PENGARUH KINERJA GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA JURUSAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN DI SMK NEGERI 1 SEYEGAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kinerja guru terhadap motivasi belajar siswa. Artinya kalau guru yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran mempunyai kinerja yang bagus, akan mampu meningkatkan sikap dan motivasi belajar siswa yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pembelajaran, begitu juga sebaliknya, kinerja guru yang berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa adalah kinerja guru dalam kelas. Metode penelitian yang dilakukan adalah korelasional. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel (X) kinerja guru dan variabel (Y) motivasi belajar siswa. Teknik pengambilan sempel dalam penelitian ini menggunakan random sampling, sempel diambil secara acak, jumlah sempel yang diambil sebanyak 65 siswa. Uji validitas pertanyaan kinerja guru tidak terpakai 5 item, uji reabilitas menggunakan Cronbach α, uji normalitas menggunakan chi kuadrat, uji linieritas menggunakan uji F, uji hipotesis menggunakan korelasi tunggal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa aspek kinerja guru dalam kelas yaitu penguasaan media yang baik sesuai dengan tujuan pembelajaran cenderung cukup 72,13%, aspek pengelolaan pembelajaran cenderung baik 75,78%, aspek interaktif dan menjalin keakraban dengan peserta didik cenderung cukup 72,58%, aspek membentuk kebiasaan belajar yang baik cenderung cukup 68%54%. Dari hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh positif dan signifikan antara kinerja guru terhadap motivasi belajar siswa SMK Negeri 1 Seyegan Jurusan Teknik Gambar Bangunan dimana harga rs= 0,486, Sig= 0,035 < 0,05. Sumbangan relatif kinerja guru terhadap motivasi belajar siswa sebesar 23,66%

Carbon Sequestration in Agricultural Soils

Although it is common to alternate between till and no-till practices, past research has considered farmers’ tillage options to be limited to the dichotomous choice of whether or not to switch to a long-term no-till regime. This paper expands farmers’ options and models their choices of tillage frequency. Less frequent tilling sequesters more carbon but permits a greater accumulation of weeds, whereas more frequent tilling eliminates weeds but releases carbon (tillage emissions). The timing of tillage balances its marginal benefits and costs. Higher payments from industry or government for atmospheric greenhouse gas reductions will increase marginal cost and reduce tillage frequency. Other key parameters, such as higher rates of tillage emissions or reduced weed impact, also influence tillage frequency. However, for the discount rate and the natural decay rate of carbon, the net change depends on the magnitude of other parameters.Land Economics/Use, Resource /Energy Economics and Policy, carbon contract, no-till, offsets, soil carbon sequestration, tillage frequency,

Pelestarian Kesenian Gondang Brogong Sebagai Upaya Menumbuhkan Kecintaan Budaya Lokal di Pasir Pengaraian

This study discusses the form and spirit of preserving the art of Gondang Brogong in Lenggopan Village, Pasir Pangaraian. The aim is to find out the views of the people of Lenggopan Village on the preservation of Gondang Brogong art and the contribution of this perspective to the preservation of Gondang Brogong. Through qualitative research, with the basis of tracing the oral history of Gondang Brogong art and several concepts regarding the preservation of local culture, the research is directed to find out how to preserve Gondang Brogong art. The results of the study prove that Gondang Brogong in Lenggopan Village is still sustainable today, because its presence in traditional ceremonies cannot be replaced by other arts. For the people of Lenggopan if an event does not feature Gondang Brogong, then the event is considered not festive and sacred.Keywords: preservation; traditional art; Gondang Brogong; Pasir PangaraianAbstrakPenelitian ini membahas tentang bentuk dan semangat pelestarian kesenian Gondang Brogong di Desa Lenggopan, Pasir Pangaraian. Tujuannya untuk mengetahui pandangan masyarakat Desa Lenggopan terhadap pelestarian kesenian Gondang Brogong dan sumbangan cara pandang tersebut atas kelestarian Gondang Brogong. Melalui penelitian kualitatif, dengan landasan penelusuran atas sejarah lisan kesenian Gondang Brogong dan beberapa konsep tentang pelestarian budaya lokal, penelitian diarahkan untuk mengetahui cara pelestarian kesenian Gondang Brogong. Hasil penelitian membuktikan bahwa Gondang Brogong di Desa Lenggopan masih tetap lestari sampai sekarang, karena kehadirannya dalam upacara adat tidak dapat digantikan oleh kesenian lain. Bagi masyarakat Lenggopan jika sebuah perhelatan tidak menampilkan Gondang Brogong, maka perhelatan tersebut dianggap tidak meriah dan sakral.Kata Kunci: pelestarian; kesenian tradisional; Gondang Brogong; Pasir Pangaraia

