7 research outputs found

    Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Think Talk Write Ditinjau dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa

    Get PDF
    This quasi-experimental research aim­ed to find out the effectiveness of TTW learning on student’s mathematical conceptual understanding. The population in this research was all students of 7th grade at SMPN 10 Bandarlampung in academic year 2018/2019, which consist of 351 students that distributed into eleven classes. The sample in this research were the students of VII D which consist of 32 students and VII E which consist of 32 students who were selected based on cluster random sampling technique. This research used the randomized pretest-posttest control group design. The research data were obtained by the essay test of mathematical conceptual understanding on topic of comparison. t-test and proportion test was used to analyze the data with . Based on the results of the research and discussion, it was concluded that cooperative learning type TTW was not effective in terms of student’s mathematical conceptual understanding.Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif tipe TTW ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 10 Bandarlampung tahun pelajaran 2018/2019 yang terdiri dari 351 siswa dan terdistribusi dalam 11 kelas.  Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII D sebanyak 32 siswa dan VII E sebanyak 32 siswa yang terpilih berdasarkan teknik cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan the randomized pretest-posttest control group design. Data penelitian diperoleh dari tes pemahaman konsep matematis berbentuk uraian pada materi perbandingan. Analisis data penelitian menggunakan uji-t dan uji proporsi dengan . Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TTW tidak efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa. Kata kunci: efektivitas, pemahaman konsep matematis, think talk writ

    REVITALISASI KEMAMPUAN MEMBACA BAGI GURU BAHASA PRANCIS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

    Get PDF
    Abstrak: Guru bahasa Prancis di Sekolah Menengah Kejuruan merupakan ujung tombak dalam memperkenalkan bahasa Prancis kepada siswa Sekolah Menengah Atas. Melalui merekalah, para siswa mengenal bahasa Prancis. Oleh karena itu, guru bahasa Prancis sebagai sumber belajar siswa seyogyanya memiliki sertifikat kompetensi bahasa Prancis tingkat DELF B2. Salah satu kemampuan kebahasaan yang diujikan adalah kemampuan membaca. Agar guru-guru yang mengikuti ujian DELF B2 memiliki strategi dalam mengerjakan ujian, diperlukan pelatihan. Pelatihan yang dilakukan untuk guru-guru tersebut berupa latihan mengerjakan soal-soal kemampuan Membaca pada ujian DELF dengan menggunakan metode interaktif. Pelatihan berlangsung selama 4 kali pertemuan à 5 jam. Evaluasi diberikan sebanyak dua kali. Evaluasi kedua menghasilkan 2 peserta memperoleh nilai A, 6 peserta memperoleh nilai B dan 6 peserta bernilai C. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kemampuan memahami teks mereka meningkat setelah diberikan pelatihan.Abstract:  French teachers in vocational schools are the spearhead in introducing French to high school students. Through them, students learn French. Therefore, French teachers as a source of student learning should have a certificate of French competence at the DELF B2 level. One of the language skills tested is reading comprehension. For teachers who take the DELF B2 exam to have a strategy for taking the exam, training is needed. Training conducted for these teachers is in the form of exercises to work on reading questions on the DELF exam using interactive methods. The training lasts for 4 meetings à 5 hours. Evaluation is given twice. The second evaluation resulted in 2 participants getting an A, 6 participants getting a B and 6 participants having a C. The calculation results showed that the ability to understand the texts improved after being given training

