39 research outputs found

    Mandibular and Teeth Osteomorphology in Common Palm Civet (Paradoxurus hermaphroditus)

    Get PDF
    Common palm civet has another name “musang luwak” and is included in the Viverridae family. A civet is a small mammal that lives at night (nocturnal) and likes to eat fruit (frugivorous). The population of this animal is spread across Indonesia, Sri Lanka, India, and some South East Asia countries. Osteological studies on civets have not been done much. This study aims to determine the anatomical structure of the mandible and teeth macroscopically. This study used 3 civet craniums with an average body weight of around 2 kg obtained from Yogyakarta and Lampung. The samples separated from the muscles and tissues to obtain the cranium, mandible, and teeth. The cleaned samples were then put in 5.25% Sodium Hypochlorite for 24 hours to make the measurement easier. The next process is rinsing with running water and drying. Morphological studies were carried out by examining the teeth of the civet and comparing them with carnivores in the literature. Morphological craniomandibular data were observed specifically for the existing formations. In the mandible, there is a characteristic formation at the angle of the mandible which is tapered and the teeth are pyramidal in shape with the carnassial part which is a pair of pointed upper and lower teeth used for cutting food. The last two molars have a more sloping shape because they are closely related to the function of crushing bones. The dental formula in civets was formulated by incisivus (3), caninus (1), premolars (4), and molars (2) with a total of about 40 permanent teeth. Keywords: Common Palm Civet, Craniomandibular; Gross anatomy; Osteo morphology, Teet

    Kajian Lokasi Potensial Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Sebagian Pulau Sumbawa menggunakan Weighted Linear Combination

    Get PDF
    Kebutuhan listrik dalam kehidupan manusia semakin tinggi, namun sumber energi utama (fosil) yang digunakan saat ini semakin menipis. Energi baru yang bersih dan efisien diperlukan untuk keberlangsungan kehidupan manusia di masa mendatang, nuklir hadir sebagai sumber energi terbarukan yang bersih dan efisien. Tujuan penelitian ini mencari lokasi potensial di sebagian Pulau Sumbawa yang dapat dibangun pembangkit listrik tenaga nuklir. Weighted Linear Combination (WLC) digunakan sebagai metode tumpangsusun dalam sistem infromasi geografi (SIG) dengan sepuluh parameter yaitu patahan geologi; pusat populasi; sumber air; kemiringan lereng; seismivitas; sensitivitas lingkungan; elevasi; jaringan listrik; jaringan transportasi; dan fasilitas berisiko. Hasil penelitian didapatkan sepuluh titik lokasi potensial yang berada di Pulau Tapan dan pesisir barat daya Gunung Tambora

    The Effect of Caffeine Treatment during Organogenesis Period on the Birth Weight of the Rat Fetuses (Rattus norvegicus)

    Get PDF
    The study was conducted to investigate the effects of caffeine treatment during organogenesis period to the fetal birth weight, using rat (Rattus norvegicus) as the animal model. Thirty-six primipararat obtained from Unit Pengembangan Hewan Percobaan, Gadjah Mada University (UPHP-GMU), 3 month old, 165-200 g body weight, were divided into 6 groups, consisted of 6 rats each. Six of the ratshave been selected based on the estrous cycles, and only rat with regular estrous were use for theexperiment. The rat then were mated, and during day 6-14 of the pregnancies were treated orally withcaffeine diluted in aquadest in dosage: placebo (1 cc aquadest) for group I (control), and 5.4, 10.8, 16.2,21.6, and 27 g/200 g body weight/day for treatment groups II-VI respectively. The pregnant rat bodyweights were determined at day 6 of pregnancies for calculating the caffeine treatment dosages. At day 20thof the pregnancies all of the pregnant rats were caesarotomized, and all of the fetuses were removed and weighed. The results showed that all of the treatment groups have significantly lower birth weightcompare to the groups control group. More over, fetal obtained from the treatment groups also showedserious subcutaneous hemorrhagic.Keywords: organogenesis, Rattus norvegicus, birth weigh

