16 research outputs found

    Applying POETIC Framework for Developing City: Environmental Sociology of Urban Heat Island

    Get PDF
    Pada umumnya kegiatan manusia di masa revolusi industri atau di negara berkembang saat ini mengabaikan persediaan untuk masa depan karena pada masa sekarang tersedia sumber daya alam yang melimpah. Akibatnya, terjadi berbagai masalah lingkungan. Kota Palembang sebagai salah satu kota di negara berkembang menghadapi masalah yang sama. Ruang terbuka terus menurun dan berbagai perumahan di pinggiran kota muncul menutup saluran air dan mengkonversi lahan rawa. Akibatnya terjadi fenomena Urban Heat Island (UHI) dalam skala mikro. Penulis memeriksa pengaruh faktor-faktor sosiologis dan fisik yang mempengaruhi intensitas UHI yang terjadi. Untuk melakukan hal ini, penulis mengambil sampel pada tiga perumahan di pinggiran kota Palembang. Variabel yang diujikan didasarkan pada kerangka POETIC (Population, Organization, Environment, Technology, Institutions, dan Culture). Komponen sosiologis mencakup organization, institutions, dan culture, sementara komponen fisik mencakup population, environment (sosial, alami, terbangun, dan transisi), dan technology. Intensitas UHI tertinggi di perumahan sampel adalah 4,17°C, yang sebanding dengan intensitas UHI di berbagai kota besar di dunia. Analisis regresi menunjukkan bahwa hanya komponen fisik yang mempengaruhi intensitas UHI. Hal ini membenarkan tesis bahwa pembangunan di kawasan perumahan di kota Palembang masih dalam tahapan industrial berkembang dimana peran organisasi sosial belum kuat, begitu juga peran pranata dan budaya. Rekomendasi disusun agar pembangunan perumahan di Kota Palembang lebih mengadopsi elemen-elemen pembangunan berkelanjutan yang mengarah pada penguatan pranata sosial dan budaya ramah lingkungan sehingga mampu menurunkan intensitas UHI.Â

    Space Contestation in the Tri-Dharma Religious Building (Buddhism, Confucianism, Taoism) in Indonesia

    Get PDF
    This study examines the contestation of the worship space by looking at how three religions: Buddhism, Confucianism and Taoism, occupy space in the tri-dharma worship building. This paper discusses the conceptual, theoretical, historical, and contemporary political aspects of the three religions in Indonesia and how the Indonesian government has historically encouraged Buddhists, Confucians, and Taoists to worship in the same space. This study surveys secondary data on the architecture of the Tri-Dharma houses of worship in Indonesia and looks at how the elements of each religion are placed in the buildings and how this reflects the contestation of the three religions in Indonesia. The result of this research shows that architectural contestation occurs in the altar room, ornamental, and overall building style. This contestation reflects which sects are dominant and which are peripheral to the three religions. This finding has implications for the importance of efforts to foster harmony between Tri-Dharma religious communities in Indonesia and how each one responds to architectural dominance and builds a more varied architecture of places of worship for the Tri-Dharma religion

    PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR RUMAH PANGGUNG DI LINGKUNGAN PERKOTAAN

    Get PDF
    Rumah panggung merupakan salah satu fitur arsitektur vernakular utama di Indonesia. Walau begitu, perspektif umum yang ada saat ini adalah bahwa rumah panggung sebagai rumah yang perlu dikonservasi karena keterbatasan sumber daya kayu, proses konstruksi yang sulit, dan masalah privasi. Artikel ini menjelaskan bahwa perspektif pengembangan harus diutamakan dengan membawa arsitektur rumah panggung ke dalam kehidupan masyarakat urban di Indonesia. Artikel ini menjabarkan elemen-elemen arsitektur rumah panggung dan fungsi yang dapat diberikan bagi kawasan perkotaan dengan lahan sempit. Fungsi yang dapat diberikan rumah panggung di kawasan perkotaan adalah perlindungan terhadap banjir, memaksimalkan pandangan, perluasan ventilasi, estetika, penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan, dan meningkatkan kesejahteraan fisik dan emosional bagi penghuni rumah lewat penyediaan ruang bermain, parkir, dan ruang terbuka hijau Stilt house is one of the main vernacular architectural features in Indonesia. However, the general perspective that exists today is that houses on stilts as a near extinct house that need to be conserved due to limited timber resources, difficult construction processes, and privacy concerns. This article explains that the development perspective should be taken by bringing the architecture of stilt house into the life of urban communities in Indonesia. This article describes the architectural elements of stilt house and functions that can be provided for urban areas with limited land area. Functions that can be provided by stilt houses in urban areas are protection against floods, maximization of views, ventilation extension, aesthetics, application of sustainable development principles, and improving physical and emotional well-being for residents through the provision of playground, parking, and green open space

