21 research outputs found

    Komposisi jenis dan kelimpahan fitoplankton di sekitar area pertambangan nikel, PT. Weda Bay Nickel Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi dan kelimpahan fitoplankton di sekitar area pertambangan NikelPT. Weda Bay Nickel Kabupaten Halmahera Tengah. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Halmahera Tengah dari bulanJanuari sampai April 2011. Stasiun penelitian ditentukan sebanyak 19 stasiun di sekitar area pertambangan. Pengambilansampel menggunakan jaring plankton dengan ukuran mata jaring 0,45 μ. Komposisi dan kelimpahan fitoplankton ditentukandengan menggunakan metode Lackey drop micro-transect counting. Struktur komunitas fitoplankton dianalisis berdasarkanindeks biologi. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat 27 jenis fitoplankton yang terdiri atas lima kelas yaituBacillariophyceae (17 jenis), Chlorophyceae (5 jenis), Cyanophyceae (2 jenis), Dinophyceae (2 jenis), dan Chroococcaceae(1 jenis). Kelimpahan fitoplankton bervariasi berkisar 4.712239.309 ind. m-3Kata kunci: fitoplankton, pertambangan, kelimpahan, Halmahera Tenga

    Komposisi Jenis dan Kelimpahan Fitoplankton di Sekitar Area Pertambangan Nikel, PT. Weda Bay Nickel Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi dan kelimpahan fitoplankton di sekitar area pertambangan NikelPT. Weda Bay Nickel Kabupaten Halmahera Tengah. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Halmahera Tengah dari bulanJanuari sampai April 2011. Stasiun penelitian ditentukan sebanyak 19 stasiun di sekitar area pertambangan. Pengambilansampel menggunakan jaring plankton dengan ukuran mata jaring 0,45 μ. Komposisi dan kelimpahan fitoplankton ditentukandengan menggunakan metode Lackey drop micro-transect counting. Struktur komunitas fitoplankton dianalisis berdasarkanindeks biologi. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat 27 jenis fitoplankton yang terdiri atas lima kelas yaituBacillariophyceae (17 jenis), Chlorophyceae (5 jenis), Cyanophyceae (2 jenis), Dinophyceae (2 jenis), dan Chroococcaceae(1 jenis). Kelimpahan fitoplankton bervariasi berkisar 4.712239.309 ind. m-

    Struktur komunitas ekosistem mangrove di kawasan pesisir Sidangoli Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara

    Get PDF
    Abstract. Mangroves is important ecosystem in coastal. However, multiple  destructive activities to cause reduced mangrove area. The information about area and criteria of mangrove in Sidangoli coastal area, had been doing, however information ecology mangrove unexplored. This information is required to plan better conservation strategy of mangrove. The study was conducted to infer the ecology of mangrove in the Sidangoli coastal of west halmahera regency, North Mollucas. A total of location diveded by four and perform in November 2014. Mangrove sampling, done by the "spot check". The results showed that mangrove of thickness ranging from 145-750 meters and founded 11 specieses from 5 families of mangroves. The ecology analysis showed that frequency and density of mangrove founded station three. Whereas persent cover contained station four and value sicnificant analysis in all station. The mangrove vegetation analysis contained the high frequency, density and value sicnificant is Rhizopora stylosa and high persent cover Sonneratia alba.the overall observation of mangrove explaided that mangrove ecosystem enter in low/damage criteria.Keywords:  Mangroves;  Rhizopora stylosa; spot check; Sonneratia alba Abstrak. Mangrove merupakan ekosistem penting di kawasan pesisir. Tetapi, berbagai macam aktivitas yang bersifat destruktif telah menurunkan luas penyebaran lahan mangrove. Informasi tentang luas dan kriteria mangrove di kawasan pesisir Sidangoli, Kabupaten Halmahera Barat telah dilakukan. Akan tetapi informasi tentang nilai ekologi mangrove belum dilaporkan, sehingga perlu adanya kajian tentang anailsis ekologi mangrove. Informasi nilai ekologi dapat dijadikan sebagai data untuk dijadikan sebagi acuan dalam merencanakan strategi konservasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai ekologi mangrove dikawasan pesisir Sidangoli Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara. Lokasi penelitian dibagi menjadi empat dan penelitian dilaksanakan pada November 2014. Pengambilan contoh mangrove, di lakukan dengan menggunakan metode “spot chek”. Hasil penelitian menunjukkan ketebalan mangrove berkisar 145-750 meter dan diperoleh sebanyak 11 jenis dari 5 famili mangrove. Analisis ekologi memperlihatkan bahwa nilai total kerapatan dan frekuensi tertinggi ditemukan pada stasiun  tiga. Sedangkan tutupan tertinggi pada stasiun empat serta nilai penting pada setiap stasiun adalah 300. Analisis vegetasi mangrove disetiap stasiun diperoleh kerapatan, frekuensi dan nilai penting jenis tertinggi adalah Rhizopora stylosa serta tutupan jenis tertinggi adalah Sonneratia alba. Total pangamatan jenis mangrove dan jumlah yang tersedia, menggambarkan kondisi ekosistem mangrove di pesisir Sidangoli masuk dalam kategori rendah/rusak

