1,563 research outputs found

    The Concept of Management in Islamic Education

    Full text link
    Manajemen merupakan hal yang sangat penting bagi pengembangan pendidikan Islam di masa kini dan yang akan datang, Manajemen sering diartikan sebagai proses perencanaan, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. konsep manajemen dalam pendidikan Islam adalah proses perencanaan, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan pendidikan Islam dengan segala aspeknya agar tujuan pendidikan  tercapai secara efektif dan efisien tujuan utama manajemen dalam pendidikan Islam adalah pengembangan sumber daya manusia (tanmiyatul mawarid basyariyah), produktifitas (intajiyah) dan kepuasan (irtiyahi)

    PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN

    Get PDF
    Character education consists of two words namely education and character. The meaning of character education according to Islam is a conscious effort made by educators to students to shape the personality of students who teach and shape morals, ethics, and a good sense of culture and noble character that foster students' ability to make good and bad decisions and realize goodness that in everyday life by means of education, teaching, guidance and training which is guided by the Qur’an and as-Sunna. The basis of character education in Islam is the Qur’an the character of the Prophet Muhammad. Character education is very important at this time because character will show who we really are, character will determine how someone makes decisions, character determines attitudes, words, and actions of someone, people who have good character, then the words and deeds will also be good, so all it will become a unified identity and personalize itself, making it easy to distinguish from other identities. The purpose of character education is to form a person of noble character because the noble character is the base of goodness. People of good character will soon leave goodness and leave badness. Implementation of character education in Islamic educational institutions varies greatly depending on the policies of these educational institutions

    Analisis pendapat Ibnu Qudamah tentang syarat dhaman pada akad mudharabah dalam kitab Al-Mughni

    Get PDF
    Mudharib adalah orang yang diberi kepercayaan untuk mengelola harta mudharabah. Mudharib tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kekurangan kecuali jika disebabkan oleh keteledoran dan tindakan yang melampaui batas. Para fuqaha’ berbeda pendapat mengenai salah satu syarat dalam mudharabah yaitu tentang dhaman yakni syarat menanggung modal atau kerugian. Menurut Imam Syafi’i (w. 204 H), adanya syarat tersebut bisa mengakibatkan akad mudharabah menjadi tidak sah. Karena watak dari akad mudharabah adalah mudharib hanya orang yang diberi kepecayaan untuk mengelola harta. Sedangkan, Ibnu Qudamah (w. 620 H) berpendapat bahwa apabila pemilik modal mensyaratkan kepada mudharib untuk menanggung modal atau kerugian maka syarat itu batal tetapi akadnya tetap sah. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) apa pendapat Ibnu Qudamah tentang syarat dhaman bagi mudharib dalam akad mudharabah, (2) Bagaimana alasan Ibnu Qudamah tentang syarat dhaman bagi mudharib dalam akad mudharabah. Metode penelitian yang digunakan adalah (1) jenis penelitian yang digunakan berupa penelitian kepustakaan (Library Research), (2) sumber data terdiri atas: (a) sumber primer berupa pendapat Ibnu Qudamah tentang syarat dhaman bagi mudharib dalam kitab al-Mughnî fî Fiqh al-Imam Ahmad Ibn Hanbal al-Syaibani, (b) sumber sekunder berupa literatur-literatur yang terkait dengan pokok pembahasan, seperti al-Kâfi fî Fiqh Imam Ahmad Ibn Hanbal, Shahîh Bukhârî, dan lain-lain. (3) pengumpulan data melalui studi kepustakaan, (4) teknik analisis yang digunakan metode deskriptif analitif. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jika pemilik modal mensyaratkan kepada mudharib untuk menanggung modal atau sebagian dari kerugian, menurut Ibnu Qudamah persyaratan itu batal sedangkan akad mudharabah sah. Pendapat ini dilatarbelakangi oleh alasan bahwa syarat tersebut bukan mengakibatkan ketidakjelasan pada keuntungan. Sehingga syarat tersebut dianggap sebagai syarat fasid. Menurut Ibnu Qudamah, syarat fasid tidak berpengaruh pada akad mudharabah. Akad tidak dapat dibatalkan dengan syarat yang rusak tetapi syarat hanya membatalkan apa yang ada di luar akad. Menurut kesimpulan penulis, alasan Ibnu Qudamah mengenai syarat dhaman bagi mudharib dalam akad mudharabah adalah menggunakan metode qiyas. Dalam hal ini, qiyas yang dimaksud adalah menyamakan syarat dhaman bagi mudharib dengan syarat fasid dalam jual beli. Qiyas ini dapat dilakukan karena keduanya sama-sama termasuk syarat yang tidak ada ketentuan dalam Kitabullah, sebagaimana dalam hadits Bukhârî yang berbunyi “…Rasulullah SAW bersabda ‘amma ba’du’, apa urusan beberapa laki-laki yang membuat syarat-syarat yang tidak ada dalam kitab Allah, apa saja syarat yang tidak terdapat dalam kitab Allah maka itu adalah bathil meskipun seratus syarat. Ketetapan Allah lebih pantas, dan syarat Allah lebih kokoh. Sesungguhnya perwalian itu bagi orang yang memerdekakan

