29 research outputs found

    Analisis Dampak Erosi Terhadap Kapasitas Sungai Mati Di Kecamatan Tawangsari Dan Kecamatan Sukoharjo

    Get PDF
    Dampak pelurusan sungai di Kecamatan Tawangsari dan Kecamatan Sukoharjo mengakibatkan terbentuknya Sungai Mati. Akibat dari proses alam dan aktivitas manusia menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan seperti pendangkalan yang disebabkan oleh erosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar erosi yang terjadi dan pengaruh terhadap kapasitas Sungai Mati. Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode survei, pemetaan, dan wawancara. Untuk metode analisis erosi menggunakan metode USLE yang parameter-parameternya antara lain : Faktor erosivitas hujan (R) yang dihitung dari interpretasi data hujan; Faktor tanaman (C) dan faktor pengelolaan lahan (P) ditentukan dari peta tataguna lahan; Faktor panjang dan kemiringan lereng (LS) dihitung dari data topografi yang didapatkan dari pengukuran lapangan; dan Faktor erodibilitas tanah (K) ditentukan dari analisis jenis tanah. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh erosi terhadap kapasitas Sungai Mati menggunakan analisis spasial. Berdasarkan dari hasil analisis dengan menggunakan metode USLE didapatkan hasil bahwasannya ada 73 lokasi di daerah penelitian yang berbeda besar erosinya, sedangkan untuk total erosi keseluruhan yang terdapat di daerah penelitian sebesar 37.704,42 Ton/Ha/thn atau 10.329,98 Ton/Ha/hari atau 29.251,25 m3/Ha/hari. Erosi yang terjadi tersebut dapat mengurangi kapasitas Sungai Mati yang semula (eksisting) sebesar 49.329,075 m3 menjadi 20.077,825 m3 m3/hari

    Kelayakan Ekonomi Dan Lingkungan Kegiatan Pertambangan Rakyat Di Kabupaten Sleman

    Full text link
    Kabupaten Sleman memiliki 19 titik lokasi penambangan rakyat yang belum memiliki ijin dari pemerintah. Kegiatan penambangan menghasilkan dampak positif dan negatif bagi lingkungan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai kelayakan ekonomi dan lingkungan sebagai dasar untuk memberikan ijin bagi kegiatan pertambangan rakyat tersebut. Penentuan kelayakan ekonomi dan lingkungan menggunakan metode pengharkatan. Kelayakan ekonomi kegiatan penambangan menggunakan 3 parameter sebagai dasar evaluasi, baik untuk penambangan di bukit maupun di sungai. Parameter kegiatan penambangan di bukit adalah umur tambang, potensi pasar dan pemanfaatan bahan galian, dan benefit cost ratio (BCR). Sedangkan parameter kegiatan penambangan di sungai adalah perbandingan cadangan terhadap penggunaan bahan galian (PCPBG), potensi pasar dan pemanfaatan bahan galian, dan benefit cost ratio (BCR). Adapun parameter kelayakan lingkungan adalah jenis dampak yang dihasilkan dari kegiatan penambangan, yaitu Dampak Penting Hipotetik (DPH), Dampak Tidak Penting Hipotetik 1 (DTPH 1), dan Dampak Tidak Penting Hipotetik 2 (DTPH 2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari aspek kelayakan ekonomi terdapat 10 titik lokasi tidak layak, 5 titik lokasi kurang layak, dan 4 titik lokasi layak. Sedangkan dari aspek kelayakan lingkungan terdapat 12 titik lokasi tidak layak, 4 titik lokasi kurang layak, dan 3 titik lokasi layak

    CLIMATE CHANGE ADAPTATION ON LAND COVER OF SAND DUNES ECOSYSTEM PARANGTRITIS COASTAL AT BANTUL REGION, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, INDONESIA

