanya. Berdasarkan prinsip diagram Pareto diperoleh 7 risk agent prioritas yaitu belum terdapat Standard Operating Procedure (SOP) proses produksi yang mempertimbangkan halal, perawatan dan pemeriksaan peralatan tidak secara berkala pada fasilitas produksi, peralatan tidak disimpan pada tempat tertutup, ruangan produksi bersebelahan dengan kebun yang tidak ada penutup dan pembatas, lokasi pembersihan bahan baku di ruang terbuka, tidak menerapkan sanitasi dan higieni yang baik, dan pemakaian minyak berulang kali tanpa ada aturan pemakaian. Pada HOR fase 2 didapat 6 usulan prioritas strategi mitigasi untuk ketiga usaha. Pertama membuat SOP proses produksi yang mempertimbangkan halal di ketiga usaha. Kedua melakukan pengecekan dan pembersihan peralatan pada fasilitas produksi secara rutin untuk mencegah kontaminasi di ketiga usaha. Ketiga membuat penutup kain seperti tirai pada rak penyimpanan peralatan di usaha Mendhez. Keempat membangun pembatas antara lokasi pembersihan dengan area luar di usaha Isrina Food. Kelima membuat SOP proses produksi pada proses penggorengan di usaha JieToom. Keenam membriefing pekerja terkait jumlah pengulangan dalam penggorengan di usaha JieToom. Harapan adanya usulan strategi mitigasi pada ketiga usaha dapat menekan munculnya risk agent penyebab timbulnya risk event, sehingga menjaga kehalalan dan keamanan produksi lempuk crispy

    Mitigasi Risiko Kehalalan dan Keamanan Produksi Rendang Menggunakan Metode House of Risk (HOR) (Studi Kasus PT XYZ Kota Padang)

    No full text
    Rendang merupakan masakan tradisional Sumatera Barat yang mendunia. Cita rasa unik dan lezat membuat rendang menjadi salah satu identitas kuliner bangsa. PT XYZ merupakan produsen rendang Kota Padang yang memperhatikan aspek kehalalan dan keamanan. Proses produksi tidak terlepas dari risiko kehalalan dan keamanan seperti ketidakjelasan status halal bahan baku, potensi kontaminasi najis, hingga fasilitas produksi kurang terstandar. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kejadian risiko, menganalisis korelasi antar risiko, dan memberikan rancangan strategi mitigasi risiko kehalalan dan keamanan produksi. Metode yang digunakan yaitu House of Risk (HOR) yang terbagi menjadi dua fase. Metode HOR fase 1 berfokus mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi kehalalan dan keamanan produksi, sedangkan metode HOR fase 2 berfokus pada penentuan strategi mitigasi. Berdasarkan hasil penelitian, teridentifikasi 21 risk event dan 27 risk agent. Pada HOR fase 1, dilakukan penilaian severity, occurance, dan correlation menghasilkan 3 risk agent prioritas berdasarkan prinsip diagram pareto. Pertama risk agent mencantumkan label halal pada kemasan produk yang belum memiliki sertifikat halal. Kedua risk agent supplier tidak konsisten menjalankan prosedur dan ketentuan halal. Ketiga risk agent penundaan proses produksi. Risk agent tersebut menyebabkan 4 risk event, yaitu pelanggaran pencantuman label halal, bahan baku mengandung zat membahayakan, bahan baku terindikasi mengandung zat haram, dan bahan baku mengalami penurunan kualitas. Pada HOR fase 2 didapat 3 preventive action prioritas, yaitu mengajukan permohonan sertifikat halal terhadap variasi produk rendang ke BPJPH, membuat perjanjian kerjasama mengenai hak dan kewajiban supplier, dan menetapkan Standard Operating Procedure (SOP) halal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengurangi agen risiko penyebab kejadian risiko kehalalan dan kemanan proses produksi di PT XYZ

    Penentuan Strategi Mitigasi Risiko Produksi Pia Apel Dengan Metode Fuzzy Failure Mode Effect Analysis (FFMEA) dan Analytical Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus CV Permata Agro Mandiri Kota Batu)

