61 research outputs found

    Study of the Effect of Proximate, Ultimate, and Calorific Value Analysis on Methane Gas Emission (CH4) on Combustion of Coal for Sustainable Environment

    Get PDF
    Coal is a hydrocarbon fuel consisting of a mixture of substances containing carbon, hydrogen, oxygen, and containing less sulfur and nitrogen. Utilization of coal as fuel, especially in large scale causes methane gas emissions that can increase the impact of global warming, causing a decrease in environmental quality. Methane gas emissions in coal combustion are influenced by coal proximate and ultimate analysis. Proximate analysis includes moisture content, volatile matter, and fixed carbon, while ultimate analysis is carbon, hydrogen and oxygen. This study aims to determine the analysis of the effect of proximate, ultimate, and caloric value of methane emissions in coal combustion. This research is experimental, using quantitative method with descriptive and associative approach. The effect of proximate analysis, the lower the calorific value, the higher content moisture, the time and duration of coal combustion will be longer. Coal 5674 cal / gr, burning time 65 minutes, combustion length 39 minutes, moisture content 14.85%, coal 5747 cal / gr, burning time 60 minutes, duration of burning 31 minutes, moisture content 14.71%, coal 5617 cal / gr, burning time 49 minutes, combustion length 28 minutes, moisture content 12.17%, while coal 6992 cal / gr combustion time 38 minutes, combustion time only 4 minutes, and mosisture content 3.53%. Volatile matter in coal will affect the incubation period, the higher the volatile matter of the incubation period the faster. Coal 5617 cal / g incubation period 21 minutes, volatile matter 39.20%, coal 5674 cal / gr incubation period 26 minutes, volatile matter 38.39%, coal 5747 cal / gr, incubation period 29 minutes, volatile matter 39,30 %. For coal 6992 cal / gr incubation period 34 minutes, volatile matter 18.13%. The effect of ultimate analysis, the higher the carbon content, the higher the fixed carbon content, and the lower the hydrogen, the higher the calorific value of the coal and the less methane gas emissions. While the higher the oxygen content, the more burned the coal will be, the faster the incubation time and the longer burning time, so that the emissions of methane gas out into the atmosphere will be more and more

    Persepsi Stakeholder terhadap Pengembangan Situs Purbakala Patiayam di Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus

    Full text link
    Situs Purbakala Patiayam merupakan salah satu Cagar Budaya di Kabupaten Kudus. Situs ini memiliki beberapa potensi yang besar untuk dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejarah, lokasi, dan karakteristik Situs Purbakala Patiayam dan menganalisis persepsi stakeholder terhadap pengembangan Situs Purbakala Patiayam. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan melakukan wawancara secara mendalam terhadap stakeholder terkait. Sedangkan untuk metode kuantitatif dengan alat bantu kuesioner. Selain wawancara secara mendalam, data juga diperoleh dari data manuskript sesuai dengan tujuan penelitian.Situs Purbakala Patiayam memiliki sejarah yang panjang mulai dari sejarah terbentuknya obyek, penetapan sebagai cagar budaya, lokasi obyek, dan penelitian yang pernah dilakukan. Situs Purbakala Patiayam juga memiliki karakteristik fisik dan budaya yang khas. Masing-masing stakeholder terkait mempunyai persepsi bahwa Situs Purbakala Patiayam sudah sangat layak untuk dikembangkan

