148 research outputs found

    Kondisi Geologi Lingkungan di Wilayah Pesisir Sluke Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah

    Get PDF
    Rembang is one of the most strategic residence in Central Java Province. It is located in the Northern main road that is connecting West Java and East Java. The strategic potentials in Rembang residence are industries, mines, services and trading. Recently a PLTU plant and an early construction of some cement factories, such as PT. Indonesia Rembang in Sluke subdistrict. PLTU Rembang and Pabrik Semen Indonesia Rembang in Sluke subdistrict affected the geological condition in the area. This research aimed to know the lithological structure and the hydrooceanography process occured in the study area and their effect to the pysical condition the regarded area. A descrriptive-explorative method was used in this research.  Primary data used in this research including water current, wave and basic sediment data. While the secondary data including bathimetry, topography, wind speed and direction,  and tidal data obtained from Bakosurtanal and Dishidros. Base on those data and the mathematical modelling, the coast line dynamic was described. The result of the research showed that Sluke coastal area had  land slope 15%. The lithology composed the land was silt with natural rocks composed of sand and limestone. The sediment in the surface coastal area was dominated by sand that contains shell.  While the sediment in the deeper waters bottom composed of clay and silt. Abrassion occured in the study area affected in the vanishing of  the path in the ricefields in the northern of PLTU Rembang, the collapse of the coconut trees  and the damage of the wall in the government’s land in the north of PLTU Rembang.   Kabupaten Rembang merupakan  salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang sangat strategis, karena terletak pada lintasan jalur pantai utara Jawa yang menghubungkan antara propinsi Jawa Barat dan Jawa Timur. Potensi strategis Kabupaten Rembang adalah bidang industri, pertambangan, jasa dan perdagangan. Pada saat ini telah berdiri PLTU Rembang dan tahap awal pembangunan beberapa  pabrik semen diantaranya adalah  PT. Indonesia Rembang di Kecamatan Sluke. Keberadaan PLTU Rembang dan Pabrik Semen Indonesia Rembang di Kecamatan Sluke bepengaruh terhadap kondisi geologi lingkungan wilayah tersebut Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tatanan litologi dan proses hidrooseanografi yang terjadi di daerah kajian dan dampaknya terhadap lingkungan fisik daerah yang bersangkutan. Penelitian ini menggunakan metode diskripstif - eksploratif dari daerah studi dengan cara mengungkapkan kondisi daerah penelitian dengan aktual, akurat sesuai dengan fakta yang terdapat di lapangan serta pendekatan pemodelan matematis untuk menggambarkan perubahan garis pantai pantai. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah meliputi data arus, data gelombang, dan data sedimen dasar. Sedangkan data sekunder berupa batimetri, topografi, angin dan pasut diperoleh dari Bakosortanal dan Dishidros. Hasil penelitian menunjukan Pesisir Sluke mempunyai morfologi dataran pantai dengan kelerengan 15 %. Litologi penyusun dataran tersebut adalah pasir lanau dengan batuan dasar berupa batupasir dan batugamping. Sedimen dasar pada tepi pantai didominansi oleh pasir dengan kandungan cangkang, sedangkan sedimen dasar di perairan yang lebih dalam berupa lempung dan lanau. Abrasi yang terjadi di daerah penelitian berdampak pada hilangnya jalan di sawah penduduk sebelah barat PLTU Rembang, robohnya pohon kelapa karena tanah tempat perakarannya terabrasi dan rusaknya dinding pelindung pantai pada lahan milik Pemda di sebelah barat PLTU Rembang

    Prediksi Perubahan Arus Akibat Reklamasi pada Pangkal Breakwater Barat Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dengan Pendekatan Model Matematik

