7 research outputs found

    Analisis Nilai Impedansi Listrik Campuran Lemak Babi Pada Lemak Sapi Dan Lemak Ayam Dengan Menggunakan 4 Elektroda

    Get PDF
    Metode spektroskopi impedansi merupakan metode yang sudah stabil untuk mengontrol kualitas dan kemurnian bahan secara cepat. Penelitian pengukuran impedansi listrik ini dilakukan dengan menggunakan metode empat probe pada lemak babi, lemak sapi dan lemak ayam. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya yang melakukan pengukuran impedansi lemak pada frekuensi tinggi dengan menggunakan LCR meter dan metode dua probe. Analisis model empat probe ini dapat mengindikasikan perubahan sifat listrik material ketika material tersebut mengandung bahan yang berbeda beradasarkan impedansinya. Asam lemak jenuh dan tak jenuh yang terkandung pada masing-masing lemak akan menentukan sifat kelistrikan bahan tersebut. Dalam penelitian ini, akan dijelaskan pengukuran impedansi listrik berbasis empat probe pada pengaruh campuran lemak babi terhadap lemak sapi dan lemak ayam dengan memberikan arus 100 μA pada frekuensi 1 Hz hingga 2 MHz. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum nilai impedansi listrik dari lemak menurun seiring dengan meningkatnya frekuensi pengukuran. Impedansi listrik dari lemak sapi lebih kecil dari lemak babi dan lemak ayam. Pengukuran impedansi bekerja dengan baik pada frekuensi hingga 1 Hz-2 MHz. Penambahan konsentrasi campuran lemak babi pada lemak sapi akan menyebabkan nilai impedansi listrik pada lemak sapi semakin meningkat. Sedangkan penambahan konsentrasi campuran lemak babi pada lemak ayam akan menyebabkan nilai impedansi listrik semakin menuru

    Analisis Produksi Sel Cd4 Dengan Kultur Pheripheral Blood Mononuclear Cell (Pbmc) Akibat Paparan Gelombang Elektromagnetik Frekuensi Radio

    Get PDF
    Penelitian ini untuk menganalisis produksi sel CD4 dalam limfosit akibat paparan gelombang elektromagnetik frekuensi radio. Sampel menggunakan limfosit dari darah donor manusia normal. Limfosit diperoleh dari proses isolasi PBMC. Proses pemaparan dilakukan dalam kotak pemaparan yang dilapisi oleh aluminium dan timbal. Frekuensi yang digunakan adalah 900 MHz dan 1800 MHz. Variabel pengukuran menggunakan variasi jarak dan waktu. Perhitungan produksi sel CD4 menggunakan flowcitometry. Proses kultur dan pewarnaan PBMC dengan sel staining buffer CD4 dilakukan pada limfosit. Perhitungan produksi sel CD4 menggunakan flowcitometry. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin lama waktu paparan RF, produksi sel CD4 meningkat. Pada frekuensi 900 MHz, perubahan sel CD4 tertinggi terjadi pada jarak 2,5 cm. Pada frekuensi 1800 MHz, perubahan sel CD4 tertinggi terjadi pada jarak 6,25 c

    Measurement of Emission Factor and Bioeffication of One Push Aerosol Insecticidies Against Decease of Females Aedes Aegypti

    Full text link
    At this time more household insecticide marketed in various trademarks, packaging, and active material content. For every instance should be examined the efficacy to the insect and calculated the particle concentration. The particle concetration measurement and bioeffication to 3 one push aerosol repellent product, the first is poduct A with content transfluthrin 21.3%, product B with content metofluthrin 3.5% and product C with content transfluthrin 25%. The test of bioeffication on female Aedes aegypti use the glass chamber with 3 times repetations. And for to known the relationship between emission factor and bioeffication so do the measurement of the particle concentration. Measurement of the particle insectisides concentration of one push aerosol performed using P-Trak models 8525 with 3 times repetations in the glass chamber. The results of bioeffication using glass chamber showed that the percentage of Aedes aegypti mortality on 3 the mosqito product repellent is 100%. The most rapid in Knock-Down Time 50 (KT 50) and KT 90 is Product A and the longest is product C. The results of Particle measurement use P-Trak models 8525 produces the factor emissions are different for each time of spraying. The highest is Product B, then produt A, and the lowest is the product C

