6 research outputs found

    PENGARUH PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION TERHADAP TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

    Get PDF
    Isu lingkungan merupakan salah satu alasan diterapkannya metode green construction. Hingga saat ini penerapan metode green construction di Indonesia masih terbilang minim. Green Construction berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Sehingga dilaksanakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui: (1) Faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja yang berhubungan dengan konsep green construction, (2) penerapan metode green construction yang dilakukan oleh tenaga kerja, (3) pengaruh green construction terhadap tingkat keselamatan dan kesehatan. Sampel penelitian adalah tim ahli yang berada dilokasi proyek. Analisis penelitian menggunakan teknis analisis data dan metode AHP (Analisis Hirarki Proses) untuk menentukan peringkat faktor yang dominan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh tujuh faktor keselamatan dan kesehatan kerja yang berhubungan dengan konsep green construction. Tenaga kerja menerapkan metode green construction sesuai dengan SOP yang diatur pada proyek tersebut sehingga penerapan metode green construction pada proyek berhasil dan sangat mungkin dilaksanakan. Dari hasil penelitian didapat limabelas faktor pengaruh penerapan green constraction terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, sehingga ketika penerapan green construction berhasil maka keselamatan dan kesehatan kerja meningkat. Setiap proyek konstruksi dapat menerapkan metode green construction apabila terdapat standar operasional yang mengatur. Untuk keberhasilan keselamatan dan kesehatan kerja dapat dengan menerapkan metode green construction

    PENGUPAHAN BURUH KONSTRUKSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM KETENAGAKERJAAN

    Get PDF
    Upah atau imbalan atau penghargaan dalam bentuk uang merupakan hak dari tiap pekerja setelah tuntas menyelesaikan kewajiban. Pekerja pada jasa konstruksi dalam hal ini biasanya disebut sebagai buruh konstruksi. Ketika pekerjaan dirasakan berat atau memiliki tanggung jawab yang lebih besar maka upah yang diterima pun lebih tinggi. Namun fenomena yang terjadi ada dasar penetapan besar atau kecilnya upah dari pekerjaan yang membutuhkan tenaga ataupun fisik dan dibandingkan dengan pikiran. Penelitian ini diawali dengan membuat hipotesa atau dugaan-dugaan berdasarkan kajian pustaka dan penelitian terdahulu, buruh konstruksi atau biasa disebut tukang atau laden pada umumnya dibayar dengan upah harian oleh pemberi kerja dalam hal ini disebut dengan mandor. Tak jarang upah yang diberikan ini dipotong denda jika buruh konstruksi melanggar aturan keselamatan kerja di proyek. Bahkan angka pemberian upah perhari ini jika dihitung dalam satu bulan lebih rendah dari UMR/UMP. Penelitian pengupahan buruh konstruksi dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif. Mengumpulkan data sekunder kebijakan pengupahan dari mandor sebagai pemberi kerja dan data primer observasi ke lapangan serta melakukan wawancara ke buruh konstruksi sebagai penerima kerja. Materi wawancara meliputi kebijakan pengupahan mulai dari kewajiban membayar upah termasuk upah minim, upah lembur, waktu kerja, waktu istirahat, dan tunjangan hari raya. Hasil penelitian dibantu dengan FGD membentuk pola pengupahan buruh konstruksi dalam perspektif hukum ketenagakerjaan Indonesia berdasarkan hipotesa dan analisis data yang diperoleh selama penelitian. Diperoleh temuan upah yang diterima buruh konstruksi masih belum layak memenuhi kesejahteraan

    Identifikasi Rantai-Pasok Dalam Industri Konstruksi Indonesia Untuk Pengembangan Sistem Penjaminan Mutu

