41 research outputs found

    Pemikiran Jesse H Shera Dan Perkembangan Pendidikan Ilmu Perpustakaan Di Indonesia

    Full text link
    In the library world, name Jesse Hauk Shera is very famous. She has written many books related to library. Shera is a founder who makes library science to be science. This Shera's thinking then clarifies the sience as the foundations for library science in the world. Shera explaines in her book “ The Foundations of Education for Librarianship”,. Philosophically, the development of library science in Indonesia or substantial library science in the early 1990s, marked by the opening magister program in library science in Universiy of Indonesia. The development of library science in Indonesia lead by Sulistyo-Basuki and Putu Laksman Pendit where both famouf figures bring the concept of library science is seen from phylosophy aspect

    Persepsi Petani terhadap Pengembangan System Of Rice Intensification (Sri) di Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang

    Full text link
    :This study aims to examine the factors forming the perception of farmers towards the development of SRI, examines the perception of farmers towards the development of SRI and examine the relationship between the factors forming the perception and perception of farmers towards the development of SRI. The basic method of research is descriptive method. Location studies in the District Moga Pemalang for SRI development program being pursued by the Agricultural Extension Agency since 2012. The data used are primary and secondary data. Analysis of the data used are the width of the interval, Spearman rank correlation test and t test. Factors forming the perception in the study were age, formal education, non-formal education, experience farming, land use, mass media and social environment. The results showed the perception of farmers are in either category in terms of its goals and is good enough on aspects of implementation and benefits. Based on the analysis Rank Spearman and t test, there is a significant correlation between non-formal education to the perception of farmers towards the development of SRI. There is a significant relationship between social environment with the perception of farmers towards the development of SRI. There is no significant relationship between age, formal education, experience farming, land use, and keterpaan mass media with the perception of farmers towards the development of SRI

    Studi Awal Proses Fermentasi pada Desain Pabrik Bioethanol dari Molasses

    Full text link
    Tebu sebagai bahan baku industri gula juga memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Molasses adalah hasil samping yang berasal dari pembuatan gula tebu (Saccharum officinarum). Molasses yang telah diproses menjadi etanol akan memiliki nilai jual ekspor yang tinggi yaitu sekitar US$ 866,07 per ton. Diperkirakan pada tahun 2020 kebutuhan dalam negeri terhadap etanol sebesar 248.983,9 kg etanol per tahun. Dari total kebutuhan yang telah disebutkan sebelumnya maka pabrik bioethanol dengan bahan baku molasses dapat memenuhi permintaan dalam negeri dan luar negeri untuk menambah devisa. Pabrik bioethanol ini berkapasitas 8500 kg/jam molasses masuk dan beroperasi selama 24 jam per hari dengan hari kerja 330 hari per tahun. Terdapat tiga tahapan utama dalam pembuatan bioethanol dari molasses, yaitu tahap persiapan bahan baku yang bertujuan untuk menyiapkan bahan baku yang akan digunakan dalam proses, terdiri dari proses pengenceran. Kemudian tahap fermentasi yang merupakan tahap penting dalam produksi etanol yakni menggunakan fermentasi bakteri yang telah dipersiapkan dari tangki propagasi dalam proses ini akan dihasilkan etanol dengan kadar 6-10%. Dan yang terakhir adalah tahap pemurnian yang merupakan pemurnian dari hasil fermentasi terdiri dari proses penyaringan, distilasi dan adsorpsi. Fungsi tahap ini untuk memurnikan hasil fermentasi sehingga menjadi etanol dengan kadar 99,5% Pabrik ini membutuhkan investasi sebesar Rp. 368.226.944.4301,00 dengan Internal Rate of Return sebesar 21,02%, Pay Out Time selama 3,46 tahun dan BEP sebesar 30,61 %