    Get PDF
    Kebutuhan lahan dan dermaga, Pelindo III Tanjung Emas Semarang berencana melakukan reklamasi seluas 22,02 Ha menempel di sebelah barat pangkal break water barat pelabuhan. Daratan baru hasil reklamasi akan merubah bentuk garis pantai, maka dipastikan akan merubah pola arus yang selanjutnya berakibat pada pola transport sedimen dan sedimentasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mempredikasikan pengaruh reklamasi tersebut di atas terhadap pola arus di perairan sekitar Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, sehingga dapat dilakukan antisipasi dampak lanjutan yang mungkin terjadi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif denganpendekatan pemodelan matematis. Data arus diperoleh melalui pengukuran menggunakan ADCP dan data pasut diperoleh dari pengamatan palem pasut. Sedangkan data batimetri diambil dari data hasil pengukuran yang dilakukan oleh Pelindo III sebelumnya.Model hidrodinamika yang digunakan dalam penelitian ini adalah model POM (the Princeton Ocean Model) untuk kasus model 2D. Hasil penelitian menunjukan pola arus di perairan pelabuhan Tanjung Emas dan sekitarnya dipredikasikan tidak mengalamai perubahan yang signifikan dengan adanya reklamasi seluas 22 Ha di pangkal break water barat pelabuhan tersebut. Namun demikian arus menjadi sangat lambat hingga kurang dari 0,1 m/det tepat disisi barat lahan reklamasi sehingga berpotensi terjadinya sedimentasi di lokasi tersebut. Demikian juga tepat di sebelah timur lahan reklamasi, arus saat pasang masuk ke kolam labuh dengan kecepatan 0,2 m/det dan keluar saat surut dengan kecepatan 0,06 m/det sehingga berpotensi terjadi sedimentasi di sisi barat kolam labuhKata Kunci: Pelabuhan, Pelindo, Arus, Reklamasi, Tanjung MasPelindo III Tanjung Emas Semarang planned reclamation area of 22.02 ha on the west base of the west break water to Tmeet the needs of the land and pier. The new land reclamation will change the coastline, then it certainly will change the current pattern which in turn resulted in sediment transport and sedimentation patterns. The research was conducted to determinethe reclamation effect to the current in the waters around the Tanjung Emas Port Semarang, so it can be anticipatted the continued impact that may occur. The method used in this research is quantitative method with a mathematical modeling approach. Current was measured using ADCP and the tide was observed by tide gauge While the bathymetric taken from data which measured by Pelindo III earlier. Hydrodynamic model used in this study is a model POM (the Princeton Ocean Model) for the case of 2D models. The results showed that the current in the waters of Tanjung Emas harbor and surrounding predicated not experiencing a significant change in the reclamation area of 22 hectares at the base of the break water west of the port. However, the current becomes very slow to less than 0.1 m / s in the west side of reclaimed land, so it potential occurrence of sedimentation in these locations. Likewise, just east of land reclamation, the current flows into the pond at a speed of 0.2 m / s and out with a speed of 0.06 m / s, so it potential occurrence of sedimentation.Keywords: Port, Pelindo, Currents, Reclamation, Tanjung Ma

