42 research outputs found

    STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN UNIT PRODUKSI SEBAGAI PENUNJANG PELAKSANAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA DI SMKTI NEGERI 6 DAN BLPT BANDUNG

    Get PDF
    Proses Belajar Mengajar di sekolah kejuruan harus dilaksanakan melalui pembelajaran teori di ruang kelas, dan praktek menggunakan bengkel latihan, serta mengembangkan praktek kerja yang dilakukan di industri, program belajar diatur sedemikian rupa sehingga relevansi dan kesinambungan proses belajar dapat dipelihara. Belakangan praktek kerja di industri dikembangkan menjadi program "Pendidikan Sistem Ganda". Upaya lain yang dikembangkan pemerintah dalam pengembangan dan pembinaan keterampilan bagi siswa dan guru melalui M adah Unit Produksi". Upava menjalin kerja sama antara pihak sekolah dengan industri ternyata sering menghadapi kendala antara lain : <]) -Jumlah kesempatan yang tersedia untuk berpraktek-kerja di lapangan kerja masih sangat sedikit f62 48'j bila dibanding dengan populasi siswa SMKTI Negeri dan Swasta vang membutuhkannya (sebanyak 1. 58 juta siswaj. Artinya, masih kurang dari 4% siswa SMKTI yang menikmati kesempatan untuk berpraktik-kerja dalam rangka PSG. (2) Pelaksanaan PSG khususnya untuk aspek yang berkaitan dengan program monitoring dan evaluasi belum terlaksana secara optimal. Memperhatikan persoalan 'ersebut. maka dalam pembelajaran keterampitm bagi para siswa perlu adanya alternatif, diantaranya melalui kegiatan Unit Produksi. Pengembangan Unit Produksi bertujuan untuk memberikan pengalaman praktek kerja nyata bagi sisMa sekolah kejuruan sehingga lulusannya diharapkan memiliki keterampilan bekerja mendekati tuntutan dunia usaha dan memiliki jiwa wiraswasta. Bertolak dari uraian tersebut, masalahnya dirumuskan sebagai berikut: "Apakah Manajemen Unit Produksi di SMK Teknologi Industri Negeri 6 dan BLPTBandung dapat menunjang pelaksanaan Penukikan Sistem Ganda". Fokus masalah tersebut, yaitu (1) Bagaimana Profil UM Produksi di SMKTI Negeri 6 dan BLPT Bandung dibentuk. (2) Bagaimana struktur, mekanisme organisasi dan aliran wewenang anggota yang terlibat dalam Unit Produksi di SMKTI Negeri 6 dan BLPT Bandung. (3) Bagaimana perencanaan Unit Produksi di SMKTI Negeri 6 dan BLPT Bandung, (4) Bagaimana pelaksanaan Unit Produksi di SMKTI \egen 6 dan BLPT Bandung. (5) Bagaimana pengawasan dan evaluasi Unit Produksi di SMKTI Negeri 6 dan BLPT. (6) Bagaimana pengembangan dan peningkatan kualitas Unit Produksi di SMKTI Negeri 6 dan BLPT Bandung untuk mendukung pelaksanaan PSG. Secara umum. penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan dan menganalisis fenomena pokok permasalahan, yaitu manajemen Unit Produksi di SMKTI Negeri 6 dan BLPT Bandung. Metode penelitian vang digunakan, adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif melalui pengumpulan data (ekploralifj. obsenmi langsung dan tidak langsung. wawancara. Kesimpulan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa: 1. Profil Unit Produksi di SMK Teknologi Industri Segeri 6 dan BLPT. selama ini masih belum memenuhi harapan sesuai dengan tujuan. Ditinjau dari hasil analisis SWOT nampak kekuatan dan peluang yang ada dalam prakteknya masih menghadapi kendala. Kendala yang ada nampaknya bertumpu pada keterbatasan sumber daya manusia dalam hal: (a) kemampuan menyusun strategi dan pendekatan usaha berbasis pendidikan. <bj kemampuan kreasi menciptakan iklim Unit Produksi Sekolah sebagai miniatur industri masih belum optimal. 2. Organisasi L'nit Produksi di kedua lembaga baik di SMK Tebiologi Industi Negeri 6 dan BLPT Bandung ditinjau dari struktur organisasi, belum mengacu kepada bidang garapan UP di SMK serta belum mengantisipasi dalam peningkatan omzet dan layanan kualitas produk/jasa. 3. Perencanaan Unit Produksi telah dilakukan secara bertahap, namun demikian perencanaan belum mengacu kepada strategi yang leb:h komprehensif yang menyentuh aspek manajemen dan garapan unit produksi, dengan sasaran dan target jangka pendek dan jangka panjang. 4. Pelaksanaan i'nit Produksi masih pada taraf pembelajaran dan mencari pola vang terus dikembangkan. Hal itu disebabkan banyak faktor yang belum disiapkan seperti, 'a) sikap mental sumber daya manusua terutama guru dalam memerankan dirinya sebagai (pengajar dan pelatih, perencana usaha, pelaksana usaha dan manajer usaha.. (bf budaya kerja SMK belum selaras dengan bude va kerja di industri. kemampuan manajerial yang efektif, /dj kesadaran personil internal dalam memandang UP belum proporsional (tidak semata-mata ke arah keuntungan materi, sehinggc ada kesan kecemburuan antara yang terlibat dengan tidak), (e) pengakuan masyarakat terhadap UP sekolah masih rendah. 5. Pengawasan dan evaluasi Unit Produksi telah dilakukan sesuai dengan program vang direncanakan. Pengawasan proses dan hasil yang bersifat pekerjaan di'lakukan secara kolektif baik di tingkat pengurus maupun pelaksana di unit kerja. 6. Pengembangan dan peningkatan kualitas pelayanan UP di SMK Teknologi Industri Negeri 6 dan BLPT terus dilakukan upaya perbaikan. Upaya perbaikan tersebut, antara lain: (a) mengirimkan tenaga UP untuk mengikuti pendidikan dan latihan keteramapilan khusus (manajemen pemasaran, keterampilan teknis spesifik bagi guru dan teknisi, (b) meningkatkan kerjasama dengan institusi industri kecil, menengah dan besar) Unit Produksi yang dilaksanakan dan dikembangkan secara profesional dapat berperan mensubstitusi kesempatan praktek industri sesuai dengan tuntutan pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda dalam hal peningkatan daya tampung PSG tuntutan keterampilan yang berorientasi pasar dan konsumen, pembentukan etika kerja serta peningkatan wawasan ekonomi dan kewiraswastaan