    Pra-Desain Pabrik Fraksinasi Lignoselulosa dengan Metode Steam Explosion

    Get PDF
    Lignoselulosa merupakan bahan organik alami yang paling banyak terdapat di bumi namun selama ini hanya fraksi selulosa yang dimanfaatkan secara komersial. Hal ini tentu menjadi tantangan sekaligus kesempatan baik bagi industri sabut kelapa di Indonesia untuk melakukan diversifikasi produk samping selain mengekspor produk mentahnya saja, namun juga berpotensi menghasilkan produk intermediate yang lebih bernilai ekonomi secara komersial melalui teknologi biorefinery. Tingginya kandungan lignoselulosa dalam sabut kelapa menunjukkan adanya potensi lain yang lebih efektif dan efisien apabila dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan lignoselulosa yang terkandung dalam sabut kelapa untuk menjadikannya sebagai high value-added products. Struktur kokoh dalam lignoselulosa yang secara alami melindungi partikel serat dari gangguan lingkungan, termasuk dapat menahan beban mekanis yang tinggi bahkan resisten terhadap degradasi kimia maupun enzimatis oleh mikroorganisme membuat pengembangan teknologi biorefinery menghadapi banyak tantangan. Karena itu disusunlah studi pra-desain pabrik fraksinasi lignoselulosa dari sabut kelapa dengan metode steam explosion yang dikombinasikan dengan alkali-acid delignification process. Proses ini mempermudah tahap isolasi komponen-komponen penyusun lignoselulosa (selulosa, hemiselulosa dan lignin) sehingga memungkinkan untuk dapat dimurnikan sebagai high value-added products dari turunan komoditas kelapa. Setelah preliminary techno-economic analysis dilakukan, diperkirakan kebutuhan investasi untuk membangun pabrik dengan kapasitas olah 33.000ton sabut kelapa/tahun adalah Rp 1,01 triliun dengan Laju Pengembalian Modal (IRR) sebesar 19%. Dengan potensi penerimaan hasil penjualan Rp 600-700 miliar/tahun, diperkirakan Durasi Pengembalian Modal (POT) dapat dicapai selama 8-9 tahun pada Break Even Point di angka 40%. Rancangan ini memerlukan waktu konstruksi lancar 3-5 tahun dengan umur rencana pabrik selama 20 tahun

    Sistem Informasi Geografis Penyebaran Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia di Kabupaten Sleman Berbasis Web

    Full text link
    Persaingan dunia kerja yang semakin ketat membutuhkan tersedianya sumber daya manusia yang benar-benar berkualitas, yang memiliki daya inovasi, kreativitas, dan komunikasi yang baik, sehingga mampu bersaing dengan sumber daya manusia dari berbagai negara. Di Indonesia, seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka SDM yang berkualitas akan sangat membantu dalam pembangunan suatu daerah. Untuk membantu pemerintah dalam mengetahui dimana saja bisa didapatkan SDM yang sesuai dengan kebutuhan pemerintah, maka perlu dibuat adanya suatu peta persebaran penduduk. Berdasarkan permasalahan diatas, maka dirasa penting untuk dirancang dan dibangun suatu “Sistem Informasi Georafis Penyebaran Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia”.Sistem ini dirancang dengan metode waterfall, dimana hasil outputnya berupa program SIG berbasis web dengan peta kartografi yang dapat menunjukkan prsebaran penduduk. Software pengembang SIG ini adalah ESRI shape file dari ArcView GIS 3.3. Selain itu juga digunakan Map Server 4.4 sebagai software yang men-generate peta secara dinamis agar dapat di-laod dalam halaman internet. Untuk input data set GIS digunakan ESRI Shape file dari Arc View GIS, sedangkan untuk pengelolaan basis data spasial dilakukan sepenuhnya di Arc View GIS.Sistem ini akan memudahkan instansi terkait untuk mengetahui potensi penduduk (usia produktif atau non-produktif) dari suatu daerah, juga menyediakan informasi bagi para pegambil kebijakan tingkat Propinsi dan Kabupaten untuk menghasilkan perencanaan yang lebih baik dalam pemanfaatan potensi suatui daerah dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah yaitu dengan memperhatikan faktor-faktor seperti iklim, kesuburan tanah, tata air, keadaan ekonomi serta kultur penduduk (mata pecahaiannya)

