2,011 research outputs found

    Land Characteristics of Batang Pelepat Watershed in Bungo District, Jambi

    Get PDF
    Land Characteristics of Batang Pelepat Watershed In Bungo District, Jambi (Sunarti): Land characteristics describe biophysics characteristics of watershed. But, land has been used for economic oriented. The objective of this research is to identify land characteristics of Batang Pelepat watershed. Data collection was carried out by survey based on land unit map and analyzed by descriptive analysis. The results showed that land in Batang Pelepat watershed consist of 23 land units and some land use types (forest, rubber and oil palm farming, settlement and shrub), soil parent materials variously (alluvium, granite, tuff andesite, basalt, and clay rock), soil depth ranges from 88 to 160 cm and soil texture is classified moderate fine to fine. Lands were dominated by slope of >15–30% and >45–65% and dystrudepts of soil group with soil fertility level very low to low because its pH about 3.80-6.20, base saturation about 7.86-32.79% and P- available about 2.80-25.00 ppm. Various land use has also caused different erosion and permeability levels

    Evaluasi Program Sekolah Islam Terpadu di SDIT Tunas Mulia Wonosari Gunungkidul

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi empirik dan mengevaluasi program Sekolah Islam Terpadu di SDIT Tunas Mulia Wonosari Gunungkidul. Penelitian ini difokuskan pada: (1) standar kompetensi siswa: (2) program kerja pendukung; (3) model kurikulum; (4) pemahaman guru tentang konsep Sekolah Islam Terpadu; (5) pembagian tugas guru; (6) fasilitas sumber belajar, media dan sarana prasarana pembelajaran; (7) proses guru mengintegrasikan nilai-nilai Islam pada saat KBM; (8) proses penanaman nilai-nilai agama Islam; (9)cara mengevaluasi sikap dan perilaku siswa di SDIT Tunas Mulia; dan(10) hasil Pendidikan di SDIT Tunas Mulia dalam bentuk sikap dan perilaku. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi yang menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Model evaluasi yang digunakan adalah model evaluasi Discrepancy Model oleh Provus. Kriteria evaluasi ditetapkan sebelum pengumpulan data, yang dikembangkan melalui kajian pustaka dan berdasarkan pada Standar Mutu Sekolah Islam Terpadu yang disusun oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia. Data penelitian ini dikumpulkan menggunakan metode dokumentasi, pengamatan wawancara, dan angket. Upaya untuk meningkatkan objektivitas dan kredibilitas data dilakukan dengan memperpanjang waktu penelitian, trianggulasi, dan member check. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif menurut Miles dan Huberman, yaitu: pengumpulan data, penyajian data, reduksi data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut (1) Di SDIT Tunas Mulia ada standar kompetensi siswa. (2) Di SDIT Tunas Mulia ada program kerja pendukung. (3) Model kurikulum yang digunakan adalah kurikulum nasional yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam. (4) 74% guru SDIT Tunas Mulia sudah memahami konsep sekolah Islam terpadu dan bisa mengimplementasikan , 16% sudah memahami konsep sekolah Islam terpadu tetapi belum bisa mengimplementasikan terutama dalam mengintegrasikan nilai-nilai Islam pada materi pembelajaran, dan 10% belum memahami konsep sekolah Islam terpadu.(5) Di SDIT Tunas Mulia ada pembagian tugas guru. (6) Fasilitas sumber belajar dan media pembelajaran yang belum ada diantaranya adalah laboratorium komputer, laboratorium IPA, dan tempat olah raga,sedangkan sarana prasarana yang belum memenuhi standar adalah tempat wudhu, tempat MCK, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan gudang. (7) Guru SDIT Tunas Mulia sudah mengintegrasikan nilai-nilai Islam dam proses KBM. (8) Proses penanaman nilai-nilai agama Islam di SDIT Tunas Mulia yaitu dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, upacara pada hari senin, Malam Bina Iman dan Taqwa, pembiasaan, keteladanan, dan komunikasi dengan orang tua. (9) Cara evaluasi sikap dan perilaku siswa di SDIT Tunas Mulia yaitu dengan pengamatan terstruktur oleh guru dan wali kelas, hasil pengamatan didiskusikan setiap Sabtu pada rapat guru yang dipimpin langsung oleh kepala sekolah atau wakil kepala urusan kesiswaan. (10) Hasil pendidikan dalam bentuk sikap dan perilaku yaitu secara umum siswa SDIT Tunas Mulia terutama kelas atas (kelas IV – VI) memiliki aqidah yang kuat, benar dalam beribadah, memiliki akhlak yang baik, mandiri, cerdas dan berpengetahuan, kuat badannya, dan bersungguh-sungguh. Sedangkan terkait dengan kemampuannya dalam menata waktu dan urusannya serta bermanfaat untuk orang lain masih perlu bimbingan

    Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran PKn Melalui Role Play Pada Siswa Kelas IV SDN Segulung 03 Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun Semester II Tahun Pelajaran 2018/2019

    Get PDF
    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “adakah peningkatan kemampuan berbicara melalui teknik Role Play, sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya melalui teknik Role Play siswa kelas IVsemester IISDN Segulung 03 Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2018/2019 . Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dengan jenis penelitian tindakan. Dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan guru lain serta dengan kepala sekolah. Peneliti terlibat langsung dalam penelitian mulai dari awal sampai penelitian berakhir. Peneliti berusaha melihat, mengamati, merasakan, menghayati, merefleksi dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Tahap-tahap pelaksanaan penelitian tindakan terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (obseving), dan refleksi (relecting). Untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat maka data yang telah terkumpul dianalisis secara statistik yaitu mengunakan rumus mean. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai rata-rata kemampuan berbicara pada siklus I 7 dalam hal ini masuk pada katagori cukup dan mendekati lebih dari cukup, pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 7,92 masuk pada katagori lebih dari cukup dan mendekati baik, dan pada siklus ketiga diperoleh nilai rata-rata 9,28 masuk dalam katagori baik sekali. dapat disimpulkan bahwa : Ada peningkatan kemampuan menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya melalui teknik Role Play siswa kelas IVSDN Segulung 03 Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2018/2019

    UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU ANGKA Di TK A MOJODOYONG 2 KEDAWUNG SRAGEN TAHUN AJARAN 2010/2011

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam pembelajaran melalui permainan kartu angka pada anak kelompok A TK Mojodoyong II Kedawung, Sragen tahun ajaran 2010/2011. Penerima tindakan adalah seluruh anak kelompok A TK Mojodoyong II Kedawung, Sragen tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 15 anak. Pelaksana tindakan adalah peneliti, sedangkan guru bertindak sebagai kolaborator. Penelitian dilakukan dengan metode observasi atau mengamati secara langsung, catatan lapangan untuk mencatat kejadiankejadian yang muncul pada saat proses pembelajaran kognitif berlangsung dan dokumentasi yang berupa foto guru dan peserta didik.. Analisis data secara deskriptif kualitatif dengan model alur yang terdiri atas proses analisis data, penyajian data, dan verivikasi data. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan kognitif anak secara berarti dalam proses pembelajaran melalui permainan kartu angka. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan anak yang meliputi dua indicator yaitu mengenal angka, menghitung benda dan mencocokkan benda dengan kartu angka yang sesuai. Sebelum dilakukan tindakan nilai kemampuan kognitif anak 26% , setelah dilakukan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 33%, pada siklus II meningkat menjadi 46%, dan diakhir tindakan yaitu pada siklus III meningkat menjadi 80%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan permainan kartu angka dalam pembelajaran di TK dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak

    SINTESIS ZEOLIT A DARI ABU DASAR BATUBARA (COAL BOTTOM ASH) DENGAN METODE PELEBURAN DAN HIDROTERMAL

    Get PDF
    Zeolites can be synthesized from materials containing silica (SiO2) and alumina (Al2O3). The analysis showed that the coal bottom ash from PLTU Paiton contained a number of oxides, namely: SiO2 49.73%; Al2O3 19.51%; Fe2O3 16.18%; CaO 5.40%; MgO 2.96%; Na2O 1.23%; K2O 0.84%; TiO2 0.99%; MnO 0.17%; and LOI of 2.38%. Zeolite from coal bottom ash was carried out by fussion and hydrothermal methods. Based on the percentage of alumina from the bottom ash, it is necessary to add pure alumina for the perfection of the zeolite formed. The addition of 1.5 g sodium aluminate resulted in a higher crystallinity level of the zeolite. This is indicated by the appearance of sharp peaks at 2θ = 30.098 (d = 2.96); 24.14 (d = 3.68); 27.24 (d = 3.27); 6.63 (d = 13.31); 7.08 (d = 12.47); 7.32 (d = 12.06) and 10.30 (d = 8.58). Based on the comparison of the peaks that appear on the diffractogram with the standards proposed by Ballmoos, with the addition of 1.5 grams of aluminate, the overall zeolite formed is zeolite A

    Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Siswa Kelas VIIIB SMP Negeri I Lappariaja