    Analisis Dimensi Fraktal Kejadian Gempa Dl Laut Banda Indonesia

    Get PDF
    The Banda Sea region is an active earthquakes area which indicated by mean monthly incident of quakes more than 220. The condition is caused the area being located in the triple jucntion. Earthquakes system in this region which occur during September 2015 up to October 2016 is analyzed by fractal approach to investigate the subduction system.Earthquakes system is chaotic, so can be quantified using fractal concept. Quantify result of Banda Sea earthquakes system using Aki method is fractal dimension 2.08. It indicates that the slab was fractured by some fault in form an angle or upright possition with the subduction strike. Such a thing also be proven by the fact that the length zone of slab moved during each earthquake is not same, the variation is about 6 – 1,056 m. Based on the fractal analysis, also be identified that about 6.25 magnitute six earthquakes are expected each year. The result of study support the previous studies which propose that the tectonic system in Banda Sea region is very complex.     Kawasan Laut Banda merupakan daerah aktif gempa yang ditunjukan dengan kejadian gempa rata-rata bulanan Iebih dan 220. Keadaan ini dapat dimengerti mengingat kawasan tersebut merupakan pertemuan tiga buah lempeng yang bergerak. Pola kegempaan di daerah tesebut yang tejadi pada September 2015 hingga Oktober 2016 dicoba dianalisa menggunakan pendekatan fraktal untuk mengetahui pola subduksi di daerah tersebut. Pola kegempaan merupakan suatu kejadian yang chaos, sehingga dapat dilakukan kuantisasi berdasarkan konsep fraktal. Hasil kuantisasi pola gempa Laut Banda meggunakan metode Aki diperoleh dimensi fraktal 2,08. Hal ini menunjukan bahwa slab yang menunjam dan bergerak sehingga menimbulkan gempa terbagi dalarn beberapa bagian melalui suatu sesar yang menyududut / tegak lurus jurus subduksi. Keadaan ini dikuatkan oleh hasil perhitungan panjang daerah yang bergerak untuk setiap kejadian gempa tidak sama, yaitu bervariasi dari 6 – 1.056 m. Berdasarkan analisa fraktal tersebut juga diketahui bahwa gempa dengan magnitudo 6,25 akan terjadi 6 kali dalam satu tahun. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa tatanan tektonik di daerah Laut Banda sangat kompleks

    Sebaran Sedimen Dasar di Pantai Segolok, Batang

    Get PDF
     Pantai Segolok merupakan pantai yang berada di wilayah utara kabupaten Batang, provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu pantai wisata yang ada di kabupaten Batang. Semakin berkembangnya aktifitas yang ada di daerah pantai juga akan mempengaruhi tingkat sedimentasi di pantai tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis sedimen dasar yang ada di pantai Segolok dan mengetahui pola arus dan pengaruhnya. Pengambilan data sedimen dan arus dilakukan di daerah penelitian. Sampel sedimen dasar diambil menggunakan sedimen grab dan pengambilan data arus menggunakan bola duga. Sampel sedimen dasar diolah menggunakan metode pengayakan dan pemipetan. Sedangkan pemodelan data arus menggunakan software MIKE 21. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa ukuran butir sedimen yang ditemukan berupa pasir, pasir lanau, lanau pasiran, dan lanau lempung. Nilai korelasi antara ukuran butir sedimen dengan kecepatan arus sebesar 0,0259 dimana nilai tersebut sangat rendah korelasinya. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jenis sedimen di pantai Segolok didominasi oleh pasir dan arus tidak memiliki pengaruh terhadap distribusi ukuran butir sedimen.Kata kunci: Sedimen Dasar, Ukuran Butir , Arus, Pantai Segolok Segolok Beach is a beach located in the northern region of Batang district, Central Java province. It is one of the tourist beaches in Batang district. The growing activity in the coastal area will also affect the sedimentation rate on the beach. The purpose of this study was to determine the type of basic sediment on the Segolok beach and to determine the current pattern and its influence. Sediment and current data collection was carried out in the study area. Basic sediment samples were taken using a sediment grab and flow data were taken using a guessing ball. The bottom sediment samples were processed using sieving and pipetting methods. While the current data modeling uses MIKE 21 software. The results of this study indicate that the grain size of the sediment found in the form of sand, silt sand, sandy silt, and clay silt. The correlation value between sediment grain size and current velocity is 0.0259 where the correlation value is very low. Based on the results of the study, it can be concluded that the type of sediment on the Segolok beach is dominated by sand and the current has no effect on the grain size distribution of the sediment.Keywords: Bed Sediment, Grain Size, Current, Segolok Beac

