11 research outputs found
BUDAYA ORGANISASI DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI PERSEKOLAHAN SWASTA : Studi Kohesivitas, Kelenturan, dan Daya Dukung Budaya Organisasi terhadap Peningkatan Mutu Proses Pendidikan di Persekolahan AJ-Irsyad Al-Islamiyyah Kotamadya Tegal
Persekolahan swasta adaiah mitra pemerintah, sistem, organisasi, dan komunitas.
Sebagai mitra pemerintah, sekolah swasta bebas mengembangkan ciri khasnya, tetapi tata cara
pendirian dan penyelenggaraannya hams konsisten terhadap peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku. Sebagai sistem, sekolah swasta meliput subsistem input, proses dan output.
Sebagai sistem proses terkandung pula sub-subsistem tindakan, pemantauan, dan komunikasi.
Persekolahan swasta sebagai organisasi, di dalamnya memuat interaksi antara kepentingan
organisasi dan kebutuhan perangkat organisasi, sedangkan secara eksternal ia harus berinteraksi
dengan suprasistem di mana ia bereksistensi. Persekolahan swasta sebagai komunitas, merujuk
kepada kenyataan bahwa manusia yang terlibat dalam proses pendidikan menghajaikan suatu
ruang refleksi untuk melangsungkan proses-proses pencapaian tujuan pendidikan.
Multidimensi persekolahan swasta tersebut selanjutnya bermuara pada persoalan teknis
mengenai kekhasan, kebermutuan, kemandirian, dan ketertataan. Dari sudut pandang
administrasi pendidikan, ragam persoalan teknis itu dapat dirangkum dalam kata kunci
''kapabilitas manajemen". Salah satu komponen kapabilitas manajemen yang mewadahi
persoalan teknis itu adaiah budaya organisasi. Sementara persoalan kebermutuan pendidikan di
persekolahan swasta, yang hakikatnya merupakan konsekuensi dari posisinya sebagai mitra
pemerintah, menuntut "pencairan" pada tingkat proses sebagaimana asumsi yang diyakini dalam
dunia pendidikan : bahwa kebermutuan hasil pendidikan hanya mungkin diraih dari
kebermutuan proses pendidikan.
Dari inti pemikiran itulah tesis ini berusaha menggambarkan dan memaknai hubungan
antara budaya organisasi dengan peningkatan mutu proses pendidikan di persekolahan swasta,
dengan mengangkat kasus persekolahan Al-Irsyad di Kotamadya Tegal. Provinsi Jawa Tengah.
Untuk memahami wilayah empirik, dalam tesis ini dikonstruksi seperangkat konsep dan
teori mengenai persekolahan swasta, mutu proses pendidikan, dan budaya organisasi.
Persekolahan swasta, secara teoretik dipahami sebagai satuan pendidikan yang memiliki
kontribusi, kemandirian, dan kebebasan. Ia dapat diselenggarakan oleh organisasi federatif
maupun nonfederatif, dengan intensitas pemeliharaan ciri khas yang berbeda. Konse|)
kebermutuan proses pendidikan meliputi subsistem proses pendidikan, kinerja sistem
pendidikan, dan indikator teknis-operasional proses pendidikan yang bermutu.
Teori budaya organisasi dihimpun atas dasar konsepsi sekolah sebagai sistem sosioteknik
(Owens, 1982) dan perubahan skala organisasi pendidikan (Sanusi,l995). Atas dasar itu,
budaya organisasi dalam tesis ini dihampiri secara holistik. Tujuh delinisi budaya organisasi
dirangkum beserta elaborasi budaya organisasi sebagai subkomponen kapabilitas manajemen
(Ansoff&Donnell, 1990); empat dimensi nilai budaya organisasi (Sionner &Freeman, 1994;
Khandwala, 1976; Deal &Kennedy, 1982; dan Evans, 1988); peran budaya organisasi dalam
siklus hidup organisasi (Adises, 1988); ancangan dasar pengclolaan budaya organisasi baik
berdasarkan tahap hubungan organisasi (Evans, 1988) maupun level manajemennya (Kilman,
\ 11. .\n'i;r, S////I/ biuhyii Ot^auiuisi, Tests
1985); dan sepuluh ciri pokok budaya organisasi (Robbins, 1984). Pada latar belakang masalah
pun, telah dikedepankan teori penumbuh kreativilas, dan peluang inovasi dalam organisasi.