    Studi pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Anonna muricata) dan kulit manggis (Garcinia mangostana) terhadap gambaran mikroskopis dan kadar SGPT organ hati mencit (Mus musculus) yang terpapar radiasi GAMMA

    No full text
    Radiasi gamma sering digunakan dalam radioterapi, sinar gamma memiliki energi yang besar dibandingkan dengan radiasi elektromagnetik lainnya sehingga dapat menembus jaringan manusia cukup jauh dan dapat membunuh sel kanker, tetapi di sisi lain penyerapan energi radiasi ke dalam tubuh akan dapat menyebabkan timbulnya radikal bebas pada dalam tubuh. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh dari radiasi gamma terhadap gambaran mikroskopis dan kadar sgpt organ hati mencit dan pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak dan kulit manggis. Penelitian ini dilakukan dengan cara mencit dipapari radiasi gamma tanpa pemberian ekstrak dengan 5 variasi waktu paparan untuk mendapatkan dosis paparan maksimumnya. Kemudian, mencit diberi ekstrak dengan variasi dosis dengan masing-masing diberi durasi paparan 40 menit dengan total dosis 268 μSv. Mencit kemudian diukur kadar SGPT dalam darah mencit selanjutnya mencit dibedah dan dibuat preparat organ hati. Kerusakan organ dapat dilihat dari gambaran mikroskopis dengan perbesaran 100x, hasil dari kadar SGPT turut memperkuat hasil gambaran mikroskopis. Hasil penelitian menunujukkan sebelum diberi antioksidan, kerusakan total sel hepatosit adalah 47,34%. Setelah diberi ekstrak daun sirsak kerusakan total sel hepatosit adalah 25,02%, ekstrak kulit manggis 23,42% dan campuran ekstrak daun sirsak dan kulit manggis 21,95%. Untuk kadar SGPT memiliki nilai masing- masing 85,3 U/L, 77,7 U/L dan 72,6 U/L dari kadar awal yaitu 128,67 U/L

    Penentuan Tpr20,10 (10 10 Cm2) Menggunakan Luas Lapangan Penyinaran Non Referensi Dengan Metode Pemodelan Barisan Geometri

    No full text
    Penentuan TPR��,��(10�10 cm²) menggunakan luas lapangan penyinaran non referensi diperlukan agar lebih aman bagi fisikawan medis ketika melakukan monthly quality control LINAC1 . Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi nilai TPR��,�� (10�10 cm²) menggunakan metode pemodelan barisan geometri serta membandingkannya dengan metode Sauer, Palmans, linear fit, dan protokol TRS-398. Penelitian ini diawali dengan melakukan pengukuran TPR��,��(10�10 cm²) 6 MV dan 10 MV menggunakan protokol TRS-398 pengukuran langsung. Setelah itu, dilakukan pengukuran percentage depth dose untuk menghitung TPR��,��(10�10 cm²) 6 MV dan 10 MV menggunakan metode pemodelan barisan geometri, Sauer, Palmans, linear fit, dan protokol TRS-398 perhitungan. Hasil penentuan TPR��,��(10�10 cm²) 6 MV dan 10 MV menggunakan metode pemodelan barisan geometri yaitu sebesar 0,683 0,004 dan 0,742 0,005. Estimasi TPR��,��(10�10 cm²) 6 MV dan 10 MV menggunakan metode pemodelan barisan geometri memiliki tingkat presisi yang setara dengan metode Sauer, Palmans, linear fit, protokol TRS-398 perhitungan dan pengukuran langsung. Estimasi TPR��,��(10�10 cm²) 6 MV menggunakan metode pemodelan barisan geometri lebih akurat dibandingkan dengan metode Sauer, Palmans, dan linear fit. Namun, estimasi TPR��,��(10�10 cm²) 10 MV menggunakan metode pemodelan barisan geometri kurang akurat dibandingkan dengan metode Sauer, Palmans, dan linear fit. Metode pemodelan barisan geometri berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut menggunakan Mathlab

    Analisis Pengaruh Frekuensi Dan Durasi Pulsa Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (Tens) Ditambahkan Terapi Farmakologi Terhadap Nyeri Dan Kemampuan Fungsional Anggota Gerak Atas Pada Pasien Artritis Reumatoid

