33 research outputs found

    KEMAMPUAN BERKOMPETISI KEDELAI (Glycine max) KACANG TANAH (Arachis hypogaea) dan KACANG HIJAU (Vigna radiata) terhadap TEKI (Cyperus rotundus)

    Get PDF
    Percobaan dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian UniversitasPadjadjaran,Jatinangor,dari bulan April sampai bulan Juni 1996. Tujuan penelitian daripercobaan ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan berkompetisi diantaratanaman-tanaman kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau terhadap gulma teki.Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok yang terdiri atas 12perlakuan kompetisi tanaman dengan gulma tekidan 3 ulangan. Hasil percobaanmenunjukkan bahwa didasarkan atas nilai indeks kompetisinya, kacang tanahmempunyai kemampuan kompetisi tertinggi terhadap gulma teki, kedua tertinggi adalahkedelai, dan yang terrendah adalah kacang hijau. Penurunan hasil tertinggi (40,95%)yang ditunjukkan oleh kacang hijau diperoleh oleh perlakuan kacang hijau + 9 umbiteki, sedangkan penurunan hasil terrendah (8,33%) yang ditunjukkan oleh kacangtanah diperoleh oleh perlakuan kacang tanah +3 umbi teki.Kata kunci : Kemampuan kompetisi, indeks kompetisi, nilai kompetisi, kedelai, kacang tanah, kacang hijau,tek

    Efektivitas Herbisida Pirazosulfuron Etil terhadap Gulma serta Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.)

    Get PDF
    Gulma merupakan salah satu kendala utama dalam produksi padi sawah. Gulma menurunkan kualitas dan kuantitas hasil tanaman padi sawah sehingga gulma harus dikendalikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas herbisida berbahan aktif etil pirazosulfuron 20% untuk mengendalikan gulma padi sawah. Percobaan dilaksanakan di SPLPP Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Ciparay, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada bulan November 2018 sampai Maret 2019. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok satu faktor dengan tujuh perlakuan dan empat ulangan. Percobaan terdiri atas lima perlakuan herbisida berbahan aktif etil pirazosulfuron 20% dengsan dosis 60; 80; 100; dan 120 g ha-1 , pembanding berupa herbisida formulasi lama dengan bahan aktif yang sama (80 g ha-1 ), pengendalian gulma manual dan tanpa pengendalian gulma. Hasil menunjukkan aplikasi herbisida berbahan aktif etil pirazosulfuron 20% dengan dosis 80 g ha-1 mampu menekan pertumbuhan gulmagulma Ludwigia octovalis, Marsilea crenata, Monochoria vaginali, Sphenoclea zeylanica, gulma teki Cyperus iria, gulma spesies lain dan gulma total, serta tidak menimbulkan fitotoksisitas terhadap tanaman padi

    Burn-down Effect and Chlorosis of Transgenic and Conventional Corn Varieties Caused by Glyphosate Potassium 660 G L-1 at Different Times of Application

    Full text link
    The purpose of this experiment was to quantify the burn-down effect and chlorosis due to different times of herbicide glyphosate potassium 660 g l-1 application. The experiment was performed at Agriculture Faculty Research Station of Padjadjaran University, West Java Indonesia, from December 2015 to April 2016. The experiment was arranged in randomized block design with twenty treatments and each treatment was replicated two times. The treatments were application of herbicide glyphosate potassium 660 g l-1 at the dose of 2 L ha-1 on five transgenic corn varieties (C7 RR, 979 RR, 77 RR, 85 RR, and 95 RR) and five conventional corn varieties (C7, 979, 77, 85, and 95) at 15-day after planting and 20-day after planting. The result of this experiment shows that glyphosate potassium 660 g l-1 was effective to control weed in both transgenic and conventional corn varieties. The variety of transgenic corn exhibited smaller percentage of chlorosis (0-20%) and no burn-down effect following applications of glyphosate potassium 660 g l-1. On the other hand, chlorosis and burn-down effect were found in all conventional corn varieties. The yield of transgenic corn varieties was higher than the conventional corn varieties

    TEKNIK APLIKASI HERBISIDA DAN CARA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK YANG BAIK DAN BENAR UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN

