26 research outputs found

    PEMBERDAYAAN PETANI DAN PETERNAK DI KECAMATAN DUAPITUE KABUPATEN SIDRAP DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA LOKAL

    Get PDF
    Salah satu upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan adalah melalui pemberdayaan masyarakat untuk mengelola sumber daya di pedesaan. Namun demikian, tingkat keterampilan dan pengetahuan masyarakat sangat berpengaruh pada pelaksanaan dan keberhasilan pemberdayaan ini. Upaya pemberdayaan masyarakat seyogyanya melibatkan usaha-usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat sehingga dapat memotivasi partisipasi masyarakat dalam mengelola dua leading sector yang merupakan unggulan di pedesaan, pertanian, dan peternakan. Beberapa program dalam pelaksanaan KKN PPM UH Pemberdayaan Petani, dan Peternak ini adalah perbaikan teknologi pengelolaan lahan sawah tadah hujan, pengembangan sistem budidaya vertikultur, intensifikasi ternak itik dan pengembangan olahan produk lokal berbahan dasar ternak unggas. KKN PPMUH dilaksanakan di Desa Bila Kecamatan Dua Pitue Kabupaten Sidenreng Rappang dan diikuti oleh 14 orang mahasiswa dari Fakultas Pertanian dan Fakultas Peternakan. Pelaksanaan diawali dengan sosialisasi program kerja kepada masyarakat dan kelompok tani dan peternak di lokasi mitra yang dilanjutkan dengan seminar program kerja. Beberapa program yang telah dilaksanakan yakni penyuluhan dan pelatihan serta pembuatan demplot pertanian organik padi pada lahan sawah tadah hujan, vertikultur sayur-sayuran dan budidaya ternak itik. Program KKN PPM UH disambut baik oleh warga di lokasi yang terlibat langsung dalam pelaksanaan pelatihan dan demplot. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dampak dari kegiatan ini adalah terjadinya peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat kelompok tani dan peternak terkait beberapa hal yakni: pengelolaan budidaya padi secara organik, pembuatan POC dan Pestisida nabati serta intensifikasi budidaya ternak itik dan kewirausahaan telur asin.  Kata kunci: Pemberdayaan masyarakat, sumberdaya lokal, peningkatan produksi pertanian, peternakan dan perikanan

    DAMPAK PENAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI) TERHADAP MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SUNGAI BODI, DESA BODI, KECAMATAN PALELEH BARAT KABUPATEN BUOL, PROVINSI SULAWESI TENGAH

    Get PDF
    ABSTRACT   Unlicensed Gold Mining (PETI) Effect on Macrozoobentos in The Waters of The Bodi River, Western Paleleh District, Buol District, Central Sulawesi Province, in addition to damaging the environment, also endangers the lives of miners and the surrounding community, therefore it is necessary to maintain water quality according to its designation. This study aims to determine the quality of the waters of the Bodi River, social and economic conditions, as well as the health condition of the mining community affected by PETI activities. The parameters studied were macrozoobentos ecology index.This research was conducted at 4 sample point stations representing observation locations, each representing Location I (Upstream), Location II (mining activity area), and Location III (settlement). This type of research is an analytic observational study, with a research design using a cross sectional study. Macrozoobentos samples were taken using the Ekman grab. The results showed that the status of the water quality of the Bodi River at Station 1,2,3, and 4 dominance of macrozoobentos indicates unstable, depressed and high dominance water conditions

    PRODUKSI PADI DAN IKAN MAS PADA BERBAGAI PENGELOLAAN AIR, JENIS VARIETAS DAN DOSIS PAKAN IKAN DENGAN SISTEM MINAPADI

    Get PDF
    The aim of the study was to determine water management methods, varieties and doses of fish feed as well as the interactions between the three which resulted in high production of rice plants and carp in the Minapadi system. This research was conducted in Salumokanan Village, Mamasa Regency, West Sulawesi in January - June 2022. The design used was the Split Plot Design with the water management method as the main plot, the type of variety as the child plots and the dosage of carp feed as the children. plot. The water management method (P) as the main plot which consists of 2 levels, namely the wet dry management system / AWD (P1), the flooded irrigation system (P2). Subplots were rice varieties consisting of 2 levels, namely local varieties Mamasa (V1) and Inpari 30 (V2). The sub-plots were the dose of fish feed (D) which consisted of 3 levels, namely 1% fish weight (D1), 3% fish weight (D2) and 5% fish weight (D3). The results of the research on stagnant water management gave the highest yields for the number of productive tillers (12.78 stems), plant dry weight (40.81 g), absolute weight growth (73.06 g), specific growth rate (1.52%) and growth rate survival (94.44%). Wet dry water management yields the highest grain production per plot (8.77 kg). Inpari 30 variety had the best yields on plant dry weight (41.25 g), grain production per plot (8.69 g), absolute weight growth (72.61 g) and specific growth rate (1.51 g). Fish feed dose of 5% yielded the highest number of productive tillers (12.42 g), absolute weight growth (75.76 g) and specific growth rate (1.54%). Intraction of stagnant water management and fish feed dosage of 5% had the best results in absolute weight growth (86.00 g) and specific growth rate (1.63%). The interaction of 30 inpari varieties and 5% fish feed dose gave the best results on the number of productive tillers (13.33 stems), absolute weight growth (84.33 g) and specific growth rate (1.61%). The interaction of stagnant water management, Inpari 30 varieties and fish feed doses of 5% gave the best absolute weight growth (103.33 g) and specific growth rate (1.78%). Keywords: Minapadi, water management, feed dosage