    The Transition and Transformation process to become an Improving Access to Psychological Therapies Therapist. A study using Interpretative Phenomenological Analysis

    Get PDF
    Abstract Background Too many practitioners leave Improving Access to Psychological Therapy (IAPT) services roles and this puts IAPT services at risk. In the context of increasing access to IAPT services, this creates a deficit that can impact patient care. Therefore, ways to improve work satisfaction and role adjustment may help people to transition more effectively. There is a commitment in England to expand the IAPT services so that 1.9 million adults with mental health problems can access treatment every year by 2023/2024. This requires the recruitment of 4500 new therapists by 2021 and an extra 6000 by 2024. However, IAPT services are struggling to recruit and retain its workforce. Therefore, investigating what may improve recruitment and retention is essential. This includes examining the support needed with role transition for IAPT practitioners. This study investigated the lived experience of psychotherapists who transition to working as High-Intensity Therapists in IAPT services. Method The theoretical framework for this inductive qualitative inquiry was Interpretative Phenomenological Analysis. Seven non-IAPT qualified psychotherapists transitioned to IAPT services participated in audio-recorded semi-structured interviews. Interviews were transcribed and a case-by-case idiographic analysis was undertaken. This process was followed by a cross-case analysis. XIV Findings Four super-ordinate themes were identified through the IPA process ‘Transition’ highlighted participants’ experiences in their early phase of moving to the IAPT services. ‘Learning the ropes’ emphasised participants’ endeavour to understand and make sense of IAPT. The super-ordinate theme ‘Adjustment’ described the changes participants made to adapt to the new IAPT role and position themselves in the new system. ‘Transformation’ described the participants’ cognitive and emotional evolution while transitioning to the IAPT system. Conclusion This study provides a detailed, phenomenological account of the lived experience of the transition of seven non- IAPT qualified psychotherapists to IAPT services. Transition to IAPT services for this group of therapists presents unique challenges that employers might consider in attracting and retaining experienced therapists. New insights were developed that can inform not only IAPT services but also other mental health services. The role of the organisation in facilitating the transition to IAPT services was explored specifically for experienced therapists. New avenues for future research were also identified, such as empirical studies into IAPT managers’ challenges in IAPT with its fast expansion and how they could support newcomers to IAPT

    ANALISIS WAKTU PEMBANGUNAN GEDUNG BERLANTAI I MENGGUNAKAN METODE CRITICAL PATH METHOD (CPM)