    Get PDF
    Kehadiran gulma pada pertanaman jagung merupakan salah satu kendala yang dapat mengurangi hasil panen, hal tersebut akibat adanya persaingan dalam pengambilan unsure hara, cahaya, ruang tumbuh, dan air.   Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu secara mekanis, kultur teknis, biologis, kimia dengan penggunaan herbisida, atau secara terpadu.  Diantara berbagai macam cara pengendalian gulma yang paling banyak dilakukan selain cara mekanis, adalah dengan penggunaan herbisida. Bahan organik merupakan bagian penting dari tanah yang dapat memperbaiki sifat tanah, baik sifat fisik, kimia, maupun biologi tanah. Keberadaan bahan organik mutlak diperlukan dan dipertahankan guna memelihara keserasian fungsi ekologis dalam tanah, kesinambungan produksi dan kelestarian lingkungan. Salah satu bentuk bahan organik yang sangat baik untuk meningkatkan produktivitas lahan adalah kompos. Tujuan yang ingin dicapai adalah memberikan pemahaman dan pelatihan teknik aplikasi herbisida atrazine,serta memberikan pemahaman dan pelatihan teknik pembuatan pupuk kompos. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan tanggal 11 dan 17 Juli 2021 di Lahan SPLPP Ciparay, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat.  Peserta kegiatan penyuluhan dan pelatihan ini meliputi mahasiswa peserta KKN Virtual dan para petani sekitar lokasi kegiatan. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan secara hybrid. Materi yang diberikan meliputi wawasan tentang herbisida, kebutuhan alat dan bahan aplikasi herbisida, kalibrasi herbisida, dan cara aplikasi herbisida. Sedangkan untuk materi teknik pembuatan kompos yang diberikan meliputi penjelasan tentang pupuk kompos, bahan dan alat untu pembuatan kompos, serta teknik pembuatan pupuk komposnya. Hasil yang dicapai para peserta jadi memahami cara pembuatan kompos yang benar sekaligus paham manfaat kompos bagi pertanian jangka panjang. Para peserta juga menjadi paham tentang tata cara aplikasi herbisida mulai dari pentingnya pengaturan dosis serta memahami tentang tata cara aplikasi herbisida yang benar di lapangan

    Pengaruh Dosis Herbisida Ethoxysulfuron 15 WG terhadap Gulma, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Varietas Ciherang

    Full text link
    Weeds in rice fields decrease the quantity and quality of yield. One of the methods used to control weeds is chemical herbicide. The objective of this research was to find out the effective dosages of herbicide Ethoxysulfuron 15 WG on weeds growth as well as growth and yield of rice plants var. Ciherang. This experiment was used Randomized Block Design with seven treatments and four replication. The Ethoxysulfuron doses trated to rice field 6 g/ha, 9 g/ha, 12 g/ha, 15 g/ha and 18 g/ha. The two control treatments were mechanical weeding, and without weeding and herbicide. The experimental result showed that Ethoxusylfuron herbicide with the dosage of 9 g/ha could suppress the growth of weed Ludwigia adscendens, Ludwigia perrenis, Fimbristylis miliacea,other weeds, and total weeds and give a good impact on yield of rice plants

    Efektifitas Herbisida Paraquat Diklorida 276 g/L sebagai Pengendali Gulma pada Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis herbisida paraquat diklorida 276g/L terhadap pertumbuhan gulma pada tanaman tebu. Percobaaan dilakukan dilahan Pabrik gulaRajawi II Desa Dompyong Kabupaten Cirebon. Percobaan menggunakan Rancangan AcakKelompok (RAK) dengan enam perlakuan dan empat ulangan sehinga didapat 24 plot percobaan,jenis perlakuan yang diuji adalah : a) (Herbisida Paraquat Diklorida 276 g/l dosis 1,5 L/ha), b)(Herbisida Paraquat Diklorida 276 g/l dosis 2,0 L/ha), c) (Herbisida Paraquat Diklorida 276 g/ldosis 2,5 L/ha), d) (Herbisida Paraquat Diklorida 276 g/l dosis 3,0 L/ha), e) Penyiangan secaramanual 1 kali di awal), f) (Kontrol : tanpa perlakuan). Perbedaan antar perlakuan diuji denganmenggunakan uji F, dan untuk uji lanjut digunakan uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.Hasil percobaan menunjukan bahwa Herbisida paraquat diklorida 276 g/l mulai dosis 1,5 l/hahingga 3 l/ha dapat menekan gulma Fimbristylis miliacea (L.), Leptochloa chinensis (L.),Ludwegia octovalvis (jacq.), dan gulma total sampai delapan minggu setelah aplikasi (MSA),sedangkan untuk gulma Echinochloa colonum L. hanya sampai empat MSA. Aplikasi herbisidaparaquat diklorida 276 g/l dari dosis 1,5 l/ha hingga 3,0 l/ha tidak menunjukkan keracunan padatanaman tebu, sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman tebu