    Get PDF
    Interpretation of imagery in 2003, 2010, and 2016 shows the changing patterns of land cover on coastal areas at Parangtritis Bantul. This change was triggered by climate change factors, especially rainfall. The study aims to: 1) mapping the pattern of land cover change on coastal sand dune Parangtritis ecosystem and its relation to climate change occurs; 2) determine the forms coastal sand dune ecosystem adaptation due to the climate change.The study was conducted by surveying and mapping. Firs creating a map of land cover temporally. Map of the pattern of land cover 2003 and 2010 of land area was obtained by image interpretation. The pattern of land cover in 2016 was obtained from the existing mapping month from May to September 2016. The changes pattern of land cover is shown by the calculation of the area coverage and type of land cover from time to time. Climate change is seen by the trend analysis of rainfall last 19-28 years. The link between land cover and climate change were analyzed descriptively. The forms observed adaptation of the dominant vegetation growing as land cover in the zone of active sand dunes.The results showed that from 2003 to 2016 a reduction in the extent of land cover types such as moor, natural bush, cultivated plants, ponds, and settlements. Land cover types shoals and sandbanks open beaches are also reduced. Rainfall trend analysis showed that the study area has increased the amount of rainfall. The rainy season in the area the research took place between the months of November to June, while the dry season lasts between the months of June to October. Adaptation form occurs that is increasingly broad and diverse types of vegetation found in sand dune ecosystems. The dominant vegetation that found such as grass run, pandanus thorns, thistle, Ipomea, cassava, gamal, fir shrimp, and dragon fruit

    KONSERVASI MATAAIR SEBAGAI UPAYA MANAJEMEN SUMBERDAYA AIRTANAH BERKELANJUTAN (STUDI KASUS: MATAAIR LINGSENG, SUB DAS CELENG, KABUPATEN BANTUL, YOGYAKARTA)

    Get PDF
    Mataair merupakan salah satu sumberdaya air yang berasal dari airtanah. Mataair mempunyai peran penting sebagai pemasok kebutuhan air di berbagai tempat. Mataair telah menjadi bagian penting manusia dalam aspek sosial, budaya, dan ekonomi. Meskipun debit saat musim kemarau lebih kecil dibandingkan dengan saat musim penghujan tetapi dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sepanjang tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kerentanan mataair dan konservasi mataair sebagai manajemne sumberdaya air berkelanjutan.Metode yang digunakan adalah metode survei, pemetaan, dan skoring. Parameter yang dinilai untuk menentukan tingkat kerentanan mataair adalah curah hujan, kemiringan lereng, konduktivitas hidraulika, infiltrasi, debit mataair, dan penggunaan lahan.Mataair Lingseng merupakan mataair yang muncul melalui rekahan breksi dengan debit berfluktuatif. Debit rerata di bulan Oktober 113,33 ml/dt; bulan Desember 183,33 ml/dt; bulan April 91,67 ml/dt; dan bulan Mei 54 ml/dt. Tingkat kerentanan degradasi Mataair Lingseng mempunyai skor 18 dan termasuk dalam kelas III dengan kriteria kerentanan menengah. Konservasi dengan hutan pertanian sistem multistrata agrosilvikultur. Tanaman yang digunakan adalah pohon sengon, pohon kakao/coklat, pohon lamtoro, tanaman jagung, dan mulsa organik serta mulsa batu.Kata kunci: Konservasi, Kerentanan, Mataair, Berkelanjuta

    Pengelolaan Ekosistem Rawa Lebak di Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah

    Get PDF
    Meander ruas bekas sungai sebagai hasil dari normalisasi Sungai Bengawan Solo pada tahun 1994-1996 memiliki karakteristik seperti rawa lebak. Ruas bekas sungai yang berbentuk meander ini menjadi tempat penampungan limpasan air daerah sekitarnya dan menjadi sumber irihasi saat musim hujan. Keberadaan rawa lebak ini tidak dimanfaatkan dengan baik oleh warga, yaitu digunakan sebagai tempat pembuangan sampah. Tindakan ini apabila tidak mendapat perhatian, akan menyebabkan banjir pada daerah sekitarnya. Oleh karena itu, perlu adanya pemanfaatan agar rawa lebak dapat lebih produktif. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui karakteristik rawa lebak, menentukan kelas kemampuan lahan rawa lebak, dan arahan pengelolaannya. Penelitian ini menggunakan metode Kelas Kemampuan Lahan. Parameter yang digunakan dalam penentuan tingkat kelas kemampuan lahan adalah data curah hujan, kemiringan lereng, tekstur tanah, drainase, kedalaman efektif tanah, adanya erosi, kerikil/batuan, banjir, neraca air, dan kapasitas infiltrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik rawa lebak memiliki tipe lebak tengahan dengan tinggi genangan 50-100 cm dengan waktu tergenang adalah 3-6 bulan setiap tahunnya. Neraca air memiliki tingkat surplus selama 7 bulan, dan mengalami defisit selama 5 bulan. Kelas kemampuan lahan rawa lebak berupa Kelas Vw-1 yaitu dengan hambatan utama berupa genangan atau kelebihan air. Pengelolaan ekosistem dan pemanfaatan rawa lebak dilakukan dengan budidaya pertanian dengan menggunakan sistem surjan dikombinasikan dengan mina padi pada musim penghujan. Kata Kunci: Tutupan Lahan; Rawa Lebak; Kelas Kemampuan Lahan; Neraca Air; Sistem Surja