Degrees of causality an assessment of endogenous contributors to instability in jordan, syria, & turkey

The political instability of the Middle East is often perceived to be derived primarily from the interaction of Middle Eastern nations with external forces; with significant emphasis placed upon the disruptive effects of modern colonialism and Westernization. While this study does not seek to directly contest the catalytic primacy of exogenous factors, it does seek to establish the necessary causality of pre-existing internal factors. Rather than approaching the situation from a linear causal perspective, this assessment is oriented around an interdisciplinary examination of confluent factors. By examining the political history, ethno sociology, and economy of the region, the analysis investigates the underlying variables which have contributed to the instability of the Jordan, Syria, and Turkey. The primary conclusion of this analysis is that the interactions of multiple endogenous variables provide a basis of necessary causality which may be of equal causal import to that of modern colonialism and Westernization

Essays on Socioeconomic Shocks and Policies in Agriculture

The three chapters of this doctoral dissertation estimate the responses of agricultural productivity, production value of agriculture, and crop supply to some external shocks and policies. Using unique panel datasets for Colombia and the United States, this research provides new insights regarding the responsiveness of agriculture to some socioeconomic effects and related market policies. Chapter 1 studies the impact of armed conflicts in rural areas on legal agricultural productivity in Colombia by using a production function that includes violence shocks such as the forced intra-national displacement of the rural population from 1995 to 2017. Chapter 2 investigates the effect of anti-drug strategies implemented under a joint US-Colombia policy on the value of agricultural production of Colombian regions with coca crops. Chapter 3 examines the impact of a policy in the ethanol market on the supply of biomass from corn production at the extensive and intensive margins. Advisors: Lilyan E. Fulginiti and Richard K. Perri

ANALISIS PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PENGUAT OPTIK ANTARA EDFA (Erbium Doped Fiber Amplifier) DAN ROA (Raman Optical Amplifier) PADA SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

ABSTRAKSI: Beberapa tahun ini telah dikembangkan suatu teknologi baru yang mampu menawarkan kecepatan data yang lebih besar sepanjang jarak yang lebih jauh dengan harga yang lebih rendah dari pada kawat tembaga. Teknologi baru ini adalah serat optik, serat optik menggunakan cahaya untuk mengirimkan informasi (data).Rugi-rugi saluran transmisi pada saluran komunikasi serat optik merupakan masalah yang harus dipecahkan karena dapat menurunkan level daya kirim sinyal. Hal ini akan menyebabkan jarak jangkau pentransmisian yang dikirim akan menurun. Pemasangan repeater atau amplifier pada saluran transmisi merupakan solusi untuk perbaikan level daya kirim sinyal. Beberapa contoh penguat optik yang sering digunakan adalah Erbium Doper Fiber Amplifier (EDFA) dan Raman Optical Amplifier (ROA).Pada tugas akhir ini membahas besarnya gain, daya ASE dan noise figure yang dihasilkan penguat optik berdasarkan parameter daya pompa, panjang gelombang, daya input, dan panjang serat penguat optik, serta berapa nilai PCE (Power Conversion Efficiency) penguat optik. Penguat EDFA lebih baik dibandingkan penguat Raman karena pada daya input 0.5 mW dan daya pompa 0.16 W, penguat EDFA akibat pengaruh ASE menghasilkan gain 31.39 dB lebih baik 21.38 dB dibandingkan penguat Raman.Kata Kunci : EDFA, Raman, Gain, ASE, noise figure, daya pompa, daya input, PCEABSTRACT: Recent years, a new technology are being developed which is able to provide high speed data transfer for longer haul and save more cost rather than coaxial wire. This new technology is called fiber optic which uses light in sending data.The transmission loss in fiber optic is one problem that needs to be solved because it can decrease power transmission level of a signal. It can reduce transmission haul. The installment of repeater or amplifier on the transmission line can be a solution in improving signal transmission power level. Several amplifiers that are usually used are Erbium Doper Fiber Amplifier (EDFA) and Raman Optical Amplifier (ROA).This final project discusses about gain, ASE power and noise figure from the amplifier based on pumping level parameter, wavelength, input level, the length and PCE (Power Conversion Efficiency) value of fiber amplifier optic. The result shows that EDFA amplifier is better than Raman. With 0.5 mW input power and 0.16W pumping power, also with ASE effect, EDFA produces 31.39 dB of gain which is 21.38 dB better than Raman.Keyword: EDFA, Raman, Gain, ASE, Noise Figure, Pump Power, Input Power, PC