    Kandungan L-3, 4-dihydroxyphenylalanine Suatu Bahan Neuroprotektif pada Biji Koro Benguk (Mucuna pruriens) Segar, Rebus, dan Tempe (L-3,4-DIHYDROXYPHENYLALANINE CONTENT AS A NEUROPROTECTIVE MATERIAL ON FRESH, COOKED AND FERMENTED OF KORO BENGUK (MUCUNA PR

    Get PDF
    Indonesia is rich in flora potentially used for herbal medication. One of the potential herbal is koro benguk (Mucuna pruriens) beans, where in Central Java and Yogyakarta is proccessed into tempe (fermented mucuna beans) for daily human consumption. Koro benguk has high level of L-3,4-dihydroxyphenylalanine (L-DOPA) which has a potential neuroprotective effect on Parkinson’s disease. The aim of this study was to investigate the L-DOPA content in fresh beans, cooked and fermented of koro benguk beans. The investigation were done in fresh mucuna beans, white color (BR D) and black color (BR A) beans originated from Wonogiri, Central Java, and fresh, white color (KP C), cooked, and fermented beans collected from Kulon Progo, Yogyakarta. The samples were extracted using ethanol and n-propanol solutions and were analyzed using high-performance liquid chromatography (HPLC) technique. The results show that the highest L-DOPA level (8,56%) was found in fresh white koro benguk beans from Wonogiri extracted using ethanol. The lowest L-DOPA level (0,016%) was found in fermented beans that extracted using n-propanol. Extraction using ethanol yield a higher L-DOPA level as compared to that of using n-propanol. In brief, all of the samples starting from fresh bean, cooked, and fermented koro benguk beans contain L-DOPA, with highest L-DOPA level was found in the white fresh koro benguk beans, from Wonogiri, Central Java. The lowest ingredient L-DOPA level was found in the fermented beans from Kulon Progo, Yogyakarta. ABSTRAK Indonesia sangat kaya dengan keanekaragaman flora yang potensial untuk terapi herbal, salah satunya tanaman koro benguk (Mucuna pruriens) yang bijinya bisa diolah menjadi tempe sebagai konsumsi harian masyarakat di sekitar Yogyakarta dan Jawa Tengah. Biji koro benguk diketahui mengandung L-3,4-dihydroxyphenylalanine (L-DOPA) tinggi dan berpotensi menjadi agen neuroprotektor pada penyakit Parkinson. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kandungan L-DOPA mulai dari biji koro benguk segar, rebus, dan bahan olahannya yaitu tempe benguk. Uji dilakukan pada biji koro benguk mentah kulit berwarna putih (BR D) dan hitam (BR A) asal Wonogiri, Jawa Tengah, serta biji koro benguk mentah kulit berwarna putih (KP C), biji koro benguk yang sudah direbus dua kali, dan tempe benguk asal Kulon Progo, Yogyakarta. Sampel diekstraksi menggunakan pelarut etanol dan n-propanol, kemudian dianalisis dengan teknik high-performance liquid chromatography (HPLC) untuk melihat kadar kandungan L-DOPA-nya. Hasil penelitian menunjukkan, kadar L-DOPA tertinggi (8,56%) ditemukan pada biji koro benguk mentah dengan warna kulit putih asal Wonogiri yang diekstraksi menggunakan pelarut etanol, sedangkan kadar L-DOPA terendah (0,016%) ditemukan pada sediaan tempe yang diekstraksi dengan n-propanol asal Kulon Progo. Secara umum, ekstraksi menggunakan pelarut etanol memberikan hasil kadar L-DOPA yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelarut n-propanol. Semua ekstraksi sampel, mulai biji koro benguk segar, rebus sampai bentuk tempenya mengandung L-DOPA, dengan kadar tertinggi terdapat pada biji koro benguk segar berkulit putih asal Wonogiri, Jawa Tengah yang diekstraksi menggunakan etanol, sedangkan kadar terendah dijumpai pada tempe benguk dari Kulon Progo, Yogyakarta yang diekstraksi menggunakan n-propanol

    Pengaruh Komposisi Kompon Ban Dengan Batikan Miring/Panah Terhadap Koefisien Grip Ban Pada Lintasan Aspal Pada Kondisi Basah Dan Kering