    Pelatihan Activité Ludique untuk Guru Bahasa Prancis SMA Di DKI Jakarta

    Get PDF
    The Law of the Republic of Indonesia No. 14 of 2005 concerning Teachers and Lecturers states that one of the duties of teachers and lecturers as professional education personnel is to plan, carry out a quality learning process, assess and evaluate learning outcomes. The expected learning outcomes are able to deliver students to have communication skills, collaboration skills, critical thinking skills and problem solving skills, creativity and innovation skills. . In response to this, teachers and lecturers must improve and develop academic qualifications and competencies on an ongoing basis according to the times. To realize this, teachers and lecturers can take part in training. The P2M team of UNJ's French Language Education Study Program has organized Activités Ludiques (language games) training, namely training to teach French through innovative language games, which can deliver students to communicate, think critically, innovatively, creatively in accordance with the demands of this century. The training lasted for 20 hours, the participants consisted of French teachers at SMK and SMA in Jakarta. During the training they received material in the form of various language game platforms namely Kahoot, Quizizz, Learning Apps, Quizlet, Educative Logiciel, Jeu de l'oie, Qu'est-ce qu'il manque. With this training, the P2M Team of the French Language Education Study Program, UNJ hopes that the training participants, consisting of French vocational high school and high school teachers in Jakarta, can improve their competence and professionalism.Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan salah satu tugas guru dan dosen sebagai tenaga kependidikan professional adalah merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran yang diharapkan adalah dapat menghantarkan siswa mempunyai kecakapan berkomunikasi (communication skill), kecakapan bekerja sama (collaboration skill), kecakapan berpikir kritis dan dapat mengatasi masalah (critical thinking and problem solving skill), kecakapan berkreasi dan berinovasi (creativity and innovation skill). Menyikapi hal tersebut guru dan dosen harus meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sesuai dengan zaman. Untuk merealisasikan hal tersebut guru dan dosen dapat mengikuti pelatihan. Tim P2M Prodi Pendidikan Bahasa Prancis UNJ telah menyelenggarakan pelatihan Activités Ludiques (permainan bahasa) yakni pelatihan mengajar Bahasa Prancis melalui permainan Bahasa yang inovatif, yang dapat menghantarkan siswa dapat berkomunikasi, berpikir kritis, inovatif, kreatif sesuai dengan tuntutan zaman abad ini. Pelatihan berlangsung selama 20 jam, peserta terdiri dari guru-guru bahasa Prancis SMK dan SMA di Jakarta. Selama pelatihan mereka memperoleh materi berupa berbagai platform permainan Bahasa yakni Kahoot, Quizizz, Learning Apps, Quizlet, Logiciel Educatif, Jeu de l’oie, Qu’est-ce qu’il manque. Dengan pelatihan tersebut, Tim P2M Prodi Pendidikan Bahasa Prancis, UNJ mengharapkan para peserta pelatihan yang terdiri dari guru-guru Bahasa Prancis SMK dan SMA di Jakarta dapat meningkatkan kompetensi dan profesionalisme mereka

    Revitalisasi Kemampuan Membaca Bagi Guru Bahasa Prancis Sekolah Menengah Kejuruan

    Full text link
    Guru bahasa Prancis di Sekolah Menengah Kejuruan merupakan ujung tombak dalam memperkenalkan bahasa Prancis kepada siswa Sekolah Menengah Atas. Melalui merekalah, para siswa mengenal bahasa Prancis. Oleh karena itu, guru bahasa Prancis sebagai sumber belajar siswa seyogyanya memiliki sertifikat kompetensi bahasa Prancis tingkat DELF B2. Salah satu kemampuan kebahasaan yang diujikan adalah kemampuan membaca. Agar guru-guru yang mengikuti ujian DELF B2 memiliki strategi dalam mengerjakan ujian, diperlukan pelatihan. Pelatihan yang dilakukan untuk guru-guru tersebut berupa latihan mengerjakan soal-soal kemampuan Membaca pada ujian DELF dengan menggunakan metode interaktif. Pelatihan berlangsung selama 4 kali pertemuan Ă  5 jam. Evaluasi diberikan sebanyak dua kali. Evaluasi kedua menghasilkan 2 peserta memperoleh nilai A, 6 peserta memperoleh nilai B dan 6 peserta bernilai C. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kemampuan memahami teks mereka meningkat setelah diberikan pelatihan
    corecore