4 research outputs found

    Video Creation of Waste Handling Work Program By Batu City Environment Service

    No full text
    The waste problem in Batu City is a chore that must be addressed immediately. As many as 77 tons or about 0.35 kg/person/day of waste are recorded in this city. The Batu City Environmental Service (DLH) in collaboration with the Recycling Community or KUDU reduced waste in Batu City in a creative way. KUDU, which consists of 23 recycling entrepreneurs, utilizes waste to create products that have artistic value and selling value. The success of reducing waste in this way requires the support of all residents of Batu City. Therefore DLH Kota Batu has made a video of the work program for handling waste with the aim of involving the active role of residents in dealing with waste problems. This video is also intended to present a positive image of DLH Kota Batu and establish an ongoing partnership with KUDU members. The video narrative is compiled based on research data obtained through observation, literature study, and interviews. Videos are publicly displayed on social media so that video messages can reach all levels of Batu City residents

    Pengambilan Gambar Objektif dan Subjektif Serta Nilai Reka Visual Dalam Karya Seni Video Pencemaran Air “Bila Air Terusik”

    Get PDF
    Saat ini bumi dihadapkan pada persoalan pencemaran air yang serius dan terjadi secara merata di berbagai tempat. Jenis polutan yang paling banyak ditemui adalah produk-produk domestik, sementara material pencemar paling berbahaya karena mengandung zat kimia beracun berasal dari limbah industri. Air semakin tercemar karena pembuangan sampah ke lingkungan air berlangsung secara terus-menerus dan dalam jumlah melebihi kemampuan alam untuk menguraikan kembali. Berkaitan dengan persoalan pencemaran air ini, manusia bertindak sebagai pelaku yang sekaligus harus menanggung kerugian atas perbuatannya sendiri. Hal ini disebabkan karena air memiliki peran vital dalam setiap lini kehidupan dan keberadaannya tidak dapat digantikan oleh zat lain. Tidak ada satupun makhluk di bumi dapat bertahan hidup tanpa ketersediaan air dan peran ini dapat dipenuhi jika air dalam kondisi bersih atau tidak tercemar. Penulis merespon persoalan pencemaran air ini kedalam sebuah karya seni video dengan judul “Bila Air Terusik”. Karya ini secara garis besar menceritakan tentang perilaku manusia yang seringkali menggunakan lingkungan air sebagai tempat membuang sampah sehingga air yang semula bersih menjadi tercemar, kotor, tidak layak guna, serta berdampak buruk bagi manusia ataupun makhluk hidup lain, terutama biota air. Karya ini diproduksi dengan menggunakan teknik pengambilan gambar objektif dan subjektif. Pengambilan gambar objektif untuk menghasilkan adegan yang secara psikologi mampu menempatkan penonton seolah sebagai pengamat sehingga mempermudah penonton dalam memahami tampilan dan pesan yang terkandung pada sebuah adegan. Sementara itu, pengambilan gambar subjektif menghasilkan adegan yang secara psikolologi menempatkan penonton seolah menjadi bagian dari adegan sehingga penggunaannya mampu mempengaruhi sisi emosi penonton sesuai dengan maksud penciptaan. Pada akhirnya, reka visual atau tata visual karya ini diharapkan mampu melahirkan nilai positif bagi sebuah kesadaran tentang tingginya nilai guna air bersih untuk kehidupan serta terciptanya sikap untuk bersama-sama menjaga air agar dalam kondisi bersih

    Documentary Film Creation “Impact of Kanta River Water Pollution on Conditions Social Economic Citizens Around The Estuary of Drainage”

    No full text
    The Kanta River flows in Pujon District and Ngantang District. This river water is used for irrigation, livestock sanitation, and the main source of water for hydropower plants and tourist water sources of the Selorejo Reservoir. The high role of this river water is apparently not realized so that residents use the Sunga Kanta watershed as a place to dispose of garbage and sewage. The current water condition of the Kanta River is quite poor and the settlement around the Selorejo Reservoir as a drainage estuary is the most affected area. The author responds to this water pollution problem in a film with the title "The Impact of Canta River Water Pollution on the Socioeconomic Conditions of Residents Around the Drainage Estuary". The documentary genre is an option because according to the character of this film, which presents facts according to reality, it is actually considered capable of accommodating the message of the film. The film narrative is prepared based on research data that has been analyzed descriptively and obtained by three data collection methods which include observation, literature study, and interviews. Films are shown publicly so that the message of the film can be widely accepted by citizens. In the end, this documentary is expected to be able to give birth to awareness to jointly maintain the water ecosystem, especially rivers

    POROSIDING SEMINAR NASIONAL KECERDASAN DALAM MENGGALI BUDAYA NUSANTARA SEBAGAI SUMBER PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI

    No full text
    “Kecerdasan Dalam Menggali Budaya Nusantara Sebagai Sumber Penciptaan dan Pengkajian Seni” cukup menarik diangkat sebagai tema dalam seminar nasional yang diselenggarakan Program Pascasar- jana Institut Seni Indonesia Denpasar. Karenanya perlu diingat kembali kata “Budaya Nusantara” sangat identik dengan tradisi, dalam hal ini, kesenian tradisional nusantara adalah pondasi yang mendasari segala bentuk dan perkembangan kesenian yang selama ini membawa nama Indonesia ke ranah Global. Dengan demikian kesenian nusantara perlu dijaga dan dilestarikan keberadaannya agar tidak terseret oleh terpaan arus globalisasi yang akan mengkaburkan identitas budaya kita. Perkembangan kesenian di zaman ini penuh dengan pencarian, penggalian ide-ide yang mengede- pankan kreativitas dalam proses penciptaan dan pengkajian seni, sehingga melahirkan karya-karya spek- takuler yang bermutu tinggi. Di dalam ranah seni pertunjukan, para Etnomusikolog di masa ini berjuang mengangkat citra lokal ke ranah global dengan segala bentuk perkembangannya. Hal ini sangat berkaitan dengan topik seminar, yaitu keindahan budaya nusantara yang terbalut oleh nilai estetika tinggi mampu bersaing dalam dunia global. Dan kenyataannya budaya nusantara sudah mulai mengglobal. Di ranah visual art atau seni rupa dan desain dewasa ini terhembus wacana mengenai Global Art yang kembali mengambil dan meminjam ikon atau unsur tradisional yang kemudian di visualkan secara kreatif dengan ide-ide “gila”, sehingga disetiap karya-karya yang diciptakan bernuansa lokal dengan penggayaan baru yang mampu eksis di dalam ranah seni rupa dunia. Hal ini dalam konsep postmodern disebut dengan- pendekatan pasticheya itu mengangkat dan meminjam kembali bentuk-bentuk teks atau bahasa estetik tradisi yang kemudian dikonstruksi kembali dengan bahasa seni yang baru, kemudian menempatkannya kedalam konteks semangat masakini yang sering disebut dengan seni kontemporer tanpa meninggalkan dan merusak kesenian lokal
    corecore