    Get PDF
    Proyek pada umumnya memiliki batas waktu (deadline), sehingga proyek harus diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan atau lebih cepat. Waktu merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pelaksanaan konstruksi. Perencanaan waktu yang tidak baik akan mengakibatkan keterlambatan, menurunnya kualitas, dan meningkatnya biaya pelaksanaan. Untuk menentukan waktu penyelesaian proyek maka perlu dibuat perencanaan waktu pelaksanaan proyek. Pada umumnya yang merencanakan waktu pelaksanaan suatu proyek konstruksi adalah manajer proyek. Namun seringkali pelaksanaan di lapangan tidak sesuai dengan perencanaan. Hal ini dapat disebabkan oleh komposisi pekerja, metode pelaksanaan pekerjaan, dan juga pengalaman pekerja. Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah perkiraan durasi aktual yang digunakan dalam menyelesaikan pembangunan proyek konstruksi gedung berlantai I, serta urutan pekerjaan yang sering dilakukan oleh kepala tukang dan tukang yang telah berpengalaman dalam pekerjaan konstruksi bangunan gedung. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan waktu pelaksanaan proyek dengan menggunakan metode Critical Path Method (CPM) berdasarkan data-data yang didapat dari pengalaman responden. Dalam penelitian ini responden yang dipilih adalah kepala tukang dan tukang berjumlah 30 orang dengan pengalaman kerja lebih dari sepuluh tahun. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini yaitu komposisi rata-rata pekerja yang dipakai adalah 1 orang kepala tukang, 3 orang tukang dan 3 orang pekerja, berdasarkan data durasi tiap-tiap pekerjaan yang didapat dari hasil kuisioner dan kemudian diolah dengan menggunakan metode CPM, didapatkanlah waktu aktual untuk menyelesaikan proyek gedung berlantai I dengan luas 110 m2 adalah selama 106 hari, dengan jumlah kegiatan pada lintasan kritis sebanyak 20 kegiatan dari 32 kegiatan atau sebanyak 62,5 %. Setelah mengetahui waktu aktual pelaksanaan proyek tersebut, maka diharapkan pihak pelaksana proyek maupun praktisi konstruksi dapat mempergunakannya sebagai data yang dapat dipertimbangkan dalam merencanakan durasi pelaksanaan konstruksi pada saat penawaran dan juga pelaksanaan konstruksi.Kata Kunci: Waktu, Durasi, Proyek, CPM, Kepala Tukang

    THE CONCEPT OF MANAGEMENT IN ISLAMIC EDUCATION

    Get PDF
    Manajemen merupakan hal yang sangat penting bagi pengembangan pendidikan Islam di masa kini dan yang akan datang, Manajemen sering diartikan sebagai proses perencanaan, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. konsep manajemen dalam pendidikan Islam adalah proses perencanaan, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan pendidikan Islam dengan segala aspeknya agar tujuan pendidikan  tercapai secara efektif dan efisien tujuan utama manajemen dalam pendidikan Islam adalah pengembangan sumber daya manusia (tanmiyatul mawarid basyariyah), produktifitas (intajiyah) dan kepuasan (irtiyahi)

    The Age Pattern and Socio-economic Determinants of Growth Retardation in Preschool Children

    Get PDF
    Background: The prevalence of growth stunting and growth wasting in Indonesian preschool children is still high. The age pattern and socio-economic determinants of growth stunting and wasting have not been well understood. Objective: To describe the age pattern of linear and ponderal growth, and to identify socioeconomic and nutritional factors associated with stunting and wasting in preschool . children. Method: We analyzed the baseline data from a randomized trial. This cross sectional analysis was done using data collected at the first cycle of the Morvita study prior to treatment assignment. These data consisted of 747 preschool children aged 6-48 months from 25 rural villages of Purwodadi sub district who had completed anthropometric data. Results: The major growth deficit in length occurred during period of 6-24 months of age. After 24 months of age the linear growth tended to be plateau. The age pattern of ponderal growth was quite similar to the age pattern of linear growth except that the growth deficit was regained after 24 months of age. In the multiple logistic regression models, age and sib ship were significantly (

    DISABILITY AND FULFILMENT EDUCATION IN ISLAMIC HIGHER EDUCATION

    Get PDF
    Disability is synonymous with physical limitations and underdeveloped,sometimes disability have limited access to do a thing and activity,regardless of the fact they are some drawbacks is a creature of Godwhich want to get the opportunity and the same rights as ordinary ornormal human, suppose that the desire to acquire and attended highereducation. For most people, the disability becomes part of the AcademicCollege might be a new phenomenon. Until recently, a group of personswith disability still has to fight hard to gain equality and opportunity inaccessing higher education. many universities in Indonesia are willing toaccept persons with disability as his student since it still saves theassumption that persons with disability will not be able to follow thelecture program because of their physical limitations are can interruptthe process and associated costs

    Upacara Loy Kratong di Thailand dan upacara Labuhan di Daerah Istimewa Yogyakartal

    Get PDF
    Kata kunci: upacara labuha
    • …
    corecore