    EFEK AKTIFITAS MEMUKUL BOLA SOFTBALL TERHADAP PERUBAHAN DENYUT NADI PADA ATLET PUTRA SOFTBALL KOTA TANGERANG

    Get PDF
    Penelitian ini untuk mengetahui efek antara aktifitas memukul bola softball terhadap perubahan denyut nadi. Penelitian dilakukan di lapangan baseball – softball Alam Sutra, Tangerang Selatan, pada tanggal 2 Desember 2013. penelitian menggunakan metode eksperimen dengan teknik pre test – post test. Populasi adalah seluruh anggota dari atlet putra softball Kota Tangerang sebanyak 15 orang yang terdaftar resmi pada PB Perbasasi Kota Tangerang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Teknik pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik analisis statistik korelasi sederhana dan korelasi ganda yang dilanjutkan dengan uji-t pada taraf signifikan Ξ± = 0.05. Hasil perhitungan denyut nadi awal dan akhir aktifitas memukul bola softball diperoleh selisih rata-rata (MD) 11,2 dengan standar deviasi perbedaan (SDD) 4,72. standar error perbedaan rata-rata (SEMD) 1,26 dalam perhitungan selanjutnya diperoleh nilai t hitung 8,89 dan nilai t tabel 2,14 pada taraf signifikan 5% dengan nilai t hitung > t tabel yang menunjukan hipotesis nilai nihil atau (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan peningkatan denyut nadi awal dan akhir pada aktifitas memukul bola softball yang disebabkan oleh diperlukannya energi lebih, sehingga ii pompaan jantung meningkat untuk mengedarkan kebutuhanya keseluruh tubuh dan meningkatkan denyutan nadiny

    Kajian Perbandingan Produktivitas Hopper Dan Alat Angkut Untuk Mengatasi Masalah Antrian Alat Angkut Dan Meningkatkan Produktivitas Hopper Tls 3 Banko Barat PT Bukit Asam (Persero) Tbk

    Full text link
    Sistem penambangan di site Banko diawali dengan melakukan kegiatan penambangan di pit area kemudian batubara ini diangkut menuju dump hopper untuk direduksi ukuran nya lalu diumpan ke belt conveyor dan ditransportasikan ke tripper sebagai tempat curahan batubara ke live stockpile.Target produksi masing-masing dump hopper adalah 750 ton/jam namun dari hasil pengamatan dilapangan produktivitas unit dump hopper 1 dan 2 adalah 645 ton/jam dan 655 ton/jam dengan laju pengumpanan alat angkut sebesar 648 ton/jam dan 661,65 ton/jam .Untuk mengatasi hal ini perlu diketahui produktivitas teorotis dump hopper dan alat angkut terlebih dahulu. Dari hasil perhitungan didapat produktivitas optimum dump hopper yang terdiri hopper , belt conveyor dan double roll crusher adalah 101,6 ton, 770 ton/jam dan 771 ton/jam sedangkan produktivitas teoritis alat angkut pengumpan unit dump hopper 1 dan 2 adalah 648 ton/jam dan 1.346,083 ton/jam. Dengan membandingkan antara produktivitas teoritis hopper terhadap produktivitas teoritis alat angkut maka .diketahui upaya apa saja yang dapat meningkatkan produktivitas masing-masing dump hopper dilakukan dengan meningkatkan waktu kerja efektif alat, menambah unit dump tuck yang dumping ke dump hopper 1 serta mengurangi jumlah dump truck yang dumping ke dump hopper 2. Setelah dilakukan peningkatan produktivitas dump hopper maka didapat peningkatan produktivitas masing-masing dump hopper sebesar 761,23 ton/jam dan 728,47 ton/jam dengan waktu kerja efektif 17,7 jam/hari dan produksi sebesar 13.473,771 ton/hari dan 12. 893,919 ton/hari

    Studi Pengaruh Ukuran Pipa Produksi Terhadap Tingkat Laju Produksi Pada Sumur Produksi Y-19, W-92, Dan Hd-91 Di PT. Pertamina Ep Asset-1 Field Jambi

