25 research outputs found

    PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) VARIETAS NUSA TENGGARA TIMUR TERHADAP KADAR ALBUMIN DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus Strain Wistar) YANG DIBERI DIET NON PROTEIN

    Get PDF
    ABSTRACT Protein Energy Malnutrition (PEM) is a major factor of infant mortality under five years old in the tropics and subtropics. PEM is caused by a lack of food sources of energy and protein. In PEM conditions, serum albumin concentration decreased, disrupted plasma oncotik pressure that can cause edema. Moringa leaves contain high protein that have therapeutic supplements potential for PEM children. The purpose of this study is to determine the effect of Nusa Tenggara Timur (NTT) varieties of moringa leaf powder on serum albumin in white rats fed non-protein diet. The study design used was the Post Test Only Control Group. Research conducted over 93 days using six groups: K (-) (normal diet), K (+) (non-protein diet, followed by normal diet), P1, P2, P3, and P4 (non protein diet, followed by normal diet + moringa leaf powder 180 mg, 360 mg, 720 mg, 1440 mg). The variables measured were serum albumin levels using enzymatic colorimetry methods. Data analysis using Oneway ANOVA followed by Post Hoc Duncan. Moringa oleifera Leaf Powder Varieties of Nusa Tenggara Timur supplementation per oral can increase albumin level of White Male Rats (Rattus Norvegicus Strain Wistar) with Non-Protein Diet. Normal value of albumin obtained from K group (not conditioned PEM and still receive normal diet) are 3,30±0,08 mg/dl. The albumin value K (+) group (conditioned PEM then receive normal diet without moringa leaf powder supplementation) is the lowest, amounting 2,75±0,30 mg/dl. Results showed the supplementation of NTT varieties of moringa leaf powder per oral at 720 mg (P3) on the normal diet gives the best effect for rat serum albumin levels (3,25±0,17 mg/dl) approaching non-PEM groups of rats/ negative control (3,30±0,08 mg/dl). Suggestion for future research is the use of the sonde for animal for the consumed dose can be determined accurately. ABSTRAK Kurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu bentuk malnutrisi yang merupakan faktor utama (60%) penyebab kematian bayi di bawah lima tahun (balita) di daerah tropis dan subtropis. KEP disebabkan oleh kekurangan makanan sumber energi dan protein. Pada kondisi KEP konsentrasi albumin darah berkurang dan tekanan onkotik dalam plasma terganggu sehingga dapat menyebabkan edema. Daun kelor memiliki kandungan protein tinggi yang memiliki potensi terapi suplementasi untuk anak-anak KEP. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung daun kelor varietas Nusa Tenggara Timur terhadap kadar albumin darah tikus putih yang diberi diet non protein. Desain penelitian yang digunakan adalah Post Test Only Control Group. Penelitian dilakukan selama 93 hari dengan menggunakan 6 kelompok, yaitu K(-) (diet normal), K(+) (diet non protein dilanjutkan diet normal), P1, P2, P3, dan P4 (diet non protein dilanjutkan diet normal + tepung daun kelor 180 mg, 360 mg, 720 mg, 1440 mg). Variabel yang diukur adalah kadar albumin darah dengan menggunakan metode enzimatik colorimetri. Analisis data menggunakan Oneway ANOVA dilanjutkan dengan Post Hoc Duncan. Pemberian suplementasi tepung daun kelor per oral (Moringa oleifera) varietas Nusa Tenggara Timur dapat meningkatkan kadar albumin darah tikus Rattus novergicus strain wistar yang diberi diet non protein. Nilai albumin darah normal diperoleh dari kelompok K(-) (tidak dikondisikan KEP dan tetap menerima diet normal) sebesar 3,30±0,08 mg/dl. Nilai albumin darah kelompok K(+) (dikondisikan KEP lalu menerima diet normal tanpa penambahan tepung daun kelor) adalah yang paling rendah, yaitu sebesar 2,75±0,30 mg/dl. Hasil penelitian menunjukkan penambahan tepung daun kelor varietas NTT per oral sebesar 720 mg (P3) pada diet normal tikus yang KEP memberikan pengaruh terbaik bagi kadar albumin darah tikus (3,25±0,17 mg/dl) sebab mendekati kadar albumin darah kelompok tikus non KEP/ kontrol negatif (3,30±0,08 mg/dl). Saran untuk penelitian ke depan adalah penggunaan sonde agar dosis kelor yang diasup dapat diketahui secara akurat