    No full text
    CV Permata Agro Mandiri merupakan salah satu usaha di Kota Batu yang mengolah apel manalagi menjadi produk pia apel. Kegiatan proses produksi pia apel di usaha ini tidak terlepas dari risiko yang mungkin atau sudah terjadi. Risiko-risiko itu dapat merugikan dan menghambat pencapaian tujuan sehingga perlu pengendalian. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis prioritas risiko dan menentukan alternatif strategi mitigasi yang tepat untuk risiko paling berpengaruh pada proses produksi pia apel. Penelitian ini menggunakan dua metode yaitu Fuzzy Failure Mode and Effect Analysis (FFMEA) dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode FFMEA untuk mengidentifikasi dan menentukan prioritas risiko berdasarkan nilai FRPN tertinggi dan AHP untuk mendapatkan bobot pada setiap alternatif strategi yang diusulkan untuk memitigasi risiko prioritas pada proses produksi pia apel di CV Permata Agro Mandiri. Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner FFMEA dan AHP ke 3 responden pakar. Responden pakar terpilih yaitu pemilik usaha, kepala bagian produksi, dan karyawan bagian produksi. Hasil dari penelitian menunjukkan terdapat 10 kejadian risiko yang teridentifikasi pada proses produksi pia apel dengan 3 risiko prioritas. Risiko prioritas pada variabel bahan baku yaitu fluktuasi harga buah apel memiliki nilai FRPN 5,667, pada variabel proses produksi yaitu mesin continuous sealer tidak bekerja optimal memiliki nilai FRPN 5,619, dan pada variabel produk akhir yaitu kerusakan produk selama penyimpanan memiliki nilai FRPN 5,758. Alternatif strategi prioritas yang diusulkan adalah menambah stok produk pia apel sebelum musim hujan dengan bobot 0,454, menyusun SOP penggunaan mesin continuous sealer dengan bobot 0,433, dan mengatur tumpukan produk jadi dengan bobot 0,477. Saran untuk mengurangi risiko proses produksi pia apel dengan menerapkan alternatif strategi mitigasi yang telah diusulkan untuk risiko paling utama yang terdapat dalam variabel produk akhir yaitu risiko kerusakan produk selama penyimpanan. Strategi mitigasi yang dapat diterapkan berdasarkan urutan prioritas adalah mengatur tumpukan produk jadi maksimal 10 tumpukan, melakukan perencanaan produksi, dan menyediakan rak penyimpanan

    Analisis Six Sigma Sebagai Upaya Perbaikan Kualitas Produk Susu Kemasan Botol (SKB) di PT Y.

    No full text
    Tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia setiap tahun tumbuh sekitar 6,6%, hal ini mengakibatkan pasar industri susu di Indonesia mengalami persaingan sangat ketat. Perusahan perlu meningkatkan kualitas produk terus-menerus. PT Y merupakan salah satu perusahaaan fast moving consumer goods (FMCG) yang memproduksi olahan susu terbesar di Indonesia dengan salah satu produknya yaitu susu kemasan botol (SKB). Dalam proses sortir, SKB sering terdapat cacat fisik seperti scratch, channeling, unbalance, dan penyok yang mengakibatkan kerusakan produk akhir sehingga tidak layak didistribusikan. Hal ini menjadi permasalahan bagi perusahaan antara lain membengkaknya biaya penanganan waste dan pemborosan biaya produksi yang berakibat penurunan profit. Oleh karena itu perlu perbaikan kualitas produk sehingga dapat meminimasi tingkat cacat produk Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi penyebab kecacatan produk SKB dan menganalisis hasil kapabilitas proses dan nilai sigma produk SKB. Selain itu, memberikan usulan perbaikan kualitas sebagai upaya meminimalisir tingkat cacat produk pada SKB. Penelitian ini menggunakan metode six sigma dengan pendekatan Define, Measure, Analyze, dan Improve (DMAI). Pada penelitian diperoleh informasi mengenai identifikasi proses produksi SKB, dimana terdapat empat jenis cacat yaitu scratch, channeling, unbalance dan penyok. Berdasarkan pembuatan peta kendali p menunjukan bahwa data pada seluruh bulan di luar batas kendali atas dan bawah, sehingga diartikan proses belum terkendali secara statistik. Rata-rata nilai kapabiltas proses periode Januari - Agustus 2021 yaitu 0,9108, artinya nilai di bawah target dan proses belum kapabel. Rata-rata nilai sigma pada periode Januari – Agustus 2021 yaitu 4,64, artinya berada pada rerata industri Indonesia dan belum mencapai target six sigma. Analisis diagram pareto memperoleh tiga jenis cacat dominan yakni unbalance, channeling, dan scratch. Diagram fishbone menunjukan bahwa penyebab cacat unbalance adalah seal bar goyang dan miring, kecepatan putaran starwheels tidak stabil, kurangnya pengawasan mesin sealer oleh operator, dan kurangnya perawatan pada mesin sealer. Penyebab cacat channeling adalah kecepatan sealing dan suhu sealer tidak stabil, permukaan bibir botol yang tidak rata serta kotor, dan kurangnya pengawasan kontrol suhu sealer. Penyebab cacat scratch adalah posisi yang keranjang tidak rata dan melengkung, seal tergesek tumpukan keranjang, kualitas dan ketebalan pada bahan seal tidak stabil, serta kurangnya maintenance pada keranjang. Usulan perbaikan yang dapat dilakukan pada cacat unbalance yaitu melakukan perbaikan pada sistem transmisi serta pengecekan pada poros star wheel dan motor mesin secara berkala tiap harinya, menambahkan washer pegas (pengunci) pada baut seal bar agar tidak goyang, dan meningkatkan jadwal mobilitas operator. Usulan perbaikan pada cacat channeling yaitu memberikan perawatan terjadwal dan rutin terhadap mesin sealer setiap harinya, menyesuaikan pengaturan jarak antara tinggi sealing dengan tinggi botol, melakukan quality control pada saat pembelian botol kemasan, dan meningkatkan jadwal mobilitas operator. Usulan perbaikan pada cacat scratch adalah menambahakan silikon pada bagian atas dan bawah keranjang dan menggunakan sistem kerja pemindahan botol ke dalam keranjang menggunakan robotic case packer, melakukan quality control saat pembelian bahan seal aluminium foil, serta melakukan penjadwalan secara berkala setiap bulan untuk pengecekan kondisi kelayakan pada peralatan dan mesin yang digunaka

    Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Edamame Beku Menggunakan Metode Six Sigma dan Human Error Assessment and Reduction Technique (Studi Kasus PT Mitratani Dua Tujuh, Jember)

    No full text
    Salah satu eksportir edamame yaitu PT Mitratani Dua Tujuh. Jumlah ekspor edamame beku tahun 2021 mencapai 8100 ton dengan kapasitas produksi 10-25 ton/hari. Selama proses produksi ditemui penyimpangan melebihi batas toleransi > 5%. Tujuan penelitian untuk meminimalisir penyimpangan dan mengetahui faktor penyebab, menilai human error probability, serta memberikan rekomendasi perbaikan. Penelitian menggunakan metode six sigma dan human error assessment and reduction technique (HEART). Peneliti mengunakan data rerata penyimpangan edamame beku Maret 2022 sebanyak 9000 gr. Penelitian melibatkan responden kepala produksi, kepala quality control, dan pengawas grading. PT Mitratani Dua Tujuh memiliki kemampuan proses grading sebesar 99,96% dengan defect per million opportunity (DPMO) 39.889 dan tingkat sigma 3,83 sesuai standar industri Indonesia. Faktor penyimpangan yaitu material, manusia, mesin, metode dan lingkungan. Manusia sebagai faktor utama penyebab penyimpangan dengan HEP terbesar tugas memilah edamame sebesar 0,588. Kondisi yang mempengaruhi kesalahan dalam tugas Rekomendasi perbaikan yaitu perusahaan perlu memberikan penyuluhan tentang kedisiplinan dan tanggungjawab kerja. Memberikan edukasi postur tubuh angkat beban dan cara meregangkan otot dengan memasang poster. Meningkatkan pengawasan proses produksi khususnya grading dan pendampingan serta pelatihan khusus karyawan baru proses grading dan sortasi akhir

    Pengukuran Indeks Kinerja Produksi Berkelanjutan pada Pemotongan Ayam”

    No full text
    Saat ini, pelaku industri sadar jika produksi berkelanjutan telah menjadi kebutuhan industri dan konsumen, salah satunya adalah industri pemotongan ayam. Tingkat produksi berkelanjutan dapat dinilai dari kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial. Penelitian ini bertujuan mengukur indeks kinerja produksi berkelanjutan dan merumuskan strategi perbaikan pada pemotongan ayam. Penelitian dilakukan pada pemotongan ayam dengan berbagai skala produksi yaitu, skala besar, menengah, dan kecil. Instrumen pengukur dalam penelitian ini adalah indikator pengukuran indeks kinerja yang disebut Key Performace Indicators (KPI). Melalui eksplorasi literature telah dirancang 16 KPI mewakili pengukuran indeks kinerja berkelanjutan. Setiap KPI dihitung nilai Sustainability Production Performance Index (SPPI). SPPI adalah hasil pengukuran indeks kinerja berkelanjutan. Nilai SPPI dihitung dengan metode Composite Index yang mencakup empat tahap yaitu, mengukur nilai aktual KPI, normalisasi KPI, pembobotan KPI dengan Fuzzy-AHP, dan metode agregasi linier. Berdasar nilai SPPI diperoleh nilai Overall SPPI, setelah itu dilakukan perumusan strategi perbaikan. Hasil Overall SPPI pada pemotongan ayam skala besar adalah 74,21 % dan 70,18 %, skala menengah 61,46 % dan 57,85 %, serta skala kecil 51,30 % dan 63,99 %. Berdasar rating standard, pemotongan ayam skala besar memperoleh performance level “good”, dan pemotongan ayam skala menengah serta kecil memperoleh performance level “fair”. Berdasar perolehan performance level Overall SPPI, perumusan strategi dikelompokkan menjadi dua yaitu, pemotongan ayam skala besar dan pemotongan ayam skala menengahkecil. Secara umum, strategi perbaikan pemotongan ayam adalah mengurangi scrap dengan mengganti sistem manual handling ke mesin otomatis, menekan manufacturing cost dengan mengurangi labor cost dan overhead cost. Meningkatkan productivity dengan diversifkasi produk, meningkatkan kapasitas produksi dan rendemen. Menghemat penggunaan air dan listrik yang dilakukan dengan daur ulang chiller water dan pemasangan sensor pengatur aliran air, deteksi unit boros listrik, dan penerapan atap skylight (penerangan alami). Pegurangan limbah dilakukan dengan mendaur ulang limbah padat seperti bulu. Meningkatkan halal production practices dengan mengkuti prosedur aspek penyembelihan halal, membentuk tim manajemen halal internal, dan ikut serta dalam halal training. Strategi perbaikan diharapkan menunjang peningkatan indeks kinerja produksi berkelanjutan pada usaha pemotongan ayam
    corecore