    PENILAIAN KONDISI MENGGUNAKAN METODE HEMISPHERICAL PHOTOGRAPHY PADA EKOSISTEM MANGROVE DI PESISIR DESA MINALULI, KECAMATAN MANGOLI UTARA. KABUPATEN KEPULAUAN SULA, PROVINSI MALUKU UTARA

    Get PDF
    Minaluli Village has the availability of mangrove ecosystem resources in coastal areas. The availability of evenly distributed mangrove ecosystems can have a direct impact on the community. Determination of mangrove status conducted previously using conventional methods such as transect quandrat and spot check. Hemispherical photography method is one of the new methods used and developed in Indonesia. The study was conducted in July 2018 in Minaluli Village, North Mangoli District, Sula Islands Regency. North Maluku Province. The research objective is to obtain information on the condition of the mangrove ecosystem using the Hemispherical photography method. The results of the study obtained measurements of environmental parameters showed that environmental ecological conditions support the existence of mangroves. Morphological identification was obtained as many as 8 species from 3 families. Station I found  82% mangrove cover presentation value, for station II found  77% cover presentation, at station III found a presentation found 78% while at station IV found a presentation of mangrove cover 72%. The total presentation of mangrove cover obtained in the solid category, based on the standard criteria for mangrove damage. The density of the mangrove ecosystem obtained shows high density at each station. Based on the standard criteria for damage, the density of mangroves in this location is in the medium to very dense category with a value range between 1,067-2,022 trees / ha. Important value index (INP) analysis of each type of mangrove found a range of values ​​between 31.73-95.55 The highest value index of the highest species was found in the Rhizophora stylosa type with a value of 95.55% then Rhizophora apiculata with a value of 95.08%, Rhizophora mucronata namely 81.05%, Xylocarpus granatum is 45.68, Ceriops stagal with value of 40.83%, Sonneratia alba with a value of 36.27 and Bruguiera gymnorhiza 31.73%.Desa Minaluli memiliki ketersedian sumberdaya ekosistem mangrove di wilayah pesisir. Ketersediaan ekosistem mangrove yang merata dapat memberikan dampak secara langsung kepada masyarakat. Penelitian penentuan status mangrove yang dilakukan sebelumnya menggunakan metode konvensional seperti transect kuandrat dan spot chek. Sehingga diperlukan suatu pembaharuan metode yang digunakan. Metode hemispherical photography merupakan salah satu  metode yang baru digunakan dan dikembangkan di Indonesia. Penelitian  dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2018 di Desa Minaluli, Kecamatan Mangoli Utara, Kabupaten Kepulauan Sula.  Provinsi Maluku Utara. Tujuan penelitian memperoleh informasi kondisi ekosistem mangrove dengan menggunakan metode Hemispherical photography. Hasil penelitian memperoleh pengukuran parameter lingkungan menunjukan bahwa kondisi ekologi lingkungan mendukung keberadaan mangrove Identifikasi morfologi diperoleh sebanyak 8 jenis dari 3 famili. Stasiun I terdapat nilai presentasi tutupan mangrove 82%, untuk stasiun II ditemukan presentasi tutupan 77%, pada stasiun III ditemukan nilai presentasi 78% sedangkan pada stasiun IV ditemukan presentasi tutupan mangrove 72%. Total presentasi tutupan mangrove yang diperoleh masuk dalam kategori padat, berdasarkan kriteria baku kerusakan mangrove. Kerapatan ekosistem mangrove yang diperoleh memperlihatkan kerapatan yang tinggi pada setiap stasiun Berdasarkan kriteria baku kerusakan, maka kerapatan mangrove di lokasi ini masuk dalam kategori sedang hingga sangat padat dengan nilai kisaran diantara 1.067-2.022 pohon/ha. Analisis indeks nilai penting (INP) setiap jenis mangrove ditemukan kisaran nilai diantara 31,73-95,55 Indeks nilai penting spesies yang tertinggi ditemukan pada jenis Rhizophora stylosa dengan nilai 95,55 kemudian Rhizophora apiculata dengan nilai 95,08, Rhizophora mucronata yakni 81,05, Xylocarpus granatum yaitu 45,68, Ceriops stagal dengan nilai 40,83, Sonneratia alba dengan nilai 36,27 dan Bruguiera gymnorhiza 31,73