    Full text link
    Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah yang telah dikemukakan di atas. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri I Lappariaja tepatnya di desa Patangkai, Kecamatan Lappariaja, Kabupaten Bone, dengan Subjek seluruh siswa kelas VIIIB dengan jumlah siswa adalah 24 siswa yang terdiri atas 5 laki-laki dan 19 perempuan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan tahapan sebagai berikut: Perencanaan, Pelaksanaan ,Pengamatan ,Refleksi. Prosedur penelitian dilakukan dalam dua siklus yaitu ( 1)Siklus (1) Tahap perencanaan tindakan (planning);(2)Tahap pelaksanaan tindakan (acting; 3) Tahap pengamatan dan evaluasi (observing); (4) Tahap refleksi (reflection). Hasil analisis dari siklus I menjadi acuan untuk merencanakan siklus II dengan harapan untuk mencapai hasil yang lebih baik dari siklus sebelumnya. Siklus II pada dasarnya langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II relative sama dengan perencanaan dan pelaksanaan pada siklus I dengan mengadakan beberapa perbaikan dan penambahan sesuai dengan Kenyataan yang ditemukan. Menyusun rencana pada siklus II berarti menyusun rencana berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Dari table 1 menunjukkan bahwa skor rata-rata (mean) hasil keterampilan proses sains setelah diterapkan model pembelajaran berdasarkan masalah. Pada siklus I adalah 65,3 dari skor ideal yang mungkin dicapai adalah 100. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya perhatian siswa dengan melakukan kegiatan lain selama proses pembelajaran berlangsung. Apabila skor hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam 5 kategori maka diperoleh distribusi frekuensi nilai seperti yang disajikan pada tabel 2 dan terlihat jelas bahwa masih ada siswa yang berada pada kategori sangat rendah tidak ada dan sekitar 20,8% siswa yang berada pada kategori rendah. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya siswa yang memperhatikan pelajaran.Pada siklus II secara individual, skor yang dicapai siswa bervariasi dari skor minimum 52 dari terendah yang mungkin dicapai 0 sampai dengan skor maksimum 84 dari skor ideal yang mungkin dicapai 100 dari rentang skor 32. Grafik Persentase Skor Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Akhir Siklus II. Dari tabel 4.6 menunjukkan bahwa 4,2% siswa yang berada pada kategori rendah dan sekitar 12,5% siswa yang berada pada kategori sangat tinggi,. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil keterampilan proses sains siswa kelas VIIIB SMP Negeri I Lappariaja meningkat. Dari hasil penelitian yang dilakukan sebanyak dua siklus dapat disimpulkan bahwa: Penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa SMP Negeri 1 Lappariaja yang indikatornya berupa peningkatan skor rata-rata keterampilan proses sains dari siklus I sebesar 65,3 ke siklus II sebesar 69,3. Semangat dan motivasi siswa meningkat terlihat ketika siswa berebutan menjawab pertanyaan dan tugas, ini membuktikan ada peningkatan dalam proses belajar mengajar yang dilakukan mulai dari siklus I kemudian dilanjutkan ke siklus IIKata Kunci: pembelajaran berdasarkan masalah,proses sainsIn principle, this study aims to address problems that have been mentioned above. The research was conducted in SMP Negeri I Lappariaja precisely in the village Patangkai, District Lappariaja, Bone regency, with the whole subject VIIIB grade students by the number of students is 24 students consisting of 5 men and 19 women. This study uses classroom action research with the following stages: Planning, Implementing, Observations, Reflections. Research procedure is conducted in two cycles: (1) Cycles (1) The planning stage of the action (planning); (2) phase of implementation of the action (acting; 3) Phase observation and evaluation (observing); (4) Phase reflection (reflection). Analytical results from the first cycle to the second cycle of reference for planning with the hope to achieve better results than the previous cycle. Cycle II is basically the steps performed in the second cycle is relatively the same as the planning and execution of the first cycle by making some improvements and additions in accordance with the data that was collected. Develop plans in the second cycle means the plan based on the results of the reflection on the cycle I. From Table 1 shows that the average score (mean) results of applied science process skills after learning model based problem. In the first cycle of the ideal score is 65.3 which may be achieved is 100. This is due to the lack of attention of students to do other activities during the learning process. If the score of student learning outcomes are grouped into five categories, the obtained frequency distribution of values as presented in Table 2 and it is clear that there are students who are in the very low category does not exist, and approximately 20.8% of students in the low category. This is due to the lack of students who pay attention pelajaran.Pada second cycle individually, scores achieved by students varies from a minimum score of 52 achieved the lowest possible score from 0 to a maximum of 84 from the ideal score that might be achieved 100 out of the range of scores 32. Graph percentage of Students Science process Skills Score At End of Cycle II. From Table 4.6 shows that 4.2% of students in the low category and approximately 12.5% of students who are at very high category ,. So we can conclude that the results of science process skills VIIIB grade students of SMPN I Lappariaja increased. From the results of research conducted by two cycles can be concluded that: Application of learning model Problem Based Instruction (PBI) in learning can improve science process skills of students of SMP Negeri 1 Lappariaja the indicator in the form of an increase in the average score of science process skills of the first cycle of 65, 3 to the second cycle of 69.3. The spirit and motivation of students increased visible when students are scrambling to answer questions and tasks, this proves there is an increase in the learning process carried out from the first cycle and then proceed to the second cycl
    • …
    corecore