    MENJADI SAKSI AHLI DALAM LINGUISTIK FORENSIK (Kajian terhadap Bukti Kasus Berbahasa Sunda)

    Get PDF
    Latar belakang penelitian ini ialah adanya kenyataan bahwa kasus linguisti forensik ditemukan dalam bahasa Sunda. Kasus-kasus seperti ini tersebar dalam media sosial (medsos) dan berdampak hukum. Penelitian ini bertujuan memaparkan hasil kajian terhadap pengalaman menjadi saksi ahli bahasa dalam persidangan kasus penghinaan dan pencemaran nama baik melalui medsos. Di dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data dikumpulkan dengan teknik studi bibliografis. Data kajian berupa tuturan penghinaan dan pencemaran nama baik berbahasa Sunda melalui akun facebook, yang penuturnya dilaporkan melanggar Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), Pasal 27 ayat (3). Data dikaji dengan teknik analisis unsur langsung (immediate constituent analysis), yang dilakukan secara eksplikatur melalui interpretasi teks berdasarkan kajian semantik dan pragmatik. Hasil analisis menunjukkan bahwa tuturan penghinaan dan pencemaran nama baik bisa diekspresikan secara langsung bersemuka oleh penutur kepada mitra tutur bisa tidak langsung melalui media sosial. Jika ucapan tersebut berkaitan dengan penghinaan atau penceramaran nama baik, maka akan berdampak hukum yang menyangkut linguistik forensik. Sebagai contoh bentuk penghinaan dalam medsos adalah membandingkan pemimpin pesantren dengan bandar miras melalui ungkapan “Sabelas dua belas”.The background of this research is the fact that forensic linguistic cases are found in Sundanese. Cases like this are spread on social media and have legal implications. This study aims to present the results of a study of the experience of being a linguist witness in court cases of insults and defamation through social media. This study used a qualitative approach with a descriptive method. Data were collected by bibliographic study technique.  The study data is in the form of utterances of insults and defamation in Sundanese language through a Facebook account, whose speakers are reported to have violated Law Number 11 of 2008 concerning Information and Electronic Transactions (ITE), Article 27 paragraph (3). The data were analyzed using immediate constituent analysis, which was carried out in an explicate way through text interpretation based on semantic and pragmatic studies. The results of the analysis show that utterances of insults and defamation can be expressed directly or figuratively. The results of the analysis show that utterances of insults and defamation can be expressed directly face to face by the speaker to the speech partner or indirectly through social media. If the statement is related to insults or defamation, it will have legal implications regarding forensic linguistics. For example, a form of humiliation in social media is comparing the leader of a pesantren with a liquor dealer through the expression "Sabelas twelve"