    KAJIAN FILOGENETIK IKAN TUNA (Thunnus spp) SEBAGAI DATA PENGELOLAAN DI PERAIRAN SEKITAR KEPULAUAN MALUKU, INDONESIA

    Get PDF
    Ikan tuna (Thunnus Spp) adalah ikan pelagis yang memilili kemampuan migrasi dan nilai komersial. Kondisi oseanografie Maluku Utara dan Ambon mendukung kelimpahan stok populasi sumberdaya. Pengetahuan filogenetik dapat membantu menunjukan hubungan evolusioner dari suatu organisme yang disimpulkan dari data morfologi dan molekuler. Tujuan penelitian untuk mengetahui filogenetik ikan tuna di perairan Maluku Utara dan Ambon. Penelitian ini menggunakan metode PCR-Sequencing. Analisis molekuler menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan primer CRK-CRE, elektroforesis. Rekonstruksi pohon filogenetik menggunakan metode Neighbor joining dan model evolusi Kimura 2-parameter dilakukan dengan aplikasi MEGA5. Hasil penelitian filogenetik menemukan terdapat empat empat clade spesies ikan tuna yang saling berbeda (tuna mata besar ; tuna sirip kuing ; tuna alalunga ; cakalang ). Jarak genetik tuna mata besar (T.obesus)  dengan tuna sirip kuning (T.albacares)  adalah 0.09, tuna mata besar (T.obesus)  dengan tuna alalunga (T.albacore) adalah 0.19, tuna sirip kuning (T.albacares)  dengan tuna alalunga (T.albacore),  sebesar 0.21,  tuna mata besar (T.obesus)  dengan tuna alalunga (T.albacore)  cakalang (K.pelamis) adalah 0.34, cakalang (K.pelamis) dengan tuna alalunga (T.albacore) adalah  0.39 dan tuna sirip kuning (T.albacares)  dengan Cakalang (K.pelamis) adalah 0.34. Semua hasil menunjukan perbedaan genetik yang signifikan, genetik spesies tuna berasal dari satu kelompok dan filogeografi memiliki batas distribusi yang nyata antar satu dengan yang lain.Kata Kunci :     Thunnus, Polymerase Chain Reaction (PCR), Pohon Filogenetik, primer CRK-CRE, , Neighbor joining, Kimura 2-parameter, jarak genetik, MEGA5, filogeografi.  ABSTRACTTuna (Thunnus Spp) is a pelagic fish that has migration capabilities and commercial value. The condition of North Maluku and Ambon oceanographies supports the abundance of resource population stocks. Phylogenetic knowledge can help show the evolutionary relationship of an organism inferred from morphological and molecular data. The aim of the study was to determine phylogenetic of tuna in the waters of North Maluku and Ambon. This study used the PCR-Sequencing method. Molecular analysis uses a polymerase chain reaction (PCR) with CRK-CRE primer, electrophoresis. Reconstruction of the phylogenetic tree using the Neighbor joining method and the Kimura 2-parameter evolution model was carried out with the MEGA5 application. The results of phylogenetic research found that there were four four different clades of tuna species (bigeye tuna; kuing fin tuna; alalunga tuna; cakalang). The genetic distance of big eye tuna (T.obesus) with yellow fin tuna (T.albacares) is 0.09, bigeye tuna (T.obesus) with tuna alalunga (T.albacore) is 0.19, yellow fin tuna (T.albacares) with tuna alalunga (T.albacore), for 0.21, big eye tuna (T.obesus) with alalunga tuna (T.albacore) cakalang (K.pelamis) is 0.34, cakalang (K.pelamis) with alalunga tuna (T.albacore) is 0.39 and yellow fin tuna (T.albacares) with Cakalang (K. pelamis) are 0.34. All results show significant genetic differences, genetic tuna species come from one group and filogeography has a real distribution boundary between one another.Keywords: Thunnus, Polymerase Chain Reaction (PCR), Phylogenetic Tree, CRK-CRE primer, Neighbor joining, Kimura 2-parameter, genetic distance, MEGA5, filogeography