    POTENSI PRODUKSI BERBAGAI VARIETAS PADI SAWAH PADA LAHAN BERTEKSTUR PASIR DENGAN MODEL PENGELOLAAN AIR DAN SISTEM TANAM DI MUSIM TANAM RENDENGAN

    Get PDF
    Penelitian ini diharapkan dapat mengatasi terjadinya kekurangan air pada lahan sawah irigasi dengan penggunaan varietas adaftif. Inovasi teknologi pada perbaikan mutu intensifikasi dengan sistem mekanisasi salah satu alternatif menanggulangi tenaga kerja manusia. Melalui penerapan efisiensi pengelolaan air irigasi akibat pola perubahan iklim, menghasilkan varietas yang toleran terhadap kekeringan serta penggunaan paket teknologi yang sesuai musim tanam dan tipe hujan equatorial pada tekstur pasir. Tujuan penelitian untuk memperoleh model pengelolaan air dengan sistem tanam metode SRI yang dikombinasi dengan cara legowo dan penggunaan varietas padi yang sesuai kondisi wilayah tipe hujan equatorial. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Sidrap pada lahan bertekstur pasir, penelitian dalam bentuk percobaan dengan metode analisis Rancangan Petak Terpisah. Perlakuan pengelolaan air yakni metode basah-kering, macak-macak dan terputus-putus sebagai petak utama dan berbagai varietas terdiri dari Mekongga, Inpari-4 dan Inpari-30 sebagai anak petak. Hasil penelitian menunjukkan pengelolaan air dengan metode basah-kering memberikan pengaruh yang lebih baik pada tinggi tanaman umur 30 hst (44,74 cm), umur 60 hst (84,74 cm), saat panen (101,62 cm), panjang malai (27,87 cm) dan petak (per hektar) yakni 223,75 kg (6,78 t), sedangkan jumlah anakan 30 hst (20,80 batang), anakan produktif (21,20 batang) diperoleh pada metode terputus-putus. Pengembangan varietas pada lahan sawah bertekstur pasir sebaiknya menggunakan varietas Inpari-4 yang dikombinasikan dengan pengelolaan air dengan metode basah kering

    TINGKAT SERAPAN AIR PADA PERTANAMAN KEDELAI DENGAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN MIKROBA DI MUSIM KEMARAU

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pupuk mikroba dan pupuk organik dalam menekan stress tanaman akibat kekurangan air. Penelitian dilaksanakan dalam bentuk percobaan dengan menggunakan rancangan faktorial dalam kelompok. Faktor pertama pupuk mikroba (M) terdiri dari pupuk mikroba EM4 (ml) dan pupuk mikroba agrisimba (m2). Sedangakan faktor kdua pupuk organik (p) yang terdiri dari pupuk organik ayam (pl) ,pupuk kascing (p2) pupuk kandang sapi (p3) dan pupuk kompos (p4). \ud Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi pemberian pupyuk mikroba EM4 dan pupuk organik ayam memberikan hasil terbaik pada tinggi tanaman. Kombinasi antara pupuk mikroba EM4 dan pupuk kandang sapi menunjukkan hasil terbaik terhadap komponen jumlah polong per tanaman dan bobot biji per 100 biji. Sedangkan antara pupuk mikroba agrisimba dan pupul organik sapi memperlihatkan hasil terbaik pada komponen pengematan bobot biji per petak

    Physiological responses of growth and production of baby corn (Zea mays Saccharata L.) due to application of agricultural waste based compost and NPK fertilizer