    Pelayanan Gizi kepada Masyarakat melalui Konsultasi Gizi Online di Masa Pandemi Covid-19

    Get PDF
    Masalah gizi di Indonesia saat pandemi Covid-19 meningkat kembali. Salah satu penyebabnya adalah keterbatasan yang dimiliki masyarakat untuk mengakses ke fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan alternatif yang dapat digunakan sebagai wahana mengedukasi. Kegiatan pengabdian masyarakat ini mencoba membantu mencegah semakin meningkatnya masalah gizi pada masyarakat saat pademi melalui konsultasi gizi online. Kegiatan ini dilakukan selama sepekan dengan 11 orang konsultan gizi. Klien/masyarakat pengguna aplikasi merasa puas dan terbantu dengan adanya kegiatan ini terutama dalam mengatasi masalah gizi. Tidak ada kendala selama pelaksanaan kegiatan, namun butuh waktu untuk dapat memperkenalkan aplikasi konsultasi gizi online kepada masyarakat. Metode ini penting dilakukan oleh petugas kesehatan, khususnya ahli gizi agar dapat terus memberikan pelayanan dan memperhatikan status kesehatan masyarakat

    HUBUNGAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DAN KEJADIAN DIARE DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-24 BULAN DI RSIA PKU MUHAMMADIYAH CIPONDOH

    Get PDF
    Based on RISKESDAS 2018, diarrhea prevalence in Banten was 7.5%. While national prevalence was 6.8%. Diarrhea is the number one causal of inpatients at Indonesian hospitals. Incorrect breastfeeding and complementary feeding practices were some causal of nutritional problems. Complementary feeding practices need a proper delivery time, frequency, type, foods amount, and how to made. This was due to mothers’ ignorance of benefits and the correct way of giving complementary feeding so that it affects the mother's attitude. This study aimed to know the correlation of complementary feeding practices and diarrhea incidence toward nutrition status for infants at 6-24 months of age at RSIA PKU Muhammadiyah Cipondoh. This is a descriptive quantitative study with cross-sectional approach using primary data through interview with questionnaire and Recall 24-Hours. Total sample of infants (6-24 months of age) were 80. Statistical data processed using chi-square test. Data statistically showed that the age of complementary feeding had pValue=0.589, frequency with pValue=0.193, total energy intake pValue=0.22, OR=0.754, total protein intake p=0.016, OR=4.952, texture pValue=0.341, portion pValue=0.009, and the incidence of diarrhea had pValue=0.079. There was a correlation between total energy intake, protein intake, and portion of complementary foods toward nutrition status at RSIA PKU Muhammadiyah Cipondoh. Keywords: complementary feeding practices, diarrhea, nutrition statu

    Do bagASI Change the Exclusive Breastfeeding Knowledge and Attitudes?

    Get PDF
    AbstractThe achievement of exclusive breastfeeding (EBF) in the world and in Indonesia is still low. One of the obstacles to EBF is that the mother works. Cooler bag is a familiar media for working mothers to provide breast milk. This research uses modified cooler bags which contain information on how to provide EBF for working mothers, called bagASI. This study aims to determine the effect of bagASI on the EBF knowledge and attitudes of working pregnant women. The research method is Quasi Experimental with Pre Test - Post Test and the number of respondents is 34 working pregnant women. Respondents were divided into 2 groups, namely the intervention group who received education using bagASI and the control group using leaflets. The Paired Sample T-test showed an effect on the level of knowledge and attitudes (p≤0.05) in both two groups. The Independent Sample T-test found that there was a difference in knowledge (p≤0.05) between the intervention and the control group, while in the attitude there was no difference (p≥0.05). Providing education using bagASI can increase the EBF knowledge and attitudes of working pregnant women, so bagASI can be utilized as education tool.AbstrakCapaian pemberian ASI Eksklusif di dunia dan di Indonesia masih rendah. Kendala pemberian ASI Eksklusif di antaranya adalah karena ibu bekerja. Salah satu media yang dikenal ibu bekerja untuk memberikan ASI adalah cooler bag. Penelitian ini menggunakan cooler bag yang didesain dengan penambahan informasi cara pemberian ASI Eksklusif bagi ibu bekerja pada bagian luarnya, disebut bagASI. Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bagASI terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil yang bekerja. Metode penelitian adalah Quasi Experimental dengan Pre Test-Post Test Control Group Design dan jumlah responden sebanyak 34 orang ibu hamil yang bekerja. Responden dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok intervensi mendapatkan edukasi menggunakan media bagASI dan kelompok kontrol menggunakan leaflet. Berdasarkan uji Paired Sample T-test menunjukkan pengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan sikap (p≤0.05) pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Berdasarkan uji Independent Sample T-test didapatkan hasil ada perbedaan pengetahuan (p≤0.05) antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol, sedangkan pada sikap tidak terdapat perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p≥0.05). Pemberian edukasi menggunakan bagASI dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil sehingga bagASI dapat digunakan sebagai media edukasi

