59 research outputs found
Kapasitas Adsorpsi Biomassa Paku Air (Lemna minor linn) Teresterifikasi Oleh Asam Sitrat Terhadap Mangan(Ii)
Research on the adsorption of Mn (II) ions has been carried out using biomass duckweed (Lemna minor linn) with the esterified by citric acid. This study aims to determine the maximum adsorption capacity of Mn (II) ions in using adsorbent biomass of duckweed esterified by citric acid. Water nail biomass adsorbents were characterized using FTIR to determine the functional groups of citric acid esterified adsorbents. The stages of this research include modification of water biomass using citric acid, followed by manganese (II) ion adsorption tests with pH variations in pH, contact time of adsorption and initial concentration variations under optimum conditions. The results showed that optimum adsorption occurred at pH 5, contact time for 10 minutes and the concentration of Mn (II) solution 15 mg / L was measured using atomic absorption spectrophotometry. The equation used in the study follows the Langmuir and Freundlich equations. Based on the Langmuir isotherm equation, the maximum adsorption capacity of Mn (II) ion using citric acid modified water nail biomass is 7,645 mg/ g, the equilibrium constant is 4,317 L/ mol and the adsorption energy is 36,84039 KJ / mol
Characterization of Old Nipah (Nypa fruticans Wurmb) Fruit Endosperm Flour and Its Application for Gluten-Free Cookies
Old nipah fruit endosperms (ONFEs) contain high carbohydrates that have a potency to be applied to make flour. In this study, we made flour from ONFEF and its cookies. This study aimed to characterize the functional properties of unbleached and bleached old nipah fruit endosperm flour (UONFEF and BONFEF) and to assess the consumer acceptability of ONFEF flour and gluten-free cookies made from UONFEF and BONFEF. UONFEF and BONFEF were prepared from the ONFEs. They were cut, dried and ground, and sieved to obtain the UONFEF. TheUONFEF was bleached using Na2S2O5 0.4% for 15 mins then filtered, and the precipitates were dried under the sun. The dried precipitates were sieved to obtain the BONFEF. Both of the flour types were analyzed in terms of their functional properties (bulk density, swelling power, solubility, swelling capacity, water absorption index, and viscosity) and were used to make gluten-free cookies. The following ingredients were prepared to make the the gluten-free cookies: 200 g of flour (each of the UONFEF, BONFEF, and commercial wheat flour (CWF, Segitiga Biru brand) as a control), 100 g of margarine, 60 g egg, 125 g of fine granulated sugar, and 2 g of vanillin. Margarine, egg, and fine granulated sugar were mixed using a hand mixer and added with the flour, blended, molded, then baked. Consumer’s acceptability of each type of flour and cookies from different types of flour was evaluated using semi-trained panelists. The bleached treatment (the BONFEF) caused differences of the flour, particularly in terms of the physical properties (particle size, color, and odor) from the unbleached treatment and rated thehighest score for the overall criteria. Besides, the functional properties of the UONFEF were significantly different (p < 0.05) from those of the BONFEF except for the rendement, SP, and viscosity. The gluten-free cookie made from the UONFEF was the most preferred by the panelists. Therefore, the UONFEF can be successfully used as a substitute flour of wheat flour to make cookies
Adsorpsi Ion Besi Pada Lindi Menggunakan Zeolit Alam Teraktivasi Asam Klorida (HCl)
Lindi merupakan limbah cair dari perkolasi air hujan dengan sel sampah yang mengalir pada aliran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) berlokasi di Batu Layang, memiliki kandungan ion besi yang tinggi. Pada penelitian ini dilakukan penurunan ion besi pada lindi TPA Batu Layang, Kalimantan Barat, menggunakan zeolit alam teraktivasi dengan metode adsorpsi. Zeolit alam diaktivasi dengan HCl 1 M untuk menghilangkan zat - zat pengotor dan meningkatkan kinerja adsorpsi. Karakterisasi adsorben zeolit alam teraktivasi dipelajari dengan menggunakan instrumen Gas Sorption Analyzer (GSA). Penurunan konsentrasi ion besi diukur menggunakan instrumen Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Kondisi optimum adsorben pada variasi waktu kontak 60, 90, 120, 150, dan 180 menit, dan massa adsorben 0,25; 0,5; 0,75; 1 dan 1,25 gram. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik luas permukaan zeolit alam sebelum aktivasi sebesar 0,9808 m2/g dan setelah dilakukan aktivasi yaitu sebesar 2,6398 m2/g. Hasil total volume pori sebelum aktivasi sebesar 0,0054 cc/g dan setelah diaktivasi yaitu sebesar 0,0069 cc/g. Efektivitas penyerapan ion besi pada lindi dengan perbandingan 1 : 25 (g/mL) oleh adsorben zeolit alam teraktivasi pada waktu kontak optimum 60 menit dan massa adsorben 1,25 gram adalah sebesar 50,61%