Hasil-hasil studi terdahulu yang berkenaan dengan budaya organisasi, dihimpun pula sebagai
bagian dari kerangka teoretik penelitian ini.
Konsep dan teori yang telah dikonstruksi selanjutnya mengantarkan penulis kepada
pencanangan asumsi penelitian sebagai berikut : (1) mutu pendidikan adaiah kunci
kelangsungan dan keterpilihan sekolah swasta serta merupakan resultan dari kebermutuan proses
pendidikan; (2) peningkatan mutu proses pendidikan memerlukan pengembangan suasana
budaya organisasi yang kondusif; (3) budaya organisasi pada hakikatnya merefleksikan sikap
terhadap perubahan, preferensi terhadap risiko, perspektif waktu dan tindakan organisasi.
Di tingkat empirik ditemukan bahwa ikhtiar peningkatan mutu proses pendidikan di
persekolahan yang diteliti, berorientasi kepada peringkat sekolah melalui raihan NEM lulusan,
memperjuangkan prestasi non-akademik untuk menegakkan pamor sekolah. dan'
mempertahankan jenjang akreditasi sekolah. Adapun upaya yang dicurahkan meliputi segenap
sumberdaya dan siasat-siasat intrakurikuler serta ekstrakurikuler, kebijakan seleksi kenaikan
kelas, dan berbagai pengayaan wawasan teknologi kependidikan bagi guru.
Salah satu bentuk inefisiensi internal yang diakibatkan oleh berbagai siasat tersebut
adaiah, tingginya angka mengulang kelas dan meinbengkaknya biaya pendidikan yang harus
dipikul oleh penyelenggara. Pada aspek pemeliharaan ciri klias, persoalan yang belum terjawab
tuntas adaiah diskontinuitas pendidikan antarjenjang persekolahan Al-Irsyad' Tegal.
Sebagai sebuah entitas, budaya organisasi penyelenggara persekolahan Al-Irsyad Tegal
ternyata mengalami perubahan yang berkelanjutan. Sedangkan sebagai pengatur tingkah laku
dan penghantar organisasi mencapai tujuannya, budaya organisasi lebih berdaya tahan dalam
aspek kekuatannya tetapi menurun dalam aspek kohesivitasnya. Dari sini budaya organisasi
menuntut pemilahan fungsi antara nilai intrinsik dengan nilai instrumentalnya.
Kelenturan budaya organisasi dalam studi ini tampak dari perencanaan dan keputusan
pendidikan baik sebagai proses maupun produk. Sementara daya dukung budaya organisasi
diperlihatkan oleh perilaku empirik yang mengindikasikan aspek-aspek kapabilitas manajemen
(penyesuaian diri terhadap perubahan, penanganan masalah berdasarkan perspektif masa kini
dan masa depan, pemusatan energi organisasi kepada gerakan internal dan eksternal). Dari
tinjauan konsep penumbuh kreativitas dan peluang inovasi, daya dukung budaya organisasi
ditampakkan oleh perilaku empirik yang memuat indikator-indikator : keterbukaan, toleransi
terhadap pandangan yang berbeda, penghargaan terhadap mereka yang berprestasi, kesediaan
menerima perubahan, dan dorongan untuk lahimya gagasan baru dalam peningkatan mutu proses
pendidikan.
Berdasarkan fakta empirik dan pemaknaan dari perspektif etik, tesis ini mengajukan
butir-butir kesimpulan hipotetik bahwa : (1) mutu proses pendidikan merupakan kinerja
potensial yang sedang bermekanisme di pinggiran strategi makro pendidikan; (2) budaya
organisasi mengalami proses dinamisasi peran, dari identitas menuju kreativilas; (3) budaya
organisasi sebagai nilai intrinsik-substan/ifberpenin kuat dan konstan dalam mengatur tingkah
laku jamaah dan para pelaksana pendidikan. tetapi sebagai variabel peubah untuk mencapai
tujuan peningkatan mutu proses pendidikan, ia memiliki kelemahan dalam dimensi
kohesivitasnya: dan (4) budaya organisasi cukup lentur bermekanisme dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan serta menyediakan peluang bagi tumbuhnya daya kreatif dan inovatif
para pclaksana pendidikan.
Akhirnya, tesis ini merekoniendasikan perlunya peningkatan tarap pendidikan dan
jaminan kesejahteraan bagi tenaga kependidikan, operasionalisasi nilai substantif budaya
organisasi ke dalam rumusan profil pendidik, profil siswa, dan profil satuan pendidikan.