    The Effectiveness of NEM (Nutrizone Educational Media) Compared with Knowledge and Attitudes in Early Adults in The West Jakarta Region

    Get PDF
    AbstractMetabolic syndrome is a disease that often occurs in early adulthood. Maintaining a good lifestyle to prevent non-communicable diseases is very important to maintain a good quality of life. In early adulthood, most of them are still not exposed to information related to metabolic syndrome, so it is necessary to provide interventions associated with it. This study uses the Nutrizone gameboard intervention media. Good early adults’ knowledge and attitude about Metabolic Syndrome may lead to a good lifestyle that prevents them from suffering from NCDs.  An intervention media may improve their knowledge and attitude. The research design used was pre-experimental one with subjects of 40 early adults. They received one-time education using Nutrizone Media and showed Significance difference scores before and after intervention based on paired sample t-test and Wilcoxon test. Nutrizone board games can improve early adult knowledge and attitudes to be used as educational media. Keywords: Nutrizone, knowledge of metabolic syndrome, attitude toward metabolic syndrome AbstrakSindrom metabolik adalah suatu penyakit yang sering terjadi dikalangan dewasa awal. Menjaga gaya hidup yang baik untuk mencegah penyakit tidak menular terjadi sangatlah penting untuk menjaga kualitas hidup yang baik. Pada masa dewasa awal juga Sebagian besar masih kurang terpapar informasi terkait sindrom metabolik sehingga perlu diberikan intervensi terkait sindrom metabolik. Penelitian ini menggunakan media intervensi permainan papan (gameboard) nutrizone. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nutrizone terhadap pengetahuan dan sikap dewasa awal terhadap sindrom metabolik. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimental Pre dan Post-test design dan jumlah responden sebanyak 40 orang dewasa awal. Responden mendapat edukasi menggunakan media nutrizone, berdasarkan uji Paired Sample T-test, dan Wilcoxon didapatkan hasil ada perbedaan pengetahuan serta sikap sindrom metabolik (p<0.05). Permainan papan nutrizone dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap dewasa awal sehingga dapat digunakan sebagai media edukasi. Kata kunci: Nutrizone, pengetahuan sindrom metabolik, sikap sindrom metaboli

    Formulasi Dodol Tinggi Energi Untuk Ibu Menyusui dari Puree Kacang Hijau (Vigna radiata l), Puree Kacang Kedelai (Glycine max), Dan Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus).

    Get PDF
    Latar Belakang: Ketersediaan ASI yang lancar akan membantu kesuksesan pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui selama 6 bulan. Kandungan ASI dapat dipengaruhi oleh asupan makanan dan status gizi. Asupan zat gizi makro makanan perlu ditingkatkan selama menyusui, selain itu harus didukung dengan mengkonsumsi bahan pangan yang dapat meningkatkan ASI karena selama menyusui ibu membutuhkan asupan energi yang lebih untuk pemulihan setelah persalinan dan proses metabolisme pembentukan ASI. Tujuan: Menganalisis perbedaan daya terima (warna, aroma, rasa, tekstur) dan analisis kandungan gizi dodol dengan penambahan puree kacang hijau, puree kacang kedelai, dan buah naga merah dari berbagai formula. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian eskperimen dengan 4 formulasi yaitu F0, F1, F2, F3. Uji nilai gizi yang dilakukan yaitu kadar proksimat. Uji daya terima menggunakan Visual Analog Scale dengan 30 orang panelis konsumen. Uji statistik yang digunakan adalah One Way Anova (95% CI) dan Uji lanjut Duncan. Hasil: Hasil nilai gizi dan tingkat kesukaan panelis konsumen yang terpilih adalah formulasi (F3) dengan kadar lemak 6,56 g, kadar air 16,7 g kadar serat kasar 0,9 g, karbohidrat 71,5 g, protein 4,56 g, kadar abu 0,61 g, dan energi 363,3 g. Kesimpulan: Ada pengaruh penambahan puree kacang hijau, puree kacang kedelai, dan buah naga merah dengan daya terima terhadap parameter rasa, warna, aroma dan tekstur dan nilai gizi