    Get PDF
    A trial was conducted to study the physiological responses of baby corn to changes in soil fertility by application of organic and inorganic fertilizers.  The research was conducted at the Teaching Farm, Faculty of Agriculture, Universitas Hasanuddin from May to August 2020. The experiment was arranged based on a factorial randomized block design (RBD) with two factors repeated 3 times. The first factor is the dosage of green compost consisted of four levels, namely 0, 3, 4, and 5 tons ha-1. The second factor was the percentage of NPK fertilization from the recommendations consisted of four levels, namely NPK 100%, 75%, 50%, and 25%. The results show that the treatment of 4 ton ha-1 of green compost resulted in the highest absorption rate of CO2 (336.2 µmol CO2 mol-1) and the highest humidity level (68.8%). 100% NPK fertilizer treatment showed the highest CO2 absorption rate (338.1 µmol CO2 mol-1), the highest leaf photosynthesis rate (36.1 µmol CO2m-2s-1). The treatment of 5 ton ha-1 of green compost and 100% NPK fertilizer resulted in the lowest transpiration rate (0.20 liters m-2s-1). The treatment of 3 ton ha-1 green compost and 100% NPK fertilizer resulted in earlier flowering age (46.3 days) and heaviest ear weight (63.67 g). The treatment of 5 ton ha-1 green compost with 50% NPK fertilizer resulted in the longest ear length with husk (21.72 cm). Treatment of 4 ton ha-1 green compost with 100% NPK fertilization resulted in the longest ear length without husk (10.52 cm).                     

    RETENSI STRESS AIR PERTANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN MIKROBA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pupuk organik dan mikroba dalam menekan stress tanaman sebagai akibat kekurangan air serta kontribusinya terhadap kebutuhan organik terutama pada tanah-tanah yang tingkat kesuburannya relatif rendah.\ud Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang disusun dalam pola faktorial. Sebagai faktor pertama pupuk organik yang berasal dari 4 jenis bahan berbeda yaitu kandang ayam,kandang sapi,kompos dan kascing. Faktor kedua adalah pupuk mikroba yang terdiri dari dua jenis yaitu Agrisimba dan EM4. Kedua faktor tersebut dikombinasikan sehingga terdapat 8 kombinasi perlakuan. Rancangan analisis dari hasil pengamatan data pertumbuhan tanaman menggunakan pemodelan dengan analisis regresi.\ud Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan tinggi tanaman pada kombinasi pupuk mikroba agrisimba sekitar 5,88-6.07 cm setiap minggu, hal ini cenderung lebih rendah dibanding kombinasi pupuk mikroba EM4 dan pupuk organik sekitar 5.95-6.20 cm. Pada komponen produksi menunjukkan hasil yang lebih baik kombinasi antara pupuk mikroba EM4 dan pupuk kandang sapi menunjukkan hasil terbaik terhadap komponen produksi yakni jumlah polong per tanaman 31,41 polonng dan bobot biji per 100 biji 9,80 gr. Selanjutnya antara pupuk mikroba agrisimba dan pupuk organik sapi memperlihatkan hasil terbaik pada komponen pengamatan bobot biji per petak 175,28 kg serta mempunyai daya simpan air lebih tinggi 24,6% dibanding kombinasi perlakuan lainnya

    MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS BAWANG MERAH MELALUI PENGGUNAAN BIJI SEBAGAI BIBIT

    Get PDF
    Bawang merah salah satu komoditas sayuran penting yang banyak dibutuhkan masyarakat sebagai bumbu penyedap masakan. Kebutuhan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan beragamnya produk olahan. Ketersediaannya yang langka menimbulkan keresahan di tengah masyarakat dan mempengaruhi inflasi secara nasional. Sebagai komoditas penting maka pemerintah mencanangkan produksi nasional bawang merah sebesar 1.410.847 ton. Untuk mencapai produksi tersebut dibutuhkan benih sebanyak 155.556 ton umbi bibit dan biji bibit (True shallot seed) sebanyak 28.590. Selama ini, biaya usahatani bawang merah khususnya dari bibit dapat mencapai 60% dari total biaya produksi dengan mutu bibit yang kurang memenuhi syarat agronomi. Karena bibit diperoleh dari umbi yang diseleksi dari hasil panen umbi untuk konsumsi. Semestinya produksi untuk bibit berbeda cara pe-nanganannya dengan produksi untuk konsumsi. Perbanyakan tanaman bawang merah dengan umbi memiliki kekurangan di antraanya biayanya mahal karena dibutuhkan bibit dalam jumlah besar (1,0-1,5 ton/ha), mudah rusak dan umur simpannya singkat (kurang 3 bulan) serta mengalami masa dormansi. Sedangkan keuntungan menggunakan biji adalah biaya produksinya rendah karena dibutuhkan 5-6 kg/ha, hemat biaya transportasi bibit,  umur simpan lebih lama (2 tahun), ukuran umbi  lebih besar, dan produksinya lebih tinggi. Penggunaan biji untuk bibit bawang merah merupakan alternatif dalam membudidayakan bawang merah lebih murah dengan produktivitas yang tinggi.   Kata Kunci, Bawang merah, biji untuk bibit, dan umbi untuk bibit