    Pemanfaatan sumber energi panas bumi untuk pengeringan ikan di Desa Idamdehe Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara

    Get PDF
    Due to the location at the ring of fire, Indonesia has 252 geothermal potentials distributed in various regions, from Java to Nusa Tenggara, together with Sulawesi and Maluku. Geothermal points are found in North Maluku in Idamdehe Village, West Halmahera. Research on the usage of geothermal energy for fish processing in Indonesia, especially North Maluku, is very limited. Therefore, this study was aimed to use geothermal energy for fish processing using a modified oven. The sample used was the yellowstripe scad (Selaroides leptolepis). In situ measurement was done to obtain the geothermal steam temperature which is 70°C to 130°C. The experiments wewe done in 4 hours for the fish drying processed with three sets of temperature including 0°C, 50°C and 100°C. The results suggest geothermal as a promising energy souce for fish processing

    Fish Processing Using Geothermal Sources in Village Idamdehe West Halmahera District North Maluku Province

    Get PDF
    Idamdehe village has geothermal potential that can be used for fish processing. However, until now the use of this potential has not been carried out optimally. Geothermal in this area is only used as a touristattraction for local people to visit. However, utilization for fisheries processing has not been carried out. This research aimed to observe the use of geothermal in fisheries processing. The research method was carried out with different treatments, including traditional and conventional methods. Fish samples used for processing were yellowstrip scad fish (Selaroides leptolepis). The results of the study showed the value of geothermal vapor temperature increased along with the increase of the depth of excavation, namely in 20 cm with a temperature value of 90oC, a depth of 30 cm with a temperature of 100oC. The process of fish processing using geothermal steam only took 30 minutes with a temperature of 100oC, while the conventional method using geothermal steam took 1 hour with a temperature of 100oC

    Komunitas Epifit Berdasarkan Kedalaman Perairan Laut pada Daun Lamun di Pulau Maitara, Provinsi Maluku Utara