Disarankan pula ikhtiar memperbaiki mobilitas verlikal, pemberdayaan manajemen
penyelenggara pendidikan, dan peninjauan kembali kadar prediktabilitas komponen akreditasi
badan penyelenggara persekolahan swasta
Studi Tentang Kualitas Pelayanan Ojek Online (Ojol) Grabbike dan Pengaruhnya Terhadap Kepuasan Pelanggan di Kota Tegal
The study aims to determine the quality of Grabbike online motorcycle taxi service and its effect on customer satisfaction in the Tegal City area. The quantitative approach is used as a source of data processing so that the results are presented. The study population was GrabBike online motorcycle taxi (OJOL) customers in Tegal City for one week, 1000 customers. This research used incidental sampling technique in sampling. Determination of the number of samples using the Slovin formula. From the total population of 1000 obtained a sample of 100 customers as respondents. Data collection uses observation methods, questionnaires, and documentation. The research instrument was in the form of observation sheets and questionnaires with 22 items of statements that had been tested for validity and reliability. Datalysis was analyzed with linear regression. The results showed that the quality of service had a positive and significant effect on GrabBike online motorcycle taxi customer satisfaction as evidenced by the results of the calculation of a simple linear regression analysis of Y = 16.078 + 0.520X, with the significance of the variable service quality was 0,000 because the significance value of 0,000 <0.05 was concluded service quality has a significant effect on customer satisfaction variables on OJOL GrabBike in Tegal City, meaning Ha is accepted while H0 is rejected
STUDI PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DI KOTA PEKALONGAN
Penelitian ini bertujuan untuk menelaah anatomi biaya pendidikan SD, SMP, SMA, dan SMK negeri beserta sumber-sumber pendanaannya dengan memperhitungkan variabel status sosial ekonomi dan memperoleh angka satuan biaya pendidikan per sekolah per siswa di SD, SMP, SMA, dan SMK negeri yang berlokasi di lingkungan masyarakat berstatus sosial ekonomi baik, menengah, dan miskin. Teknik pengolahan data yang dipergunakan untuk pengkajian ini adalah teknik pengolahan data kualitatif dilakukan dengan deskriptif analitis untuk data yang bersifat kualitatif. Teknik analisis data yang dipergunakan untuk analisis data yang bersifat kuantitatif dengan menggunakan alat bantu statistik-deskriptif, yaitu dengan analisis tabel, grafik dan diagram untuk memudahkan pengambilan kesimpulan.
Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama, sejauh keterserapan dana yang tercantum dalam RAPBS, peranan Pemerintah sangat menonjol dalam pembiayaan pendidikan dasar dan menengah di Kota Pekalongan. Kedua, bila dihitung dalam satuan
pendidikan per siswa, distribusi dana pemerintah (yang digunakan untuk membayar gaji dan sebagian biaya operasional pendidikan) telah relatif merata antar-sekolah yang berada di lokasi yang berbeda (pusat kota dan pinggir kota) serta antara berbagai strata sosial ekonomi (kaya, sedang, miskin). Artinya, siswa di sekolah manapun cenderung mendapatkan jumlah subsidi yang relatif sama dari pemerintah. Ketiga, jumlah subsidi pemerintah maupun beban keluarga dalam pembiayaan pendidikan meningkat sejalan dengan meningkatnya jenjang pendidikan. Keempat, biaya pendidikan, bersama-sama dengan variabel-variabel sosial-ekonomi keluarga siswa dan sekolah, merupakan korelat yang sangat signifikan dan mutu pendidikan seperti dinyatakan dalam Nilai Ujian Akhir lulusan SD, SMP, SMA, dan SMK
MENJAWAB TANTANGAN GURU MASA DEPAN MELALUI PENINGKATAN KOMPETENSI SEBAGAI AGEN PEMBELAJARAN
Peran dan tanggung jawab guru masa mendatang akan makin kompleks. Sejalan dengan itu, persoalan mendasar mutu pendidikan dari sudut pandang output dikategorisasi ke dalam tiga bentuk kesenjangan: akademik, okupasional, dan kultural. Kondisi tersebut lebih lanjut meniscayakan pendekatan pendidikan yang berparadigma holistik sekaligus meminta model proses pembelajaran yang lebih relevan dan mencerdaskan. Dalam konteks itulah penguatan kompetensi guru sebagai agen pembelajaran menjadi penting, di samping perlunya praktik pedagogik produktif dalam pembelajaran
Reinventing Pendidikan Tinggi Berorientasi Kewirausahaan
Buku ini merupakan saripati hasil studi kasus yang hendak mencoba menjawab pokok soal tersebut. Isu utamanya adalah reinventing pendidikan tinggi yang berorientasi kewirausahaan. Keunikan fokus kasjian di dalam buku ini, yaitu strategi pengembangan nilai-nilai dan praktis kewirausahaan di satuan pendidikan tinggi, dapat melengkapi keperluanbacaan dan bahan diskusi para mahasiswa yang sedang menekuni bidang ilmu manajemen, tekmologi informasi dan komunikasi, kependidikan bahkan kalnagan pemerhati dan pegiat pendidikan pada umumnya.