    Application of Cultivation Technology for Rice (Oryza sativa L. ) in Three Sectors of Rain Patterns in South Sulawesi

    Get PDF
    This study aimed to determine the effect of each component of cultivation technology application on the production of rice (Oryza Sativa L.) in South Sulawesi. This research was carried out in three rain-type sectors within South Sulawesi Province, namely Maros for the West Sector, Bone for the East Sector, and North Luwu for the Transitional sector. A study was conducted from December 2019 to January 2020 in the form of a survey (study literature, observation, and interviews), with the selection of samples carried out purposively to 90 respondents. Data analysis employed multiple linear regression with SPSS software. The results showed that the average rice production in Maros, Bone and North Luwu regencies, South Sulawesi, was still relatively low, Maros Regency was 7,032 kg per ha, Bone was 5,020 kg per ha and North Luwu was 6,497 kg per ha. The multiple regression equation for rice production in Maros, Bone and North Luwu Regencies, South Sulawesi is Y = 3354,185 -17,751X1 – 4,044X2 +36,839X3 . Factors from the aspect of cultivation technology application can increase rice production. Variables of cropping system, irrigation system, and fertilizer dose had a significant effect on rice production, while the variables of varieties and harvest time did not have a significant effect on rice production

    PENYULUHAN TEKNIS PEMANGKASAN BENTUK DAN PEMANGKASAN PEMELIHARAAN TANAMAN KAKAO KLONAL DI KABUPATEN KOLAKA UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

    Get PDF
    North Kolaka is one of the largest cocoa producing districts in Southeast Sulawesi, however in the last 10 years, there has been a decline in the area and production of cocoa plants in North Kolaka. Cocoa is the main source of income for the people of North Kolaka, a source of regional income (PAD), and a provider of employment for the community. Currently, the government is temporarily revitalizing the people's cacao plants in an effort to restore the prestige of North Kolaka as a leading production center in Indonesia. Pruning is one aspect of cultivation that is important for good cocoa production. Pruning cocoa consists of pruning shapes, pruning maintenance and pruning production. So far, the community has not done shape pruning, especially for clonal cocoa from plant propagation using shoot grafting techniques. This is reflected in the condition of the plant growth system, especially in clonal plants. Community service activities are carried out by way of outreach and counseling about pruning and maintenance of cocoa farmer groups. The activity received a positive response from partner farmers who were very enthusiastic about participating in extension activities and hoped that the same activities would continue to be carried out not only in pruning, but all aspects of the election, especially in supporting the revitalization activities that were being carried out by the Government and the Community of North Kolaka.   Keywords: Cocoa, shape pruning, maintenance pruning, clonal tree.   ABSTRAK Kolaka Utara merupakan salah satu kabupaten penghasil kakao terbesar di Sulawesi Tenggara, akan tetapi dalam 10 tahun terakhir, terjadi penurunan areal dan produksi tanaman kakao di Kolaka Utara. Kakao merupakan sumber pendapatan utama masyarakat Kolaka Utara, sumber pendapatan asli daerah (PAD), dan penyedia lapangan kerja bagi masyarakat. Saat ini pemerintah sementara melakukan revitalisasi tanaman kakao rakyat dalam upaya pemerintah daerah mengembalikan pamor Kolaka Utara sebagai sentra produksi terkemuka di Indonesia. Salah satu aspek budidaya yang penting untuk mendapatkan produksi kakao yang baik adalah pemangkasan. Pemangkasan kakao terdiri dari pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan dan pemangkasan produksi. Selama ini masyarakat belum melakukan pemangkasan bentuk khususnya pada tanaman kakao klonal dari perbanyakan tanaman dengan teknik sambung pucuk. Hal ini tercermin dari kondisi sistem pertajukan tanaman khusunya pada tanaman klonal. Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan dengan jalan sosialisasi dan penyuluhan tentang pemangkasan bentuk dan pemeliharaan pada kelompok tani kakao. Kegiatan mendapat respon positif dari petani mitra yang sangat antusias mengikuti kegiatan penyuluhan dan mengharapkan kegiatan yang sama terus dilakukan tidak terbatas hanya pada pemangkasan, tetapi seluruh aspek pemiliharaan terutama dalam mendukung kegiatan revitalisasi yang sementara dilakukan oleh Pemerintah dan Masyarakat Kolaka Utara.   Kata kunci: Kakao, pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan, kakao klonal
    corecore