    Pengembangan Biskuit MPASI Tinggi Besi dan Seng dari Tepung Kacang Tunggak (Vignia unguiculata L.) dan Hati Ayam

    Get PDF
    Pendahuluan : zat gizi yang menjadi masalah (sering kekurangan) bagi balita adalah protein, zat besi, dan seng. Kacang tunggak dan hati ayam berpotensi untuk dikembangkan menjadi MPASI yang memiliki nilai gizi yang cukup tinggi terutama protein, besi, dan seng serta memenuhi SNI (Standar Nasional Indonesia). Tujuan: untuk megembangkan formula biskuit finger food MPASI dan evaluasi nilai gizi serta memenuhi SNI. Metode: penelitian jenis eksperimental menggunakan dasar rancangan acak lengkap (RAL) dua faktor (KT = Tepung Kacang Tunggak dan HA = Tepung Hati Ayam) dengan empat taraf perlakuan, yaitu dengan F0 atau formulasi kontrol (0%KT:0%HA), F1 (40%KT:60%HA), F2 (50%KT:50%HA), dan F3 (60%KT:40%HA). Analisis protein menggunakan metode Kjeldahl, analisis zat besi dan seng menggunakan metode ICP OES. Analisis sensori menggunakan panelis konsumen wanita berusia 20-30 tahun dengan menggunakan formulir VAS. Uji beda dengan taraf signifikan α = 0,05 digunakan untuk menjawab tujuan. Hasil: Ada perbedaan bermakna kadar protein, besi, dan seng antar formula. Kadar protein (17,12gr/100gr), besi (7,73mg/100gr), dan seng (5,30mg/100gr) tertinggi terdapat pada F1. Hanya F1 dan F3 dapat memenuhi klaim tinggi protein, besi, dan seng. Secara keseluruhan, formula yang paling disukai adalah F3 dengan karakteristik coklat terang, renyah, manis, dan aroma khas biskuit. Kecuali kadar lemak, F3 telah memenuhi kriteria SNI. Kesimpulan: Tepung kacang tunggak dan tepung hati ayam dapat dikembangkan menjadi biskuit finger food MPASI yang diterima dan hampir memenuhi SNI

    Differences in Eating Habits, Lifestyle, and Weight Changes of Indonesian College Students Based on Their Residence During The COVID-19 Pandemic

    Get PDF
    The COVID-19 pandemic has indirectly forced people to adapt to the new normal, doing activities outside the home with proper health protocols or not leaving the house to reduce the spread of the virus; this also affects food consumption and sedentary behavior. For some people, the pandemic causes anxiety and even stress. The design of this study was cross cross-sectional, using a survey method online with Google Form carried out from April to September 2021. Descriptive analysis was conducted on 1185 respondents who are currently studying at universities in Indonesia., The results of the study stated that the pandemic had an impact on Indonesian students. This survey researched the differences in eating habits, changes in body weight, and lifestyle in Indonesian students based on where they lived during the Covid-19 pandemic. From the results of data analysis, it is known that most of the respondents experienced changes in body weight during the Covid-19 pandemic, whether they lived together or alone. However, more than half of the respondents have a habit of weighing their body weight irregularly. The results showed that the COVID-19 pandemic influenced eating habits, lifestyle, and changes in body weight. The community, especially students, both living alone (dormitory/boarding/apartments) or living with family or relatives should have sufficient knowledge and attitudes about nutrition to maintain unwanted weight changes during the pandemic.</p
    corecore