    TIPOLOGI ATAP PADA ARSITEKTUR VERNAKULAR DI SUMATERA SELATAN

    Get PDF
    The development of new urbanism paradigm in the world today, has been reminded of the importance of vernacular architecture in urban planning.. It would be advantageous for areas with high ethnic diversity as South Sumatra. This study aims to inventory the vernacular house typology in South Sumatra. Methods of study is to examine the vernacular houses of all ethnicities in South Sumatra (29 ethnicity) plus two ethnic from neighboring provinces (Kubu and Lambak). The study found 18 different types of houses, and also found that the typology of the roof consists of a limas roof, pelana roof, and a perisai roof. The variety of roof reflects the high ethnic mobilization in South Sumatra. Even so, as a result of acculturation that occurs in these dynamics, the variety is found only on the shape of the roof, while the other part of the building does not have a clear marker of difference. Implications of the New Urbanism presented in the design of contemporary urban planning in South Sumatra. &nbsp

    Tengaran dan Indentitas Kota Palembang

    Get PDF
    Brand suatu kota merupakan strategi untuk menghasilkan identitas yang tidak dapat dilupakan dalam pikiran wisatawan sekaligus mengungkapkan nilai-nilai inti suatu kota. Menjelang pelaksanaan event Asian Games di Palembang, kota ini mengalami krisis identitas terkait brand apa yang akan dipromosikan dalam ajang ini. Pengetahuan tentang tengaran kota Palembang dapat digunakan sebagai sumber gagasan untuk membentuk suatu brand yang dapat mewakili kota ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tengaran Kota Palembang dan merumuskan slogan yang paling mewakili identitas Kota Palembang berdasarkan tengaran ini. Kami menggunakan peta mental, diskusi kelompok fokus, dan sejumlah tinjauan literatur untuk menghasilkan brand yang tepat bagi kota Palembang. Sampel mencakup 42 orang mahasiswa arsitektur di Universitas Muhammadiyah Palembang. Kami berhasil mengumpulkan dan mengevaluasi 15 tengaran di Kota Palembang. Tengaran yang dievaluasi mencakup Palembang Square Mall, Jembatan Ampera, Stadion Jakabaring, Pasar Cinde, Bandara, Benteng, Mesjid, Museum, Monumen, Rumah Sakit, Pulau Kemaro, dan tugu ikan belido. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam penelitian ini: familiaritas, kualitas, keunikan, simbol, visual, memorabilitas, kebanggaan, dan sosial. Kami menemukan bahwa Jembatan Ampera, Mesjid Agung, dan Pulau Kemaro adalah tengaran yang paling memenuhi kriteria tersebut. Berdasarkan ketiga tengaran, ditarik sebuah slogan, “crossing to the Kingdom of Diversity.” Slogan ini dikritik karena menghilangkan heterogenitas suatu kota. Dalam penelitian ini kami bukan saja menunjukkan brand yang tepat untuk Kota Palembang tetapi juga menunjukkan kalau keanekaragaman di suatu kota justru dapat ditampilkan dalam slogan sehingga heterogenitas tersebut tetap terjaga

    Is Mass Housing Increase or Decrease Symbolic Cultural Diversity? An Emperical Investigation

    Get PDF
    Housing is one of basic needs in modern society driven by the population growth and limited land resource. Housing for low-income segment has minimum standard features which difficult personalization. Nevertheless, people have means to create personal identity symbol on facade material to show personalization in the simplest way. Purpose of this research is to investigate diversity symbol type created by housing resident despite personalization limited constraint. Transdiciplinary housing theory (Salama et al, 2017) is served as basic framework of this research. Observations conducted in five housing in Palembang discover fewer collectivism symbols and many individualism symbols. Thus author revised the transdiciplinary model and create housing social architecture model for better descriptions on how housing dweller responses to housing architecture and defines their cultural identity. Instead of tune down culture symbolism, mass housing exhibits more basic roots of this symbolism

    KONTRIBUSI STUDI KUBAH PANAS PERKOTAAN DALAM DESAIN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB)

    Get PDF
    Peningkatan konsumsi energi dan luas lingkungan terbangun merupakan konsekuensi yang tak dapat dihindari dari pembangunan perkotaan. Hal ini berkontribusi pada pembentukan kubah panas di kawasan perkotaan yang memberikan efek negatif pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat perkotaan dan berkontribusi pada pemanasan global. Dengan pembangunan yang hati-hati, efek ini dapat dikurangi. Karenanya, penelitian ini bertujuan untuk memberikan sejumlah rekomendasi bagi pemerintah daerah dalam mengendalikan kubah panas perkotaan lewat studi kasus di Kota Palembang. Artikel ini melaporkan ringkasan hasil penelitian fenomena kubah panas di tiga perumahan di Kota Palembang. Studi dilakukan dengan memeriksa pengaruh penutup atap, cuaca, waktu, populasi, lokasi, vegetasi, dan pendingin terhadap intensitas kubah panas perkotaan di tiga perumahan tersebut. Perumahan yang dikaji adalah Perumahan Taman Sari Kenten 1, Talang Kelapa, dan Jakabaring. Hasil penelitian menunjukkan kalau intensitas panas dipengaruhi oleh populasi rumah, volume bangunan, cuaca, dan waktu pengukuran. Volume bangunan pada gilirannya dipengaruhi oleh level pendidikan. Rekomendasi terhadap IMB dalam upaya pengendalian panas mencakup peraturan terkait penambahan ukuran rumah, kewajiban membangun atap hijau, dan kewajiban membangun kolam/telag