    Full text link
    Kegunaan pipa produksi adalah untuk mengalirkan kandungan minyak dan gas bumi ke permukaan. Jika ukuran pipa produksi yang digunakan tidak tepat maka akan timbul dampak negatif. Jika ukuran pipa produksi terlalu besar maka pipa produksi akan lebih cepat rusak akibat timbulnya masalah kepasiran dan korosi. Tetapi jika ukuran pipa produksi terlalu kecil maka akan mempercepat terjadinya kerusakan formasi pada sumur produksi. Dalam mengevaluasi penggunaan ukuran pipa produksi yang tepat harus menggunakan analisa kurva Inflow Performance Relationship, kurva pressure traverse dan analisa sistem nodal. Hasil analisa tersebut dapat dikombinasikan sehingga mendapatkan ukuran pipa produksi yang sesuai. Hasil analisa laju produksi optimal pada sumur-sumur produksi Y-19, W-92 dan HD-91 sebesar 1223,72 bfpd, 5494,136 bfpd, dan 1562,784 bfpd. Untuk mencapai atau mendekati hasil pada setiap sumur produksi seperti pada sumur Y-19 sebesar 1200 Bfpd, sumur W-92 sebesar 4300 Bfpd, dan HD-91 sebesar 1300 Bfpd maka harus mengganti ukuran pipa produksi yang sesuai dengan menggunakan analisa sistem nodal tersebut yakni ukuran 3 in(ID) untuk sumur Y-19 dan ukuran 4 in(ID) untuk sumur W-92 dan HD-91. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bila memungkinkan untuk Sumur produksi Y-19 harus diganti dengan ukuran 3 in(ID) dan untuk sumur produksi W-92 dan HD-91 harus diganti dengan ukuran pipa produksi 4in(ID) karena untuk sumur Y-19 akan terjadi scale dan korosi karena ukuran pipa yang digunakan terlalu besar dan untuk sumur W-92 dan HD-91 akan mempercepat terjadinya kerusakan formasi (formation damage) akibat lumpur dan pasir yang ikut terproduksi akan banyak jatuh kembali dan menutupi pori-pori lapisan produktif

    Evaluasi Kinerja Dehydration Unit Pada Stasiun Pengumpul Gas Lapangan Sungai Gelam PT. Pertamina Ep Asset 1 Field Jambi

    Full text link
    Saat ini PT. Pertamina EP Asset 1 field Jambi sedang dalam pengembangan produksi gas alam, hal ini dikarenakanpotensi gas yang telah ditemukan 5 tahun lalu belum dapat diproduksi karena belum ada pihak yang ingin membeli gastersebut. Namun saat ini PLN menyadari penggunaan gas sebagai sumber energi alternatif dalam pengadaan listrikuntuk daerah Jambi. Maka saat ini PT. Pertamina EP Asset 1 field Jambi mulai memproduksi gas alam yang terdapat disungai gelam untuk dijual kepada PLN. Gas yang didapat dari sumur gas di sungai gelam teryata tidak dapat langsungdikirim ke PLN karena masih mengandung impurities, maka dari itu gas alam hasil sumur gas harus diolah telebihdahulu agar bisa memenuhi persyaratan kontrak kerja oleh pihak PLN. Salah satu syarat tersebut kandungan uap airpada gas tidak boleh lebih dari 20 lbs/MMSC. Maka dari itu pada SP Gas lapangan Sungai Gelam terdapat alat yangberfungsi untuk menghilangkan uap air yaitu Dehydration Unit (DHU). Proses penghilangan air terdiri dari beberapatahap mulai dari penyerapan air dengan menggunakan dessicant, drying dan regenerasi. Maka dari itulah diperlukanalat untuk dapat menyerap air yang terkandung di dalam gas alam. Dehydration Unit (DHU) yang digunakan dilapangan Sungai Gelam menggunakan desikan padat dengan jenis molecular sieve. Namun keberadaan alat ini akandievaluasi apakah sesuai atau tidak untuk mengeringkan gas alam di Sungai Gelam sehingga kandungan air dapatmemenuhi persyaratan dari PLN. Evaluasi dilakukan dengan perbandingan antara kandungan uap air pada gassebelum masuk DHU (inlet) dan setelah masuk DHU (outlet) sehingga diketahui berapa besar kemampuan penyerapandari DHU tersebut, serta kemampuan untuk memenuhi kontrak kerja dengan pihak PLN

    Evaluasi Kinerja Excavator Backhoe Cat 385 Dan Cat 345 Terhadap Produksi Penambangan Swakelola Paket 09-218 Banko Barat Tahun 2013 PT. Bukit Asam (Persero) Tbk