    Get PDF
    Seagrasses are  habitat of various types of sea animals, including association epiphytic in rhizoma, leave and steam. Research about community structure microepiphytic based on depth and ecology index, important as community conditions information. The goal research for  ecology index analysis microepiphytic based on depth  sea and seagrasses community condition. Sample collections epiphytic on seagrass leave used 1x1 meters quadrant based on depth. Epiphytic sample cutted and scraped in leave surface, than into to bottles sample contain 70% alcohol. The research method used line trasect 50 meters toward sea. The result founded 23 genus epiphytic with biodiversity medium, low dominance and high uniformity.Padang lamun menjadi habitat bagi banyak organisme laut, diantaranya  epifit yang hidup berasosiasi dengan  lamun dengan cara menempel pada rhizoma, batang dan daun lamun. Penelitian tentang struktur komunitas mikroepifit berdasarkan kedalaman dan indeks ekologi lamun penting dilakukan untuk memberikan penjelasan tentang kondisi komunitas khususnya di perairan laut Pulau Maitara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis indeks ekologi mikroepifit berdasarkan kedalaman perairan dan kondisi komunitas lamun di perairan pulau Maitara. Pengambilan sampel epifit pada daun lamun menggunakan kuadran 1x1 meter berdasarkan kedalaman. Sampel epifit diambil menggunakan cutter dengan cara mengikis perlahan permukaan daun lamun, kemudian dimasukan kedalam botol sampel berisi alkohol 70%.  Metode penelitian menggunakan garis transek sepanjang 50 meter kearah laut pada setiap stasiun.  Hasil penelitian di ditemukan 23 genus epifit dengan tingkat keanekaragaman sedang pada setiap kedalaman, dominansi rendah dan keseragaman tiap kedalaman tinggi

    STRUKTUR KOMUNITAS HUTAN MANGROVE DI PULAU SIBU KOTA TIDORE KEPULAUAN PROVINSI MALUKU UTARA

    Get PDF
    Ekosistem mangrove di pesisir pulau Sibu mendapatkan berbagai macam tekanan pemanfaatan dari manusia. Hal ini memberikan gambaran bahwa perlu danya informasi ekologi. Stasiun penelitian ditetapkan sebanyak 3 stasiun, yang meliputi bagian utara, selatan dan timur Pulau Sibu. Pengambilan contoh mangrove, di lakukan dengan menggunakan metode transect quadrant dan spot check. Hasil penelitian diperoleh ketebalan hutan mangrove dikawasan Pulau Sibu berdasarkan pengamatan adalah 410 meter (Stasiun I),  321 meter (Stasiun II) dan 389 meter (Stasiun III). Komposisi jenis hutan mangrove dari hasil pengamatan dan identifikasi diperoleh sebanyak 10 jenis dari 4 famili. Nilai struktur komunitas dan vegetasi mangrove berdasarkan stasiun pengamatan diperoleh 24,44 ind/ m2 dan diikuti oleh stasiun II dengan nilai 24,17 ind/ m2  dan terendah pada stasiun III yaitu 18,83 ind/m2. Kategori peluang kehadiran jenis ditemukan paling tinggi terdapat pada stasiun I yakni 5,00 ind/m2, kemudian stasiun II dengan nilai 4,17  ind/m2  dan stasiun III yakni 2,83  ind/m2. Persentasi tutupan tertinggi vegetasi mangrove ditemukan pada stasiun stasiun I yaitu 18,19, disusul stasiun II sebesar 15,29 dan terendah stasiun III dengan nilai 12,49. Kategori nilai penting untuk keseluruhan stasiun memiliki nilai sama yaitu 300 %. Struktur komunitas hutan mangrove di Pulau Sibu berdasarkan indeks ekologi (nilai kerapatan, frekuensi jenis, tutupan dan nilai penting) cukup baik, sedangkan keanekaragaman spesies masngrove termasuk dalam kategori sedang. Kata kunci : Ekologi, Mangrove, Pulau Sibu, spot check , transect quadran
    corecore