    Particle dynamics simulation of nanoparticle formation in a flame reactor using a polydispersed submicron-sized solid precursor

    Get PDF
    Formation of nanoparticles from polydispersed, non-spherical submicron-sized particles via a gas-phase route in a flame reactor was investigated using tungsten oxide particles as a model material. Nanoparticles were formed by the evaporation of non-spherical powder, followed by nucleation, coagulation and surface condensation. The effects of both the flame temperature profile and the carrier gas flow rate on particles formation were studied numerically, and the results were validated by experimental data. The simulation was initiated by the use of computational fluid dynamics (CFD) to obtain the temperature distribution in the flame reactor. Then, evaporation of the feed material was modeled, taking into account both the polydispersity and the shape of the non-spherical particles. A nodal method was selected to solve the general dynamics equation (GDE), which included nucleation, coagulation, and surface condensation terms, for the prediction of particle dynamics. Results of the simulation were consistent with the experimental data, indicating that the selected model adequately predicts the final particle size distribution. Keywords Tungsten oxide; Evaporation; A gas-phase route; Non-spherical particle

    Simulasi Numerik Deposisi Aerosol Partikel Pada Porous Struktur Berbasis Computational Fluid Dynamic (Cfd)

    Full text link
    Deposisi partikel didalam porous struktur substrate telah dikembangkan aplikasinya sebagai fotokatalitik, membran filter, dan template untuk material pendukung dalam bidang energi dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimum pada deposisi aerosol partikel pada substrat yang mempunyai struktur berpori berdasarkan simulasi numerik dengan software Computational Fluid Dynamics (CFD). Metode simulasi berbasis CFD digunakan sebagai alternatif untuk mereduksi beberapa variabel kondisi yang sulit dikontrol. Permodelan dengan menggunakan CFD ini meliputi tiga tahapan proses, yaitu pre-processing, processing, dan post-processing. Dimensi yang akan digunakan pada CFD ini adalah dengan permodelan 2 dimensi, dimana wall memiliki panjang 10 cm dan lebar 2,5 cm. Analisa yang dilakukan meliputi pola gerakan partikel, kecepatan gerakan partikel, dan jumlah partikel pada porous struktur. Variabel yang ditetapkan pada permodelan ini adalah jarak partikel dengan substrat dan diameter pori dari substrat. Sedangkan ukuran partikel dan kecepatan fluida divariasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola alir dan pergerakan partikel sangat ditentukan oleh kecepatan fluida. Selain itu, semakin kecil partikel yang digunakan maka semakin optimum deposisi yang terjadi, dimana deposisi optimum akan tercapai jika partikel tersebut mempunyai ukuran hingga 36 % dari ukuran pore nya. Deposisi yang optimum juga terjadi jika aliran fluidanya dalam kondisi laminar dan transisi

    The Effect of Various Acids to the Gelation Process to the Silica Gel Characteristic Using Organic Silica

    Get PDF
    Bagasse ash is solid waste of cane sugar industry which contain of silica more than 51%. Some previous study of silica gel from bagasse ash have been conducted often and been applied. This study concerns about the effect of various acid used in the process of gelation to the characteristic of silica gel produced. Then, this silica gel will be used as adsorbent. As that, the silica gel must fulfill the requirements of adsorbent, as have good pores characteristics, fit in mesoporous size so that adsorbent diffusion process is not disturbed. A fitted pores size of silica gel can be prepared by managing acid concentration used. The effect of acid, organic acid (tartaric acid) and inorganic acid (hydrochloric acid), is investigated in detail. The acid is added into sodium silicate solution in that the gel is formed, the pores structures can be investigated with BET, the crystal form is analyzed with XRD and the pore structure is analyzed visually with SEM. By managing the acid concentration added, it gets the effect of acid to the pore structure of silica gel. The bigger concentration is, the bigger the pore’s size of silica gel produced
    corecore