Peningkatan Career Decison Making Self Efficacy (CDMSE) Melalui Pelatihan Perencanaan Karir pada Siswa SMK

Salah satu tugas perkembangan remaja pada jenjang pendidikan menengah atas adalah menentukan pilihan karir masa depannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan perencanaan karir terhadap peningkatan career decision making self efficacy (CDMSE) pada siswa SMK. Peneliti menggunakan metode kuasi-eksperimen  yang melibatkan subjek penelitian sebanyak  36  siswa Negeri 1 Bantul  jurusan administrasi perkantoran.  Subjek dikelompokkan menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengumpulan data menggunakan skala CDMSE dan dianalisis menggunakan teknik analisis Anova Mixed Design dengan bantuan spss 2.3 for windows.  Hasil analisis menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir antara kelompok eksperimen dan kontrol. Peningkatan CDMSE terjadi pada kelompok eskperimen dan tidak perubahan pada kelompok kontrol. Hasil analisis juga menujukkan bahwa rerata post test pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan pre test. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan perencanaan karir cukup efektif meningkatkan CDMSE pada siswa SMK

HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL INTERNAL DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA SMK N 1 BANTUL

AbstractThis study aims to determine the relation between internal locus of control and career maturity of students in vocational high school (SMK) Negri 1 Bantul. The research involved 150 eleventh-grade students of five classes in SMK Negri 1 Bantul as samples that were chosen using cluster random sampling. Data was collected using career maturity scale and internal locus of control scale and Pearson Product Moment correlation technique with SPSS 16.0 for Windows was used to analyze the data. The results showed that the coefficient correlation between those two variables reach at r = 0.161 and p = 0.049 (p <0.05= significant). It can be concluded that there is a significant positive relationship between internal-locus of control and students’s career maturity. The higher students’ internal locus of control, the higher students’ career maturity and vice versa. Keywords: career maturity, career-planning, internal locus of control

Loneliness and psychological well-being among adolescents K-Pop fans

Psychological well-being is important for adolescent, especially on their mental health. This study aimed to examine the relationship between loneliness and psychological well-being in adolescent K-pop fans. The population in this study were adolescents aged 13-18 years who were K-pop fans, with a research sample obtained from quota sampling with a total of 100 people. This research applied the quantitative method, while the data collection tools included the psychological well-being and loneliness scales. The data are then analyzed using the product moment technique. The study results show a significant negative relationship between loneliness and psychological well-being among adolescent K-pop fans. The level of psychological well-being and loneliness adolescent K-pop fans are in the moderate category. Based on the study results, the lower the level of loneliness among adolescents, the higher the psychological well-being will be and vice versa. The higher the level of loneliness, the lower the psychological well-being

File Konferensi nasional ke 9 AP3TMA 2019

Keberhasilan perguruan tinggi dalam mencapai tujuan tidak terlepas dari keberhasilan unit–unit kerja yang ada. Salah satu unit dalam organisasi perguruan tinggi yang memiliki peran penting untuk pencapaian peran perguruan tinggi adalah program studi. Dalam konteks organisasi pendidikan, keberhasilan program studi sebagai sebuah organisasi dapat ditunjukkan dalam beberapa indikator pencapaian akademik. Di sisi lain, program studi juga menghadapi berbagai masalah internal organisasi maupun tantangan dari luar yang dapat menghambat efektivitas kinerjanya. Penelitian ini bertujuan untuk mendiagnosis salah satu program studi di lingkungan Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan. Data dikumpulkan dengan kuesioner, wawancara dan Focused Group Discussion untuk mengungkap permasalahan organisasi berdasarkan aspek-aspek dalam model diagnosis organisasi six-box, yaitu tujuan, struktur, hubungan, sistem penghargaan, kepemimpinan, dan mekanisme pendukung. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis isi. Hasil diagnosis menunjukkan semua aspek diagnosis berjalan dengan baik, namun dalam implementasinya belum seluruhnya optimal. Aspek sistem penghargaan diketahui menjadi aspek yang paling optimal, sedangkan aspek tujuan, struktur, hubungan, kepemimpinan dan mekanisme pendukung masih perlu penataan ulang agar saling mendukung menciptakan sistem organisasi dan sehat dan efektif