K A J I A N E V A L U A T I F PELAKSANAAN PROGRAM DAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DI KOTA TEGAL
Pemberdayaan pendidikan dalam bingkai kebijakan otonomi
daerah, seyogianya berfokus sekurang-kurangnya pada dua dimensi.
Pertama, perbaikan mutu pendidikan secara berkelanjutan. Kedua,
pendidikan sebagai investasi peningkatan mutu sumberdaya manusia.
Dimensi pertama mengharuskan pemberdayaan pendidikan
difokuskan kepada peningkatan mutu masukan, proses, dan keluaran
pendidikan. Dimensi kedua berkenan dengan kriteria dan arah
pembiayaan pendidikan. Pelaksanaan otonomi daerah mengakibatkan
terjadinya perubahan dalam sistem alokasi dan manajemen pembiayaan
pendidikan.
Peranan Daerah menjadi lebih besar dalam menentukan berbagai
kebijakan yang berkenaan dengan penggunaan anggaran pendidikan.
Dari perspektif ini, peningkatan mutu pendidikan menuntut formulasi
pembiayaan pendidikan yang berbasis kebutuhan riil sekolah. Formula
pembiayaan tersebut dimaksudkan untuk mengakomodasi filosofi
pemerataan dan keadilan yang menjangkau semua peserta didik dari
beragam latar belakang sosial-ekonomi.
Kata Kunci: Pendididikan Grati
K A J I A N E V A L U A T I F PELAKSANAAN PROGRAM DAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DI KOTA TEGAL
Pemberdayaan pendidikan dalam bingkai kebijakan otonomi
daerah, seyogianya berfokus sekurang-kurangnya pada dua dimensi.
Pertama, perbaikan mutu pendidikan secara berkelanjutan. Kedua,
pendidikan sebagai investasi peningkatan mutu sumberdaya manusia.
Dimensi pertama mengharuskan pemberdayaan pendidikan
difokuskan kepada peningkatan mutu masukan, proses, dan keluaran
pendidikan. Dimensi kedua berkenan dengan kriteria dan arah
pembiayaan pendidikan. Pelaksanaan otonomi daerah mengakibatkan
terjadinya perubahan dalam sistem alokasi dan manajemen pembiayaan
pendidikan.
Peranan Daerah menjadi lebih besar dalam menentukan berbagai
kebijakan yang berkenaan dengan penggunaan anggaran pendidikan.
Dari perspektif ini, peningkatan mutu pendidikan menuntut formulasi
pembiayaan pendidikan yang berbasis kebutuhan riil sekolah. Formula
pembiayaan tersebut dimaksudkan untuk mengakomodasi filosofi
pemerataan dan keadilan yang menjangkau semua peserta didik dari
beragam latar belakang sosial-ekonomi.