    Penerapan Ekohidraulik pada Hulu Sub DAS Bompon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah

    Get PDF
    The upstream of Bompon sub-watershed is located in Magelang Regency, Central Java. The movement of soil mass and erosion often happens at Bompon sub-watershed. The occurrence of erosion is caused by high runoff so the soil and rocks become eroded and the loose material will enter the river body. The purpose of this study is to determine the characteristics and application of eco-hydraulics in the Upper Bompon watershed. The methods used include survey, mapping methods and mathematical methods. Preparation stage were done by collecting secondary data which were used as the basis for field data collection. The field work phase include collecting primary data by crosschecking and mapping. Furthermore, measuring river flow and observing the name of the flora. The results of the study showed that the width of the river was 1.1 m, the same as rice field irrigation channel with the pattern of dendritic drainage. The highest river flow discharge was 0.043 m3/s that occur in January, while the lowest was in June with river discharge of 0.010 m3/s. Eco-hydraulic application uses cliff restraint methods, namely cliff planting, cliff cover, cliff plants, flat fences and the use of gulud terraces. Keywords: River Flow Discharge, Ecohydraulic, Erosion, Upstream

    Arahan Konservasi Mata Air di Sebagian Desa Banjarasri, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta

    Get PDF
    Air telah menjadi kebutuhan dasar paling penting bagi manusia dalam melangsungkan kehidupan (Effendi, 2003). Mata air merupakan salah satu jenis sumberdaya air yang penting terutama untuk keperluan air minum (Rahardjo, 2008). Ketersediaan air yang mulai tidak stabil akibat dari terjadinya perubahan iklim seperti terjadinya kemarau panjang mulai mengancam kehidupan manusia (Kartasapoetra, 2017). Kepala Pelaksana BPBD DIY menyatakan 80% wilayah DIY berstatus awas kekeringan. Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo mengatakan bahwa 12 desa mengalami kesulitan air bersih termasuk diantaranya adalah Desa Banjarasri. Daerah penelitian terletak di sebagian Desa Banjarasri, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, DIY terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun Kalisoka, Dusun Paras dan Dusun Dukuh memanfaatkan 3 mata air dan beberapa sumur gali warga sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran serta karakteristik mata air di daerah penelitian, mengetahui potensi mata air di daerah penelitian dan mengetahui arahan konservasi yang tepat. Metode yang digunakan yaitu metode survei dan pemetaan, metode wawancara, metode matematis dan metode laboratorium. Karakteristik mata air yang dikaji berupa sebaran mata air dan tipe mata air. Potensi mata air yang dikaji berupa kuantitas berupa debit dan kualitas mata air. Kualitas mata air yang digunakan berupa pH, COD, BOD, DO, TDS, TSS, kekeruhan dan total coliform yang dianalisa berdasarkan kualitas air standar kelas I PerGub DIY No. 20 Tahun 2008 dan CaCO3 yang dianalisa berdasarkan PerMenKes No. 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 2 Tahun 2013 digunakan untuk menganalisa daerah imbuhan yang terdapat pada daerah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe mata air berdasarkan pengalirannya ke-3 mata air ini termasuk tipe intermittent karena debitnya berfluktuasi tergantung curah hujan. Berdasarkan debitnya, ke-3 mata air ini termasuk tipe kelas VII dengan debit berkisar 0,01-0,1 L/detik. Berdasarkan terjadinya, tipe ke-3 mata air ini adalah mata air kontak batuan yang terbentuk karena kontak lapisan batuan. Potensi mata air berdasarkan perbandingan kebutuhan air warga dengan debitnya yaitu belum berpotensi mencukupi kebutuhan air warga dan dari segi kualitas cenderung belum baik dengan parameter yang belum memenuhi bakumutu yaitu TSS, DO, COD dan BOD. Pengelolaan mata air yang dilakukan berupa pembuatan bak penampung dan pemerataan sistem distribusi, pembuatan teras individu pada daerah imbuhan, serta melakukan pendekatan sosial.Kata Kunci: Daerah imbuhan mata air, karakteristik mata air, konservasi mata air, mata air, potens