    Sedimentasi di Sekitar Bangunan Groin di Pantai Komodo Kota Tegal

    Get PDF
    Bangunan pelindung pantai berupa groin yang terdapat pada Pantai Komodo yaitu memiliki fungsi sebagai penahan aktivitas transport sedimen yang terjadi pada sepanjang pantai sehingga dapat meminimalisir terjadinya abrasi yang telah terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung dan menganalisis pengaruh gelombang laut terhadap angkutan sedimen serta mengidentifikasi besaran laju sedimentasi yang disebabkan olah gelombang laut yang disebabkan oleh angin di Pantai Komodo Kota Tegal. Data utama yang digunakan yaitu data laju sedimentasi yang diambil menggunakan sedimen trap dan data gelombang lapangan yang diambil menggunakan ADCP sedangkan untuk data pendukung yaitu data angin selama 11 tahun yang diperoleh dari Ogimet dan Peta RBI Kota Tegal. Penentuan lokasi pengamatan dilakukan dengan metode Purposive Sampling yang mewakili kondisi secara keseluruhan daerah dan memperhatikan kemudahan pencapaian. Hasil yang diperoleh Gelombang pada Musim Barat datang dari arah Barat Laut dengan membentuk sudut gelombang pecah sebesar 35,520o dan kecepatan arus sepanjang pantai sebesar 1,109 m/dt, pada Musim Peralihan 1 yaitu dari arah Barat Laut dengan membentuk sudut gelombang pecah sebesar 9,081o dan kecepatan arus sepanjang pantai sebesar 0,322 m/dt, pada Musim Timur arah gelombang datang dominan dari Timur Laut dengan membentuk sudut gelombang pecah sebesar 15,355o dan kecepatan arus sepanjang pantai sebesar 0,645 m/dt, sedangkan untuk Musim Peralihan 2 dari arah Timur Laut dengan membentuk sudut gelombang pecah sebesar 9,041o dan kecepatan arus sepanjang pantai sebesar 0,320 m/dt. Transpor sedimen terbesar terjadi pada Musim Barat sebesar 1307,421 m3/hari, sedangkan terkecil terjadi pada Musim Peralihan 2 sebesar 230,310 m3/hari dan laju sedimentasi terjadi pada groin yang berkisar dari 9,049 gr/m2/hari – 21,527 gr/m2/hari dengan jenis sedimen yaitu pasir.Kata kunci : arus sejajar pantai, laju sedimentasi, transport sedimen, groin dan Pantai Komodo. Coastal protection buildings in the form of groin found on Komodo Beach have a function as a barrier to sediment transport activities that occur along the coast so as to minimize the occurrence of abrasion that has occurred. The purpose of this study is to calculate and analyze the effect of waves on sediment transport and to identify the magnitude of the sedimentation rate caused by sea waves caused by wind at Komodo Beach, Tegal City. The main data used are sedimentation rate data taken using sediment traps and field wave data taken using the Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP) while for supporting data, namely wind data for 11 years obtained from Ogimet and the RBI Map of Tegal City. Determination of the location of observations is done based on conditions that can represent the overall condition of the area and pay attention to the ease of achievement. The results obtained from the waves in the West Season come from the North West by forming a breaking wave angle of  35,520° and the current speed along the coast is 1,109 m/s, in Transition Season 1 that is from the North West direction by forming a breaking wave angle of 9,081° and the current velocity along the coast is 0,322 m/s, in the East Season the direction of the incoming waves is dominant from the North East by forming a breaking wave angle of 15,355° and the current velocity along the coast is 0,645 m/s, while for Transitional Season 2 from North East direction by forming a breaking wave angle of 9,041° and the current velocity along the coast of 0,320 m/s. The largest sediment transport occurred in the West Season of 1307,421 m3/day, while the smallest occurred in Transitional 2 Season of 230,310 m3/day and the sedimentation rate occurred on the the groin which ranged from 9,049 gr/m2/day - 21,527 gr/m2/day with the type of sediment, which is sand.Keywords : longshore current, sedimentation rate, sediment transport, groin and Komodo Beach

    Analisis Karbon Organik Total Pada Sedimen Dasar di Muara Sungai Banger Pekalongan Jawa Tengah