    Full text link
    . The construction industry products are usually created based on request from the clients (government organizations or private sector) by the contracted second party (contractor) who mobilizes various resources such as construction material, equipment and labor, which are supplied by a series of suppliers then assembled at the project site by the various contractors (prime and sub-contractors).The supply chain within the construction production process during the construction stage has been identified, in light of investigating the quality assurance processes within each supply chain components. Observations are made by survey to project sites through semi-structured depth interviewing for all the supply chain actors within the case study projects. Indicators used in the survey are based on ISO 9001:2000 procedures already adopted by the contractors. The observation result shows that there are four basic elements required to assure the quality of the product: defining project scope, specifying features and baseline system, build product, and deliver product to customer. To implement these elements, twelve steps need to be completed by the supply chain parties in order to accomplish quality assurance process. The process is found to be very similar with those of ISO 9001:2000 standards.The result of this study is expected to be usefull for parties involved in construction industry in setting up their supply chain, where quality assurance of the construction products is a major issue in improving costumer satisfaction

    Tinjauan metode pelaksanaan pekerjaan tanah pada kondisi hujan

    No full text
    viii+65hlm.;29c

    Identifikasi Rantai-Pasok dalam Industri Konstruksi Indonesia untuk Pengembangan Sistem Penjaminan Mutu

    Get PDF
    Abstrak. Produk industri konstruksi biasanya dibuat atas dasar permintaan dari pemberi kerja (pemerintah atau swasta) oleh pihak kedua yang dikontrak (kontraktor), dengan mengerahkan berbagai sumberdaya seperti bahan konstruksi, peralatan, dan tenaga kerja. Dalam proses produksinya berbagai komponen produk konstruksi dipasok oleh berbagai pemasok yang bertingkat-tingkat, kemudian dirakit di lokasi proyek oleh para kontraktor, baik kontraktor utama maupun sub kontraktor. Rantai-pasok proses produksi konstruksi pada tahap pelaksanaan konstruksi telah didentifikasikan dalam rangka mengkaji bentuk-bentuk pengawasan dan penjaminan mutu pada rantai-pasok tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei ke lapangan melalui wawancara secara mendalam ke pelaku rantai-pasok pada proyek yang ditinjau. Indikator yang digunakan untuk pertanyaan wawancara dikembangkan berdasar pola ISO 9001:2000 yang telah diterapkan oleh para Kontraktor responden sebagai pelaku utama dalam rantai pasok. Hasil pengamatan menunjukkanadanya pola penjaminan mutu yang didasari empat elemen utama, meliputi pendefinisian jangkauan proyek, penetapan spesifikasi dan sistem dasar, pembuatan barang dan jasa, dan penyampaian barang dan jasa ke pelanggan. Elemen ini dilaksanakan dengan melakukan dua belas tindakan oleh pelaku rantai pasok sehingga akhirnya jaminan mutu dapat tercapai. Proses tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam standar ISO 9001:2000. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam industri konstruksi, untuk membuat pola rantai pasok yang di dalamnya terdapat penjaminan mutu terhadap hasil kerja guna memperoleh kepuasan pengguna jasa.Abstract. The construction industry products are usually created based on request from the clients (government organizations or private sector) by the contracted second party (contractor) who mobilizes various resources such as construction material, equipment and labor, which are supplied by a series of suppliers then assembled at the project site by the various contractors (prime and sub-contractors).The supply chain within the construction production process during the construction stage has been identified, in light of investigating the quality assurance processes within each supply chain components. Observations are made by survey to project sites through semi-structured depth interviewing for all the supply chain actors within the case study projects. Indicators used in the survey are based on ISO 9001:2000 procedures already adopted by the contractors. The observation result shows that there are four basic elements required to assure the quality of the product: defining project scope, specifying features and baseline system, build product, and deliver product to customer. To implement these elements, twelve steps need to be completed by the supply chain parties in order to accomplish quality assurance process. The process is found to be very similar with those of ISO 9001:2000 standards.The result of this study is expected to be usefull for parties involved in construction industry in setting up their supply chain, where quality assurance of the construction products is a major issue in improving costumer satisfaction
    corecore