    KEEFEKTIFAN HERBISIDA METSULFURON METIL PADA PERTANAMAN PADI SAWAH YANG DIBERI BAHAN ORGANIK

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian herbisida metsulfuron metil terhadap gulma pada pertanaman padi sawah yang diberi bahan organik. Percobaan dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok pola faktorial dua faktor, faktor pertama adalah dosis bahan organik dan faktor kedua adalah dosis herbisida Metsulfuron metil. Perlakuan pertama terdiri dari 3 taraf C-Organik yaitu 1,5 %, 2,5 %, dan 3,5 %. Perlakuan kedua terdiri dari 7 taraf yaitu 0; 0,002; 0,004; 0,006; 0,008; 0,010; 0,012 kg/ha. Peubah yang diamati adalah karakteristik gulma, keracunan tanaman, pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya interaksi antara pemberian bahan organik dengan pemberian herbisida terhadap bobot kering gulma, tinggi tanaman padi, dan hasil panen tanaman padi. Perlakuan kandungan C-organik tinggi (3,5%) menunukkan hasil tertinggi terhadap hasil gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG). Pemberian semua dosis herbisida Metsulfuron metil menunjukkan perbedaan nyata terhadap bobot kering gulma Monochoria vaginalis dibandingkan perlakuan tanpa herbisida, tetapi tidak menimbulkan gejala keracunan pada tanaman padi sawa

    Dinamika Populasi Gulma Akibat Aplikasi Herbisida Metil Metsulfuron pada Padi Sawah Sistem Tanam Pindah (Tapin) dan Tanam Benih Langsung (Tabela)

    Get PDF
    Perubahan jenis, komposisi dan dominasi gulma merupakan masalah yang sering timbul akibat adanya pengendalian gulma, terutama pengendalian gulma menggunakan herbisida. Gulma dapat menjadi lebih berbahaya, sulit dikendalikan dan menjadi resisten jika tidak diatasi dengan baik. Perubahan jenis dan komposisi juga dipengaruhi oleh sistem budidaya tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pergeseran atau perubahan gulma akibat aplikasi herbisida metil metsulfuron pada penanaman padi sistem Tapin dan sistem Tabela. Penelitian ini menggunakan rancangan split plot yang diulang sebanyak empat kali. Faktor utama adalah sistem tanam dengan dua taraf, yaitu sistem Tabela (T2) dan Tapin (T1). Anak petak adalah penyiangan gulma dengan tiga taraf, yaitu penyiangan menggunakan herbisida metil metsulfuron (H1), penyiangan manual (H2) dan tanpa penyiangan atau kontrol (H3). Hasil penelitian menunjukan bahwa selain perlakuan kontrol pada sistem Tabela (T2H3), dominasi gulma berubah dari gulma golongan daun lebar menjadi gulma golongan teki. Perlakuan herbisida metil metsulfuron sistem Tabela (T2H1) memiliki tingkat kesamaan komunitas gulma yang paling berbeda terhadap Anveg awal dan perlakuan kontrol pada sistem Tapin (T1H3) maupun Tabela (T2H3). Keanekaragaman gulma menurun, terutama pada perlakuan herbisida metil metsulfuron sistem Tabela (T2H1) yang memiliki tingkat keanekaragaman gulma paling rendah dan nilai dominsi paling tinggi

    Metode Hidden Markov Model Untuk Pemantauan Masa Subur Wanita Berbasis Android

    Full text link
    Hingga saat ini masa subur atau ovulasi pada wanita dapat di ketahui dengan metode servik, monitoring suhu basal, metode peak day dan metode standard day. Dalam penelitian ini dikembangkan metode saliva ferning, yaitu dengan mendeteksi melalui kristal air liur. Citra saliva ferning didapat melalui mikroskop digital dengan perbesaran 100 kali. Citra akan diklasifikasikan berdasarkan pola citra dengan pola acak, pola titik garis dan pola garis yang dominan. Berdasarkan perbedaan pola citra maka akan diklasifikasikan untuk menentukan masa tidak subur, masa transisi, dan masa subur yang sedang berlangsung. Nilai piksel dari citra akan diidentifikasi menggunakan metode hidden markov model dan ditampilkan pada smartphone android. Hasil penelitian menunjukkan nilai piksel, untuk masa tidak subur sebesar 8463 hingga 33302, masa transisi 39442 hingga 77315 dan masa subur diatas 77702, dengan akurasi identifikasi sebesar 95%. Sampel saliva yang baik yaitu saliva yang tidak terkontaminasi, umumnya di pagi hari setelah bangun tidur
    corecore