    Get PDF
    Sungai Banger terletak di kecamatan Pekalongan Utara yang merupakan sungai dengan banyak aktivitas manusia seperti pemukiman, industri, pertambakan, pertanian, dan aktivitas perikanan di sepanjang aliran sungainya. Banyak limbah dari aktivitas tersebut berakhir di sungai. Bahan organik yang terkandung di dalam limbah apabila melebihi ambang batas dapat menyebabkan perairan yang eutrofik. Konsentrasi karbon organik pada sedimen dapat dijadikan indikator untuk mengetahui kualitas perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran karbon organik total (KOT) dan hubungannya dengan jenis dan statistik sedimen. Analisis yang dilakukan meliputi analisis KOT dengan metode LOI (Loss of Ignition), Analisis ukuran butir sedimen, statistik sedimen, pasang surut dan arus permukaan. Hasil penelitian menunjukan Muara Sungai Banger didominasi oleh fraksi sedimen lanau dengan konsentrasi KOT berada dalam kategori sedang-tinggi di angka 5,1% 21,63%. Korelasi antara KOT dengan jenis dan statistik sedimen dapat dianalisis dengan SPSS menggunakan metode bivariat pearson. KOT memiliki nilai pearson correlation yang positif terhadap fraksi lanau (0.884). KOT banyak ditemui pada sedimen yang memiliki ukuran butir halus yang lebih mudah untuk mengadsorpsi karbon yang ada di perairan. Nilai pearson correlation antara KOT dengan nilai mean menunjukan hubungan yang negatif (-0.813). Nilai mean yang tinggi menunjukan bahwa ukuran butir sedimen yang lebih kasar, artinya apabila nilai mean sedimen semakin besar maka KOT yang ditemukan semakin rendah konsentrasinya.Kata kunci : Karbon Organik Total, Ukuran Butir, Statistik Sedimen, Muara Sungai Banger Abstract The Banger River is located in the North Pekalongan sub-district, a river with many human activities such as human settlement, industry, aquaculture, agriculture, and fishing activities along its river. Much of the waste from these activities end up in rivers. If it exceeds the threshold, the organic matter contained in the waste can cause eutrophic waters. Carbon concentration in sediment can be used as an indicator to determine water quality. This study aims to determine the distribution of total organic carbon (TOC) and its correlation with sediment type and sediment statistics. This research was carried out on August 24, 2021. The analysis includes TOC analysis using the LOI (Loss of Ignition) method, sediment grain size analysis, sediment statistics, tides, and surface currents. The results showed that the Banger River Estuary was dominated by the silt sediment fraction with organic carbon concentrations in the medium-high category at 5.1% to 21.63%. The correlation between TOC and sediment type and sediment statistics can be analyzed by SPSS using the Pearson bivariate method. TOC has a positive Pearson value correlation with the silt sediment fraction (0.884). TOC is mostly found in sediments that have a fine grain size that is easier to adsorb carbon in the waters. The Pearson correlation value between TOC and the mean value shows a negative relationship (-0.813). A high mean value indicates that the grain size of the sediment is coarser, meaning that if the mean sediment value increases, the TOC found will be lower in concentration. Keywords: Total Organic Carbon, Grain Size, Sediment Statistics, Banger River Estuar