    Full text link
    Swakelola merupakan salah satu unit kerja penambangan di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk yang kegiatan operasional penambangannya menggunakan kombinasi excavator backhoe dan dump truck dengan mitra kerja PT. Bangun Karya Pratama Lestari sebagai penyedia unit rental. Berdasarkan rencana sekuen tahun 2013, target produksi total material sebesar 18.207.506 Bcm, dengan produksi tanah (overburden) sebesar 15.350.000 bcm dan batubara sebesar 3.605.000 Ton. Pada akhir tahun 2013, realisasi produksi total material hanya tercapai 76% terhadap rencana sekuen yaitu sebesar 13.804.533 Bcm, dengan produksi tanah sebesar 11.505.159 Bcm dan batubara sebesar 2.897.212 Ton. Ketidaktercapaian produksi disebabkan karena peralatan mekanis yang dioperasikan bekerja tidak optimal dimana jam jalan yang tinggi tidak sebanding dengan produksi yang dihasilkan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kondisi peralatan mekanis yang dalam keadaan kurang baik, dimana rata - rata equipment avaibility kumulatif dari unit alat berat kurang dari 85%. Menurut perhitungan handbook, produktifitas excavator backhoe CAT 385 untuk operasional pengupasan tanah sebesar 501 bcm/jam sedangkan excavator CAT 345 untuk penggalian batubara sebesar 269 Bcm/jam. Akan tetapi, rata - rata realisasi produktifitas excavator CAT 385 hanya sebesar 379 Bcm/jam dan CAT 345 sebesar 205 Bcm/jam selama tahun 2013. Kinerja alat gali muat yang tidak optimal menyebabkan kekurangan volume produksi tanah sebesar 3.844.841 Bcm dan batubara sebesar 707.788 Ton dari target produksi yang telah direncanakan di satuan kerja penambangan swakelola.

    Evaluasi Penggunaan Sucker Rod Pump Pada Sumur Rb-36 Rb- 91, Dan Rb-135 Dengan Menggunakan Data Sonolog Dan Dynamometer Untuk Meningkatkan Produksi Di PT Pertamina Ep Asset 1 Field Ramba

    Full text link
    Secara umum metode produksi dibagi menjadi dua, yaitu sembur alam (natural flow) dan pengangkatan buatan (artificiallift). Sembur alam merupakan metoda mengalirnya fluida dari zona perforasi ke permukaan sumur secara alamiah, halini disebabkan tekanan reservoir yang mendorong fluida naik ke permukaan masih sangat tinggi. Seiring dengan waktuberproduksi, maka terjadi penurunan tekanan reservoir dan keadaan ini menyebabkan berkurangnya tingkat produksisumur tersebut, maka untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan cara pengangkatan buatan (artificial lift).Adapun tujuan dari artificial lift adalah untuk membantu pengangkatan fluida dari dalam sumur ke permukaan. Salahsatu metode pengangkatan ini, yaitu sucker rod pump. Untuk meningkatkkan produktivitas suatu pompa sucker rod pumpperlu diperhatikan kapasitas produksi pompa,panjang langkah, kecepatan pemompaan maupun letak kedalaman pompa.Sumur RB-36, RB-91, dan RB-135 adalah sumur migas yang terdapat di lapangan Ramba, PT Pertamina EP Asset 1Field Ramba. Berdasarkan analisis kurva IPR Vogel diperoleh laju produksi maksimal (Qmaks) untuk masing-masingsumur, yaitu RB-36 sebesar 612,18 BFPD, RB-91 sebesar 336,18 BFPD dan RB-135 sebesar 306,70 BFPD, sedangkandari data sonolog diperoleh bahwa produksi sumur RB-36 sebesar 485 BFPD, RB-91 sebesar 257 BFPD dan RB-135sebesar 236 BFPD. Berdasarkan hasil analisis dan optimasi yang telah dilakukan diperoleh besar laju produksi yangdapat dicapai sumur RB-36 sebesar 500 BFPD, sumur RB-91 sebesar 283 BFPD dan sumur RB-135 sebesar 270 BFPD.Dari hasil uji dynamometer akan diperoleh data pump card ketiga sumur tersebut. Dari analisis data pump card ketigasumur tu diperoleh bahwa sumur RB-36 mengalami fluid acceleration, sumur RB-91 mengalami kebocoran padatravelling valve, sedangkan untuk RB-135 mengalami kerusakan pada standing valvenya
    • …
    corecore