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi kompon ban pada koefisien grip pada lintasan aspalyang berfungsi sebagai pengikat,merupakan material penting dalam kontruksi jalan oleh karena itu aspal dengan kualitas yang baik akan menghasilkan kinerja yang baik juga. Komposisi kompon terdiri dari campuran karet mentah dengan bahan-bahan kimia yang belum divulkanisasi. Karet yang digunakan adalah karet alam RSS dan karet sintetis SBR, sedangkan bahan kimia yang digunakan adalah bahan pelunak, filler (bahan pengisi), anti oksidan, akselerator dan bahan kimia lainnya.Nilai kekerasan dari barang jadi karet dapat ditetapkan pada suatu nilai atau diubah dengan melakukan modifikasi pada bahan elastomer,bahan pengisi,proses oil, dan accelerator yang digunakan dalam proses pembuatan kompon. Pencampuran karet dengan bahan kimia dilakukan dengan menggunakan alat two roll mixing dengan suhu ±550C. Proses pencampuran dimulai dari mencampur karet alam dan sintesis hingga menyatu dan lunak, kemudian mencampur bahan kimia hingga menyatu ± 20 menit dan selanjutnyan kompon dirheometer untuk mengetahui tingkat kematangan pada waktu vilkanisasi. Proses selanjutnya vulkanisasi dengan menggunakan part mold yang dipres dengan suhu 1500C selama 17 menit. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, komposisi kompon sangat berpengaruh terhadap koefisien grip ban. Penambahan carbon black dan sulfur pada spesimen kompon sangat berpengaruh terhadap koefisien grip ban. Pada kompon variasi 1 dengan komposisi 30% carbon black dan 2% sulfur dari jumlah seluruh komposisi kompon, menghasilkan harga koefisien grip sebesar 0,776 kondisi lintasan kering dan 0,736 pada kondisi lintasan basah. Selain itu, penambahan carbon black dan sulfur juga berpengaruh pada kekerasan. Pada pengujian shore A terbesar pada kompon variasi 3 sebesar 71,17 dengan komposisi 33% carbon black dan 2,2 % sulfur

    KAJIAN DIVERSITI GENETIKA Tarsius sp. ASAL INDONESIA MENURUT URUTAN GEN NADH DEHIDROGENASE SUBUNIT 4 (ND4)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan mengkaji keragaman genetik gen penyandi ND4 pada Tarsius bancanus, T. b. borneanus, T. dianae dan T. spectrum dan untuk penegakan taksonominya. Deoxyribonucleic acid (DNA) diisolasi dari biopsi jaringan masing-masing spesies Tarsius dengan cara diekstraksi untuk digunakan sebagai DNA cetakan dalam proses amplifikasi dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Primer yang digunakan dalam penelitian ini didesain untuk mengamplifikasi gen ND4 dan dilanjutkan dengan elektroforesis. Produk PCR hasil amplifikasi yang telah dimurnikan, selanjutnya dipergunakan sebagai DNA cetakan untuk reaksi penentuan runutan nukleotida. Runutan nukleotida gen ND4 hasil pengurutan dilakukan penjajaran berganda dengan primata lain yang diambil dari Genbank menggunakan Clustal W. Selain berdasarkan runutan nukleotida, gen ND4 dianalisis berdasarkan runutan asam amino dari basa-basa yang diterjemahkan mengikuti vertebrate mitochondrial translation code yang ada pada program MEGA versi 4.1. Konstruksi pohon filogenetika menggunakan metode neighbor joining. Hasil penelitian menunjukkan dari 1378 nukleotida ditemukan 119 situs yang bersifat beragam. Jarak genetika berdasarkan nukleotida gen ND4 yang dihitung menggunakan model dua parameter Kimura, terdapat nilai paling kecil 0,6%, nilai terbesar 13%, dan nilai rata-rata sebesar 6,1%. Filogram berdasarkan hasil runutan nukleotida gen ND4 yang menggunakan metode neighbor joining, dapat mengidentifikasi dan membedakan percabangan antar spesies Tarsius

    PENGARUH PEMBERIANKAFEIN PADA MASA ORGANOGENESIS TERHADAP BERAT LAHIR FETUS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

    No full text
    Penelitian ini bertujuan mendapatkan :informasi efek pemberian kafem pada masa organogenesis terhadap bet&quo
    corecore