Kata Kunci: Pendididikan Grati
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH SWASTA BERCIRI KHAS ISLAM
Model Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Berfungsi Pengembangan Budaya Organisasi dan Perbaikan Mutu Pendidikan Berdasarkan Studi Kasus di SMA Al-Irsyad TegalJaminan konstitusional atas peran sekolah swasta memungkinkannya untuk berkembang, baik jumlah maupun mutunya. Tetapi, kenyataan di lapangan menunjukkan hal yang sebaliknya. Mengambil kasus SMA Al-Iisyad Tegal sebagai salah satu sekalah swasta berciri khas Islam, kelihatan bahwa kentalnya komitmen elit organisasi, kejelasan visi dan misi organisasi, pengalaman sejarah, dan kemampuan finansial untuk membangun sarana-prasarana pendidikan, belum mampu menjadikan sekolah yang andal secara kualitatif. Meskipun SMA itu telah berumur seperlima abad, prestasi akademiknya hanya menempati posisi tengah di antara 13 SMA negeri dan swasta sekota.Tertarik oleh kondisi tersebut, penelitian ini difokuskan kepada kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi sekolah, dan perbaikan mutu pendidikan di sekolah. Posisi masalah penelitian dilihat signifikansinya dengan telaah administrasi pendidikan dan beberapa studi terdahulu. Untuk memahami situasi empirik, diketengahkan sejumlah konsep dan teori kepemimpinan, keorganisasian, sekolah swasta, dan mutu pendidikan. Melalui pendekatan kuaHtatif-rasionalisti^, penelitian ini menemukan beberapa hal. Pertama, visi, etos kerja, dan sumber kekuasan kepala sekolah belum teraktualisasi secara cerdas ke dalam upaya dan kapasitas kepemimpinan yang cocok untuk perubahan. Kedua, nilai-nilai budaya organisasi sekolah yang diderivasi dari budaya dan visi organisasi Al-Irsyad belum sepenuhnya ditransformasi menjadi faktor-faktor penguat dan kohesivitas budaya sekolah. Ketiga, perbaikan mutu pendidikan berfokus pada peningkatan mutu proses pembelajaran. Tetapi upaya tersebut belum disadari sebagai program by design sehingga kejelasan dan capaian targetnya seringkali tidak terukur.Diajukannya model konseptual kepemimpinan kepala sekolah yang berfungsi pengembangan budaya organisasi dan perbaikan mutu pendidikan di sekolah swasta Islam, secara faktual didasarkan atas urgensi kebutuhan pengembangan kompetensi profesional pengelola satuan pendidikan, kohesivitas budaya sekolah, dan kebermutuan pendidikan sekolah yang dapat mengakomodasi kepentingan pelestarian ciri khas, kemandirian, dan daya saing sekolah dalam konteks perubahan kebijakan serta perkembangan aspirasi pemakai jasa pendidikan terhadap layanan dan hasil pendidikan yang bermutu. Di samping itu, ditopang pula oleh asumsi-asumsi mengenai: modalitas potensi strategik sekolah, kondisi pendidikan makro yang meniscayakan perlunya perbaikan mutu pendidikan di sekolah swasta Islam, posisi kepala sekolah dalam manajemen sekolah, modus kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah dalam konteks kinerjanya, substansi dan pentingnya pengelolaan budaya organisasi sekolah berdasarkan perspektif otonomi.Akhirnya, penelitian menyarankan agar (1) badan penyelenggara memformulasi pola rekrutmen kepala sekolah dan pengawasan biaya pendidikan; (2) kepala sekolah berkomitmen menerjemahkan visi pendidikan, mengembangkan budaya .sekolah, dan menginternalisasi semangat perbaikan mutu pendidikan secara berkelanjutan; (3) guru sekolah swasta memfokuskan peran dan tanggung jawab profesionalnya untuk optimalisasi penguasaan letmring tnsks oleh murid sekaligus berkontribusi pada internalisasi nilai-nilai budaya sekolah; (4) Pemerintah makin apresiatif terhadap keberadaan dan kekhasan sekolah swasta
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH SWASTA BERCIRI KHAS ISLAM
Jaminan konstitusional atas peran sekolah swasta memungkinkannya untuk berkembang, baik jumlah maupun mutunya. Tetapi, kenyataan di lapangan menunjukkan hal yang sebaliknya. Mengambil kasus SMA Al-Irsyad Tegal sebagai salah satu sekolah swasta berciri khas Islam, kelihatan bahwa kentalnya komitmen elit organisasi, kejelasan visi dan misi organisasi, pengalaman sejarah, dan kemampuan finansial untuk membangun sarana-prasarana pendidikan, belum mampu menjadikan sekolah yang andal secara kualitatif. Meskipun SMA itu telah berumur seperlima abad, prestasi akademiknya hanya menempati posisi tengah di antara 13 SMA negeri dan swasta sekota.