    ADVERBIA STATIF DALAM BAHASA SUNDA: KAJIAN STRUKTUR DAN SEMANTIK

    Get PDF
    Abstrak Adverbia Statif dalam Bahasa Sunda: Kajian Struktur dan Semantik. Kajian ini bertujuan mendeskripsikan adverbia statif dalam bahasa Sunda yang dikaji dari segi struktur dan semantik. Deskripsinya mencakup batasan dan karakteristik, fungsi, keterikatan, jumlah unsur, distribusi, makna, dan bentuknya. Dalam kajian ini digunakan metode deskriptif. Sumber data kajian ini berupa ragam bahasa Sunda lisan dan tulis. Untuk mengumpulkan data digunakan teknik teks, instuisi atau intropeksi, dan teknik elisitasi. Untuk mengolah data digunakan metode distribusional dengan analisis unsur langsung sebagai teknik dasar, yang diikuti teknik permutasi, subsitusi, ekspansi, dan teknik interupsi sebagai teknik lanjutan. Kajian ini menyimpulkan bahwa (a) adverbia statif merupakan adverbia yang secara khusus dan kolokatif menerangkan adjektiva; (b) adverbia statif berfungsi sebagai pewatas belakang adjektiva; (c) adverbia statif dengan adjektiva memiliki keterikatan yang sangat erat dan berkolokatif; (d) jumlah unsur adverbia statif dan adjektiva bersifat saling melengkapi; (e) posisi adverbia statif selalu di belakang adjektiva; (f) adverbia statif memiliki makna inhern ‘sifat kesangatan (kualitas elatif )’ yang dapat di dahului kata mani ‘sangat’; dan (g) adverbia statif pada umumnya berbentuk kata tunggal (71,42%).Kata kunci: adverbia statif, adjektiva, struktur, semantik, pewatas  Abstract The Study of Structure and Semantics of Stative Adverbs in Sundanese Language. This study aims to describe stative adverbs in Sundanese language studied in terms of structure and semantics. Descriptions include definition and characteristic, function, relationship, number of elements, distribution, meaning, and form. This study used a descriptive method. Data source for this study were in the forms of spoken and written language varieties. Tecniques used to collect data are text, intuition or introspection, and elicitation tecniques. To process the data, the study used distributional methods with direct factorial analysis as the basic tecnique, followed by permutation, substitution, expansion, and technical interruptions tecnique, follow-up techniques. The study concludes that (a) stative adverbs are adverb that explain adjectives speciically and collocatively; (b) stative adverbs serves as adjective limiters; (c) stative adverbs with adjectives are bound very tightly and collocated; (d) the number of elements stative adverbs and adjectives are complementary; (e) the position of stative adverbs ia always in the back of the adjectives; (f) stative adverbs have an inherent meaning of ‘excessive nature (elative quality) ‘which may be preceded by the word mani ‘very’, and (g) stative adverbs are generally inthe form of a single word (71,42%)Keywords: stative adverbs, adjective, structure, semantics, limite

    THE MINDSET OF SUNDANESE PEOPLE IN THEIR LANGUAGE EXPRESSIONS

    Get PDF
    This study is aimed at describing the mindset of Sundanese people in their language expressions examined from psycho-pragmatic aspects. The description is connected to Sundanese language as the reflection of mindset, the cognitive system, and Sundanese people’s way of thinking in Sundanese language expressions. The study applied descriptive method. To collect data, textual technique (literary study), intuitive technique (introspection), and elicitation technique were used. The result of the study shows that Sundanese language phenomenon, which is the reflection of mindset is seen from its sound accord, contradiction, kirata basa (language prediction), abbreviation, and language paradigm. The cognitive system of Sundanese language is related to naming system (of people, of body parts, of places or toponymy), time, numbers, colors, and environment. Sundanese people’s way of thinking refers to outspokenness, subjectivity, state of being substantial, state of being humorous, state of being emotional, indirectness, indistinctness, politeness, sensitivity, and loyalty.