    Analisis Semiotik antara Lingkungan Binaan dengan Lingkungan Sosial-Politik: Studi Kasus pada Arsitektur Masjid Provinsi di Indonesia

    Get PDF
    Artikel ini mempelajari hubungan arsitektur masjid provinsi di Indonesia dengan sistem sosio-politik masyarakat, khususnya masyarakat muslim dan non-muslim melalui teori semiotika. Hal ini menarik karena adanya latar belakang masyarakat yang majemuk diikuti dengan adanya keanekaragaman arsitektur masjid. Artikel ini memiliki tiga tujuan: pertama, melihat hubungan antara dimensi masjid dan populasi masyarakat muslim di suatu provinsi, kedua, melihat hubungan antara arsitektur masjid dengan jumlah masyarakat muslim dan ketiga, melihat hubungan antara penamaan masjid dengan lingkungan sosio-politik agama. Data kuantitatif 31 masjid provinsi di Indonesia dianalisis menggunakan analisis korelasi dan Fisher’s exact test. Penelitian ini berdasarkan data sekunder dari basis data Kementerian Agama Republik Indonesia. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa: luas lahan masjid dan daya tampung masjid berkorelasi dengan jumlah dan proporsi masyarakat muslim di suatu provinsi. Sementara itu, arsitektur atap masjid yang berbentuk pyramidal roof ditemukan di provinsi yang penduduknya mayoritas suku Jawa. Nama masjid yang bersifat asertif ditemukan di provinsi yang jumlah masyarakat muslim dan non-muslim relatif seimbang. Hal ini menunjukkan bahwa secara sadar atau tidak, kondisi lingkungan politik, agama dan etnis memiliki peran penting dalam arsitektur masjid provinsi di Indonesia.

    Arsitektur Vernakular Tanggap Bencana Indonesia

    Get PDF
    Kekayaan tipe hunian vernakuler di Indonesia menunjukkan adanya potensi pemanfaatan arsitektur vernakuler untuk desain hunian tanggap bencana sembari melestarikan warisan budaya masyarakat yang semakin luntur di masa kini. Sayangnya, desain rumah tahan bencana saat ini belum sepenuhnya mengeksplorasi kemungkinan ini dan belum pula merumuskan kapasitas dari kearifan lokal arsitektur saat ini untuk mengatasi masalah desain rumah tahan bencana di Indonesia. Untuk menjawab kebutuhan ini, kami meninjau literatur hasil penelitian mengenai karakteristik tahan bencana dari rumah-rumah tradisional di Indonesia. Sebagaimana diduga, banyak hunian vernakuler di Indonesia memiliki karakteristik tanggap bencana yang baik dan dapat digeneralisasi untuk konteks nasional. Sebagai hasilnya, kami mengajukan sebuah desain rumah tahan bencana yang mampu merespon  pada empat jenis bencana dengan frekuensi dan intensitas tinggi di Indonesia yaitu puting beliung, banjir, gempa bumi, dan tsunami

    Distraksi Visual Eksternal pada Arsitektur: Resiko pada Pengendara dan Mitigasinya

    Get PDF
    Arsitektur modern semakin berorientasi okular sehingga menimbulkan distraksi visual bagi masyarakat pengguna jalan di kawasan urban. Tidak mengherankan jika zaman ini disebut sebagai zaman distraksi. Walau begitu, penelitian mengenai distraksi eksternal dari arsitektur pada pengendara kendaraan bermotor masih sangat jarang dilakukan. Hal ini mempersulit para pengambil keputusan untuk membuat pengaturan yang ditopang bukti untuk menghilangkan atau mengurangi distraksi visual yang disebabkan oleh arsitektur pada tata kelola lalu lintas. Makalah ini meninjau literatur yang ada mengenai peran arsitektur dalam distraksi visual dan kemudian menggunakan tinjauan terhadap bangunan-bangunan ikonik dunia untuk mengkarakterisasi pola-pola penanganan distraksi visual. Penelitian ini menemukan tiga metode eliminasi distraksi visual yaitu pengambilan jarak yang jauh sehingga tidak terlihat dari jalan raya, pemakaian topeng visual seperti tembok dan pepohonan, dan desain lantai bawah yang tidak mencolok. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman yang lebih mendalam mengenai arsitektur yang ramah pada pengguna jalan dan memberikan landasan bagi pengembangan proposal kebijakan yang diarahkan untuk mereduksi distraksi visual saat berkendara
    corecore