    Pengolahan Airtanah Tercemar Logam Berat Merkuri (Hg) Akibat Pertambangan Emas Rakyat sebagai Sumber Air Bersih dengan Adsorpsi Karbon Aktif Di Desa Cihonje, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah

    Get PDF
    Penambangan merupakan sektor alternatif bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Di Desa Cihonje, Kabupaten Banyumas terdapat kegiatan penambangan emas yang di kelola secara mandiri oleh masyarakat. Kegiatan pertambangan tersebut menggunakan cara tradisional. Masyarakat dalam usaha pengekstrakan emas menggnakan logam berat merkuri (Hg). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di jelaskan bahwa ambang batas merkuri (Hg) sebesar 0,001 mg/L. Guna mencapai batas standar yang diharapkan maka penelitian yang dilakukan akan mengkait hubungan Hg terhadap pencemaran pada airtanah di sekitar daerah penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat pencemaran logam berat mekuri (Hg) di airtanah akibat penambangan emas rakyat, dan menganalisis efektivitas teknik pengolahan airtanah tercemar logam berat merkuri (Hg). Metode yang digunakan adalah metode survey dan pemetaan, analisis laboaratorium, wawancara, analisis deskriptif, dan metode indeks pencemaran. Pengambilan sampling air limbah berdasarkan metode purposive sampling, untuk air permukaan diambil 2 titik sampel yaitu Air Sungai 1, Air Sungai 2, dan airtanah yang diambil sebanyak 3 titik sampel berdasarkan arah aliran airtanah. Setelah kadar pencemar diketahui, kemudian dilakukan pengolahan pada skala lab dengan menggunakan metode adsorpsi dengan media adsorben karbon aktif dan zeolit untuk mengetahui tingkat efektifitasnya. Percobaan laboratorium dilakukan dengan metode fixed-bed colum yang diisi materia karbn aktif. Pengujian Hg dilakukan pada hari petama, ke 3 dan ke 7. Hasil penelitian didapatkan bahwa kualitas sampel airtanah memiliki kandungan TSS sebesar 56 mg/L, nilai kekeruhan sebesar 2716,67 NTU dan merkuri sebesar 0,031 mg/L. Metode adsorpsi dengan karbon aktif memiliki nilai efektifitas untuk kandungan TSS, kekeruhan, dan merkuri berturut-turut sebesar 83,33%;99,42%;dan 99,46%. Efektivitas adsorpsi dengan adsorben zeolit untuk kandungan TSS, kekeruhan, dan merkuri berturut-turut sebesar 83,33%;99,42%; dan 99,14%.Kata Kunci: airtanah, karbon aktif, zeolit, metode adsorps

    Analisis Indeks Risiko Lingkungsn Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Mojorejo Di Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah

    Get PDF
    Mojorejo landfill establised since 1994 and already operating more than five years with open dumping operating system. Based on Undang-Undang Republik Indonesia No 18 Tahun 2008, the landfill sould not be operated again by open dumping system, but increased to controlled landfill. Changes the system to reduce some environmental pollution such as air pollution and ground water pollution. The purpose of this research aims to calculate the Environmental Risk Index Mojorejo landfill. Methodology in the research used is survey, laboratory test, and evaluation method. There are three parameter criteria to get Environmental Risk Index that are assessed based on Minister of Public Works Regulation Number 03 of 2013 were landfill criteria (20 parameters), solid waste criteria at landfill (4 parameters), and leachate characteristics (3 parameters). The results showed that Mojorejo Landfill was included in the medium hazard criteria with a value of 543,36. Therefore the suggested actions are to continue the landfill sites and do rehabilitation into controlled landfill gradually. Keywords:  Controlled Landfill, Environmental Risk Index, Mojorejo Landfill.
    corecore