    Mutu Manajemen Proses Pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan

    Full text link
    Pokok masalah yang diteliti adalah apakah faktor-faktor input yang yang meliputi Kinerja Kepala Sekolah, Pembiayaan, Kemitraan, Manajemen Sekolah, Sarana/Prasarana, dan Implementasi Kurikulum berpengaruh terhadap kinerja tenaga pendidik dan perilaku peserta didik serta mutu manajemen proses pembelajaran di SMK berstandar nasional (SSN) dan sekolah unggulan Eks. RSBI di Jawa Barat. Penelitian ini deskriptif dan verifikatif, dengan metode survey explanatory. Pengolahan data menggunakan Analisis Regresi Multipel. Data dikumpulkan dari persepsi guru melalui kuesioner dengan populasi sebanyak 1.910 guru, dengan sampel 320 responden. Hasil penelitian secara deskriptif menunjukkan bahwa pada umumnya SMK SSN dan SMK unggulan eks RSBI di Jawa Barat: (1) memiliki kepala sekolah dengan kinerja tinggi (yang dicirikan oleh Kompetensi Instruksional, Manajerial, Kewirausahaan, Supervisi, Kepribadian, Kompetensi Sosial); (2) Pembiayaan dipersepsi sudah tinggi (meliputi: Perencanaan Biaya, Penggunaan Biaya dan Pertanggungjawaban); (3) pelaksanaan Kemitraan tinggi (meliputi: MoU, Penyusunan Program, Pelaksanaan Praktek dan Penilaian/Sertifikasi), (4) Manajemen Sekolah tinggi (meliputi: Perencanaan Strategis, Implementasi Program dan Evaluasi Program Sekolah; (5) memiliki Sarana Prasarana tinggi (meliputi: Sarana Fisik, Media Pembelajaran, Perpustakaan & Laboratorium, Fasilitas Praktek, Sarana Teknologi Informasi), (6) Implementasi Kurikulum tinggi (meliputi: Tujuan dan Sasaran, Muatan Kurikulum, Aktivitas Pembelajaran, Evaluasi Kurikulum), (7) Kinerja Tenaga Pendidik tinggi (meliputi: Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial dan Profesional), (8) Perilaku Peserta Didik tinggi (meliputi: Potensi,Motivasi, Aktivitas, dan Kepuasan (9) Mutu manajemen proses pembelajaran tinggi (meliputi: Perencanaan; Pelaksanaan; Penilaian; Pembelajaran Aktif dan Pengawasan). Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa: Kinerja Kepala Sekolah, Pembiayaan, Kemitraan, Manajemen Sekolah, Sarana/Prasarana, dan Implementasi Kurikulum berpengaruh kuat, positif, dan signifikan terhadap Kinerja Tenaga Pendidik dan peserta didik yang muaranya pengaruh terhadap mutu manajemen proses pembelajaran di SMK berstandar nasional (SSN) dan sekolah unggulan Eks. RSBI di Jawa Barat di Jawa Barat

    Modul guru pembelajar Bahasa Sunda SMP kelompok kompetensi H

    Get PDF
    Kedalaman materi dan pemetaan kompetensi dalam modul ini disusun menjadi sepuluh kelompok kompetensi. Setiap modul meliputi pengembangan materi kompetensi pedagogik dan profesional bagi guru Bahasa Sunda. Subtansi modul ini diharapkan dapat memberikan referensi, motivasi, dan inspirasi bagi peserta dalam mengeksplorasi dan mendalami kompetensi pedagogik dan profesional guru Bahasa Sund

    Modul pengembangan keprofesian berkelanjutan terintegrasi penguatan pendidikan karakter: mapel Bahasa Sunda SMA/SMK kelompok kompetensi H

    Get PDF
    Kedalaman materi dan pemetaan kompetensi dalam modul ini disusun menjadi sepuluh kelompok kompetensi. Setiap modul meliputi pengembangan materi kompetensi pedagogik dan profesional bagi guru Bahasa Sunda. Subtansi modul ini diharapkan dapat memberikan referensi, motivasi, dan inspirasi bagi peserta dalam mengeksplorasi dan mendalami kompetensi pedagogik dan profesional guru Bahasa Sunda

    Modul pengembangan keprofesian berkelanjutan terintegritasi penguatan pendidikan karakter: mata pelajaran Bahasa Sunda SD kelompok kompetensi E

    Get PDF
    Kedalaman materi dan pemetaan kompetensi dalam modul ini disusun menjadi sepuluh kelompok kompetensi. Setiap modul meliputi pengembangan materi kompetensi pedagogik dan profesional bagi guru Bahasa Sunda. Subtansi modul ini diharapkan dapat memberikan referensi, motivasi, dan inspirasi bagi peserta dalam mengeksplorasi dan mendalami kompetensi pedagogik dan profesional guru Bahasa Sunda
    corecore