Tertarik oleh kondisi tersebut, penelitian ini difokuskan kepada kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi sekolah, dan perbaikan mutu pendidikan di sekolah. Posisi masalah penelitian dilihat signifikansinya dengan telaah administrasi pendidikan dan beberapa studi terdahulu. Untuk memahami situasi empirik, diketengahkan sejumlah konsep dan teori kepemimpinan, keorganisasian, sekolah swasta, dan mutu pendidikan. Melalui pendekatan kualitatif-rasionalistik, penelitian ini menemukan beberapa hal. Pertama, visi, etos kerja, dan sumber kekuasan kepala sekolah belum teraktualisasi secara cerdas ke dalam upaya dan kapasitas kepemimpinan yang cocok untuk perubahan. Kedua, nilai-nilai budaya organisasi sekolah yang diderivasi dari budaya dan visi organisasi Al-Irsyad belum sepenuhnya ditransformasi menjadi faktor-faktor penguat dan kohesivitas budaya sekolah. Ketiga, perbaikan mutu pendidikan berfokus pada peningkatan mutu proses pembelajaran. Tetapi upaya tersebut belum disadari sebagai program by design sehingga kejelasan dan capaian targetnya seringkali tidak terukur.
Diajukannya model konseptual kepemimpinan kepala sekolah yang berfungsi pengembangan budaya organisasi dan perbaikan mutu pendidikan di sekolah swasta Islam, secara faktual didasarkan atas urgensi kebutuhan pengembangan kompetensi profesional pengelola satuan pendidikan, kohesivitas budaya sekolah, dan kebermutuan pendidikan sekolah yang dapat mengakomodasi kepentingan pelestarian ciri khas, kemandirian, dan daya saing sekolah dalam konteks perubahan kebijakan serta perkembangan aspirasi pemakai jasa pendidikan terhadap layanan dan hasil pendidikan yang bermutu. Di samping itu, ditopang pula oleh asumsi-asumsi mengenai: modalitas potensi strategik sekolah, kondisi pendidikan makro yang meniscayakan perlunya perbaikan mutu pendidikan di sekolah swasta Islam, posisi kepala sekolah dalam manajemen sekolah, modus kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah dalam konteks kinerjanya, substansi dan pentingnya pengelolaan budaya organisasi sekolah berdasarkan perspektif otonomi.
Akhirnya, penelitian menyarankan agar: (1) badan penyelenggara memformulasi pola rekrutmen kepala sekolah dan pengawasan biaya pendidikan; (2) kepala sekolah berkomitmen menerjemahkan visi pendidikan, mengembangkan budaya sekolah, dan menginternalisasi semangat perbaikan mutu pendidikan secara berkelanjutan; (3) guru sekolah swasta memfokuskan peran dan tanggung jawab profesionalnya untuk optimalisasi penguasaan learning tasks oleh murid sekaligus berkontribusi pada internalisasi nilai-nilai budaya sekolah; (4) Pemerintah makin apresiatif terhadap keberadaan dan kekhasan sekolah swasta
TUBERCULOSIS PATIENTS’ KNOWLEDGE, ATTITUDE AND PRACTICE OF COUGH ETIQUETTEA IN PRIMARY HEALTH CARE DISTRICT OF BANDUNG
Background: Tuberculosis (TB) is the major global health problem. A high number of TB cases are as a result of the disease spreads through droplet nuclei which mainly through a cough. TB transmission prevention is really important to lower the rate of new infection. Since TB transmission is through a cough, therefore, one of the preventions behaviour is implementing the good and right cough etiquette. In 2016 there were 425 TB patients in Sub-District Rancaekek and was the higher number in District of Bandung. The aim of this study was to find out the overview of knowledge, attitude and practice of cough etiquette in tuberculosis patients.
Objectives: The aim of this study was to find out the overview of knowledge, attitude and practice of cough etiquette in tuberculosis patients.
Methods: This study was descriptive quantitative with the cross sectional approach, the population were all Acid-Fast Bacillus (AFB) + TB patients that were registered in the primary health care Rancaekek, Linggar and Nanjung Mekar amount of 52 people and used total sampling. The data collection technique used a questionnaire to measure knowledge and attitude, and observation sheet to measure practice that was valid and reliable. The used data analysis was frequency distribution, mean and median.
Results: The results of this study indicated that from 52 respondents, more than half of them had good knowledge about cough etiquette (65.4%, median value 83.33 and IQR 20), more than half of them had negative cough etiquette attitude (51.9%, mean value 47.87 and SD 5.885) and more than half of them had bad practice in cough etiquette (63.5%, median value 5 and IQR 2).
Conclusions: The result of this study is expected to become an overview for primary health care in doing improvement in delivering education to TB patients and their families about the good and right cough etiquette which is focused on the affective and psychomotor aspects, such as lectures, leaflet distribution, and live right and good cough etiquette simulation, so that it can prevent the spread of TB and decrease the rate of TB infection