STUDI SELEKTIVITAS MEMBRAN KOMPOSIT KITOSAN TERCETAK ION/KARBON TERHADAP ION Fe(III) DAN Cr(III) DALAM SISTEM CAMPURAN ION LOGAM
Sintesis membran komposit Kitosan Tercetak Ion Pada Permukaan Karbon (KTI-C) dilakukan untuk adsorspsi selektif ion logam Fe(III) dan Cr(III). Membran KTI-C dibuat dengan melakukan pencetakan ion logam ke dalam hidrogel kitosan karbon dilanjutkan dengan ikat silang menggunakan epiklorohidrin. Ion logam dielusi dengan larutan Na2EDTA untuk menyediakan templat spesifik untuk karakteristik ion logam Fe(III) dan Cr(III). Regenerasi membran dilakukan menggunakan larutan NaOH. Karakterisasi membran KTI-C dilakukan menggunakan metode spektrofotometri FTIR (Fourier Transfrom Infra Red) dan SEM EDX (Scanning (Electron Microscopy Electron with Energy Dispersive). Hasil penelitian menunjukkan dalam sistem larutan yang mengandung dua jenis ion logam membran KTI-Cr(III)-C (Kitosan Tercetak Ion Cr Karbon) relatif selektif terhadap ion logam Cr(III) dibandingkan ion logam Fe(III) dengan nilai koefisien selektivitas masing-masing sebesar 1,897 dan 0,527. Membran KTI-Fe(III)-C (Kitosan Tercetak Ion Fe Karbon) relatif kurang selektif terhadap ion logam Fe(III) dengan nilai koefisien selektivitas terhadap ion logam Fe(III) sebesar 0,417 dan terhadap ion Cr(III) sebesar 2,397. Pada sistem larutan yang mengandung tiga jenis ion logam membran KTI-Fe(III)-C relatif selektif terhadap ion logam Fe(III)  dengan nilai Q (jumlah ion teradsorpsi) dan nilai D (rasio distribusi) 4,716 mmol/g dan 3,809 L/g, dan membran KTI-Cr(III)-C relatif selektif terhadap ion logam Cr(III) dengan nilai Q dan nilai D 6,736 mmol/g dan 4,233 L/g.  Kata Kunci : kitosan, komposit, membran KTI-C, selektivitas, Fe(III), Cr(III
SINTESIS, KARAKTERISASI DAN APLIKASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG WANGKANG (Penaeus orientalis) SEBAGAI KOAGULAN DALAM MENURUNKAN KADAR BAHAN ORGANIK PADA AIR GAMBUT
Udang Wangkang (Penaeus orientalis) merupakan salah satu komoditas udang unggulan di Kalimantan Barat. Umumnya, cangkang udang hanya dibuang sebagai limbah, padahal di dalam cangkang udang mengandung senyawa kitin yang dapat meningkat nilai guna dari cangkang udang. Penelitian ini bertujuan mensintesis kitosan dari kitin cangkang udang wangkang serta diaplikasikan sebagai koagulan untuk menurunkan kadar bahan organik pada air gambut, mengingat daerah Kalimantan Barat yang didominasi oleh perairan gambut. Cangkang udang wangkang mengandung kitin 23,151%, mineral 51,129% dan protein 21,039% yang diperoleh melalui proses demineralisasi, deproteinasi dan deasetilasi. Kitosan dari cangkang udang wangkang memiliki derajat deasetilasi 72,85%, kadar abu 0,55% dan kadar air 9,08%. Hasil karakterisasi kitosan dengan menggunakan spektrofotometri FTIR menunjukkan adanya gugus –OH str dan N–H str yang saling tumpang-tindih pada bilangan gelombang 3410,15 cm-1, 2877,79 cm-1 (gugus C–H alifatik str), 1597,06 cm-1 (gugus N–H bend), dan 1419,61 cm-1 (gugus  C–H bend), 1257,59 cm-1 (gugus C–N str) dan 1080,14 cm-1 (gugus C–O str). Proses koagulasi bahan organik oleh kitosan dipengaruhi oleh massa dan pH. Kondisi optimum koagulasi dicapai pada massa 7 gram dan pH 3, dengan total penurunan bahan organik sebesar 2959,29 mg/L dan persen penurunan bahan organik sebesar 67,82%. Kata kunci: cangkang udang wangkang, kitosan, koagulasi, bahan organik, air gambu
PENENTUAN KEMAMPUAN PENGGUNAAN ULANG KOMPOSIT KITOSAN-KARBON PADA PROSES ADSORPSI Ce(IV)