    No full text
    Artritis reumatoid merupakan penyakit autoimun yang menyerang persendian. Penyakit ini banyak menyerang ekstremitas atas, dimana ekstremitas atas merupakan anggota tubuh yang memiliki peran penting dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Sendi yang terdampak akan menggalami penurunan kualitas dan fungsi jika tidak segera diobati. Pada penelitian ini dilakukan penggabungan terapi farmakologi dengan obat anti-reumatik (DMARDs) yang ditambahkan dengan terapi non-farmakologi seperti TENS untuk mengetahui efektivitasnya dalam mengurangi skala nyeri serta dapat meningkatkan kemampuan fungsional ekstremitas atas pada pasien artritis reumatoid. Subyek penelitian ini terdiri dari 15 relawan wanita yang terdiagnosis artritis reumatoid pada salah satu ekstremitas atas. Subyek penelitian akan terbagi menjadi 5 kelompok dengan randomisasi single blind. Kelompok 1 menerima obat anti-reumatik, sedangkan kelompok 2-5 menerima obat anti-reumatik yang ditambakan TENS dengan variasi frekuensi 4 Hz dan 100 Hz serta variasi durasi pulsa 100 msec dan 200 msec selama 15 menit. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terapi farmakologi yang ditambahkan dengan terapi TENS menghasilkan penurunan skala nyeri (p= 0,001) yang signifikan dibandingkan dengan kelompok yang memperoleh terapi obat antireumatik saja signifikan pada kelompok terapi TENS dengan metode frekuensi 100 Hz dan durasi pulsa 100 msec. Penurunan skala nyeri pada kelompok TENS ditandai dengan peningkatan kemampuan fungsional ekstremitas atas pasien artritis rheumatoid (p= 0,05

    Pengaruh Frekuensi Dan Durasi Pulsa Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (Tens) Terhadap Nyeri Dan Mobilitas Fungsional Pada Pasien Osteoartritis Lutut

    No full text
    Osteoartritis (OA) merupakan gangguan pada sendi yang saat ini banyak di alami oleh masyarakat terutama pada usia lanjut. Sejauh ini beberapa upaya pengobatan telah dilakukan untuk mengatasi nyeri pada kasus osteoartritis lutut, seperti penggunaan obat anti-inflamasi, analgesia, serta latihan fisik. Salah satu modalitas potensial tersebut adalah Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), yang merupakan terapi non-invasif yang banyak digunakan dengan metode mengirimkan simulasi listrik melalui permukaan kulit. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan mampu menganalisis berapa frekuensi dan durasi yang tepat sebagai stimulus pereda nyeri untuk kasus osteoartritis lutut tidak hanya nyeri yang dirasakan saat pasien dalam kondisi istirahat namun juga saat melakukan aktivitas serta pada peningkatan mobilitas fungsional pasien. Metode penelitian yang dilakukan adalah Desain penelitian yang digunakan adalah Randomized Clinical Trial (RCT), dengan single blind dan pre-test and post-test group design. Dimana subjek penelitian akan dibagi menjadi 5 kelompok,dengan variasi frekuensi TENS yang digunakan adalah 4 Hz dan 100 Hz serta durasi pulsa 100 μs dan 200 μs. Indikator penilaian yang digunakan untuk menilai skala nyeri adalah NRS (Numeric Rating Scale) dan untuk indikator fungsional lutut pasien dinilai menggunakan tes TUG (Time Up and Go). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa data karakteristik pasien seperti usia, berat badan, tinggi badan, dan BMI secara statistik terdistribusi normal dan tidak ada perbedana bermakna pada masing-masing kelompok (P< 0.005) . Berdasarkan hasil analisa juga terdapat perbedaan penurunan intensitas nyeri yang bermakna antara kelompok yang diberikan terapi TENS dan tidak (P<0.005), begitu juga terhadap peningkatan mobilitas fungsional lutut pasien didapatkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara kelompok yang diberikan TENS dan tidak diberikan TENS (P< 0.005). sehingga dapat disimpulkan bahwa frekuensi dan durasi pulsa TENS berpengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri dan peningkatan mobilitas fungsional pada pasien osteoartritis lutut
    corecore