PUSAT INFORMASI WISATA TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM

Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk reaksasi atau liburan dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan tentunya memerlukan informasi tentang tempat wisata yang akan mereka tuju. Maka dari itu mereka membutuhkan wadah informasi dimana mereka dapat mencari tahu dan melihat informasi berbagai lokasi wisata yang terdapat di suatu daerah. Tujuan dari perancangan ini adalah merancang bangunan pusat informasi wisata yang dapat membantu memberikan informasi lokasi wisata dan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan serta sektor ekonomi di daerah perancangan. Untuk mendukung keberadaan pusat informasi wisata yang berfungsi sebagai sarana informasi dan wadah, maka dibutuhkan lokasi yang mudah di jangkau wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Lokasi perancangan ini berada di Lanjak, kecamatan Batang Lupar, kabupaten Kapuas Hulu, tepatnya terletak di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum. Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu berkomitmen untuk menjadikan pariwisata sebagai salah satu andalan pembangunan, karena sektor ini memiliki peluang yang sangat menjanjikan kedepannya. Perancangan bangunan ini menggunakan konsep kearifan lokal yang dapat menggambarkan keistimewaan Kapuas Hulu, namun juga tidak meninggalkan unsur modern pada bangunan sebagai daya tarik wisatawan. Kata kunci: Pusat Informasi, Wisata Danau Sentaru

A multiscale approach to environment

Physical processes influencing the properties of galaxies can be traced by the dependence and evolution of galaxy properties on their environment. A detailed understanding of this dependence can only be gained through comparison of observations with models, with an appropriate quantification of the rich parameter space describing the environment of the galaxy. We present a new, multiscale parameterization of galaxy environment which retains an observationally motivated simplicity whilst utilizing the information present on different scales. We examine how the distribution of galaxy (u-r) colours in the Sloan Digital Sky Survey (SDSS), parameterized using a double gaussian (red plus blue peak) fit, depends upon multiscale density. This allows us to probe the detailed dependence of galaxy properties on environment in a way which is independent of the halo model. Nonetheless, cross-correlation with the group catalogue constructed by Yang et al, 2007 shows that galaxy properties trace environment on different scales in a way which mimics that expected within the halo model. This provides independent support for the existence of virialized haloes, and important additional clues to the role played by environment in the evolution of the galaxy population. This work is described in full by Wilman et al., 2010, MNRAS, acceptedComment: A brief summary of the work presented by Wilman et al., 2010, MNRAS, accepted; LaTeX, 4 pages, 2 figures. To appear in "Hunting for the Dark: The Hidden Side of Galaxy Formation", Malta, 19-23 Oct. 2009, eds. V.P. Debattista & C.C. Popescu, AIP Conference Serie