Adsorben komposit kitosan-karbon yang dihasilkan dari modifikasi kitosan terlapisi oleh karbon dalam bentuk beads terikat silang oleh gluataraldehid telah dibuat pada penelitian ini. Tujuan dari penelitian adalah untuk menghitung persen regenerasi dan menjelaskan stabilitas kimia dan termal adsorben komposit. Kemampuan penggunaan ulang adsorben ditentukan dengan cara mengontakkan adsorben dengan larutan Ce(SO4)2, kemudian adsorben diregenerasi dan digunakan kembali pada proses adsorpsi logam Ce(IV). Hasil karakterisasi komposit kitosan karbon menggunakan FTIR menunjukkan terjadi ikat silang antar gugus kitosan karena penambahan glutaraldehid, dengan terbentuknya imina (C=N) yang diindikasikan dengan munculnya puncak yang khas pada bilangan gelombang 1639,19 cm-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi adsorben pertama hasil regenerasi (93,26%) dan kapasitas adsorpsi adsorben kedua hasil regenerasi (100%) sama dengan kapasitas adsorpsi adosrben awal. Stabilitas terhadap asam menunjukkan bahwa adsorben awal dan adsorben hasil regenerasi stabil terhadap asam asetat dalam rentang konsentrasi 1-10%. Analisis DTA-TGA menunjukkan bahwa adsorben hasil regenerasi lebih stabil secara termal daripada adsorben awal.                        Kata kunci: regenerasi, komposit kitosan-karbon, adsorpsi, Ce(IV
Utilization of Activated Carbon/Magnesium(II) Composites in Decreasing Organic Materials
This study aimed to determine the characteristics, adsorption capacity, and isotherm of the adsorbent AC/Mg(II) composite in decreasing organic matter in peat water. Activated carbon was produced from empty fruit bunches of oil palm containing high levels of lignocellulose. Carbon was synthesized through the carbonization process and then activated with CH3COONa. The activated sample was composited with magnesium nitrate hexahydrate through an in-situ method under alkaline conditions using NaOH. The adsorbent AC/Mg(II) composite that had been prepared was characterized using FTIR, showing the presence of Mg-O bonds at the absorption wave number of 403.12 cm-1. The results showed that the moisture content of the adsorbent was lower compared to activated carbon, namely 1.30%. Furthermore, the best mass was 2 g AC/Mg(II) with an adsorption of 2.26 mg/g and an organic matter adsorption percentage of 14.41%. Furthermore, the optimum contact time was 15 minutes with an adsorption of 2.42 mg/g and a percentage of 17.15%. The mechanism occurring in the AC/Mg(II) composite with peat water organic matter followed the Langmuir isotherm equation, which formed a monolayer. The equation gave R2, adsorption capacity (Qo), and adsorption constant (k) values of 0.9994, 0.2340 mg/g, and 0.0047, respectively
ADSORPSI BESI DAN BAHAN ORGANIK PADA AIR GAMBUT OLEH KARBON AKTIF KULIT DURIAN
Keberadaan logam besi dan bahan organik pada air gambut menyebabkan warna merah kecoklatan sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Telah dilakukan penelitian untuk mengurangi kandungan besi dan bahan organik pada air gambut menggunakan adsorben karbon aktif kulit durian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh derajat keasaman (pH) dan waktu kontak terhadap adsorpsi besi dan bahan organik pada air gambut oleh karbon aktif kulit durian teraktivasi KOH 25% b/v. Arang kulit durian diaktivasi menggunakan KOH 25% b/v selama 24 jam dan dilanjutkan dengan pemanasan pada temperatur 110 selama 6 jam. Pada penelitian ini, diperoleh optimasi penurunan konsentrasi Fe (II) di air gambut yaitu pada pH 3 dan watu kontak 90 menit dengan persentase penurunan Fe (II) sebesar 81,61%. Sedangkan optimasi penurunan bahan organik di air gambut diperoleh pada pH 3 dan waktu kontak 15 menit dengan persentase penurunan bahan organik sebesar 9,04%. Â Kata kunci : adsorpsi, air gambut, bahan organik, besi, karbon akti
Extraction and Characterization of Fe2O3 from Red Mud PT. Indonesia Chemical Alumina West Kalimantan
Red Mud is a term used for residues or waste materials from bauxite refining. One of the main compositions of red mud is Fe2O3. This study aims to obtain the optimum extraction of Fe2O3 conditions or hematite by using APDC ligands and knowing the characteristics of Fe2O3 generated. In this study, Fe2O3 extraction begins to determine the optimum pH and ligand concentration. The results of determining the optimum conditions showed pH 1 and ligand concentration of 0.5 M. Fe2O3 characteristics can be resolve through the characterization of Fourier Transformed Infra Red (FTIR), X-ray Diffraction (XRD) and X-ray Fluorescence (XRF). The results of FTIR characterization showed the stretching vibration of Fe-O Fe2O3 phase (570.50 cm-1 and 470.20 cm-1), XRD diffractogram showed the resulting crystal shape is rhombohedralsize is 27,08 nm, while the XRF characterization results showed the mass percent Fe2O3 before extraction is 42.48% and the mass percent Fe2O3 after extraction is 72.443%
- …