    Pemetaan Pola Sebaran Sedimen Dasar Di Perairan Wedung, Demak

    Get PDF
    Perairan Wedung merupakan salah satu perairan dengan tingkat sedimentasi yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan banyaknya muara sungai yang mendepositkan sedimen di perairan tersebut, diantaranya adalah Sungai Jajar, Gojoyo, dan Saklenting. Muara sebagai penghubung antara sungai dengan laut, cenderung berpotensi terjadinya sedimentasi karena sedimen dari sungai dan dari laut akan bertemu di muara tersebut sehingga terjadi pendangkalan.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik sedimen dan pola sebaran sedimen dasar di Perairan Wedung, Demak. Parameter yang diteliti antara lain sedimen dasar, arus, pasang surut, dan batimetri. Metode yang digunakan metode shieving kering dan basah, pemetaan dengan ArcGIS 10.3 dan pemodelan menggunakan MIKE 21. Hasil dari penelitian ini menunjukkan sebaran sedimen adalah jenis lanau, lanau pasiran, pasir, dan pasir lanauan. Kecepatan arus berkisar 0,000029 – 0,086279 m/s dengan jenis arus pasang surut. Kondisi batimetri landai dengan kedalaman 0 – 30 m.AbstractThe Wedung waters exhibit a relatively elevated sedimentation rate. This occurrence can be attributed to the substantial quantity of sediment deposited in these waters by various river estuaries, such as the Jajar, Gojoyo, and Saklenting Rivers. The estuarine environment, serving as a transitional zone between fluvial and marine systems, exhibits a propensity for sediment accumulation due to the confluence of riverine and marine sediment, leading to the phenomenon of siltation. The objective of this investigation was to ascertain the properties and spatial arrangement of sedimentary deposits located at Wedung Waters, Demak. The parameters that were examined encompassed bed load sediment, currents, tides, and bathymetry. The employed techniques encompass dry and wet sieving methodologies, cartographic representation through ArcGIS 10.3, and simulation via MIKE 21. The findings of this investigation suggest that the sediment distribution comprises a combination of silt and sand. The present velocity spectrum, including tidal currents, spans from 0.000029 to 0.086279 meters per second. The bathymetry conditions exhibit a sloping topography, characterized by a depth range of 0 to 30 meters

    Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan pada Formasi Pulau Balang Cekungan Kutai

    Get PDF
    Abstrak - Formasi Pulau Balang merupakan salah satu formasi penghasil hidrokarbon yang terdapat pada Cekungan Kutai. Penelitian ini dilakukan pada beberapa sumur pemboran yang mempunyai data Formasi Pulau Balang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cutting dan data biostratigrafi pada Sumur X. Analisis yang dilakukan untuk menetukan lingkungan pengendapan pada penelitian ini adalah dengan melakukan interpretasi fasies menggunakan data biostratigrafi dan sifat fisik batuan menggunakan data cutting. Sampel yang digunakan pada Sumur X terdapat pada kedalaman 420 m - 2700 m, yang terdiri dari 251 sampel. Berdasarkan hasil interpretasi, didapatkan litologi berupa packstone pada kedalaman 420 m - 520 m dengan komposisi berupa fragmen koral dan fragmen bryozoan, dan beberapa foraminifera besar yang merupakan marga Operculina serta mempunyai pola kurva log gamma ray berupa funnel shape diinterpretasikan masuk dalam fasies distributary mouth bar dengan lingkungan pengendapan adalah delta front. Data biostratigrafi yang ditemukan pada kedalaman 520 m – 950 m yang mempunyai litologi berupa batupasir halus adalah pelecypod, gastropods dan bentik kecil foraminifera seperti cellanthus sp., amonia sp., dan pseudorotalia catilliformis, serta pola log berupa serrated dan bell shape diinterpretasikan termasuk dalam fasies distributary mouth bar dengan lingkungan pengendapan delta front. Interval kedalaman 960 m – 1635 m sedikit ditemukan Nannofossil pada litologi batupasir sedang brupa Cyclicargolithus abisectus dan C. Floridanus, Helicosphaera perchnielseniae, Discoaster exilis, Coronocyclus nitescens, C. Cf. Nitescens, Rhabdosphaera poculi dengan pola serrated, bell shape dan funnel shape diintepretasikan termasuk dalam fasies distributary channel dengan lingkunan pengendapan lower delta plain. Interval kedalaman 2071 m – 2210 m pada litologi batulanau ditemukan fosil foraminifera besar seperti Miogypsina sp., dan Lepidocyclina sp. dengan pola serrated, diinterpretasikan termasuk dalam fasies crevasse play yang terendapkan pada lingkungan upper delta plain. Interval kedalaman 2500 m – 2700 m ditemukan Nannoplankton yang terdiri dari Cyclicargelithus abisectus, C. Floridanus, Helicosphaera carteri, H. Esuphratis, Sphenolithus abies, Sphenolithus belemnos, dan Sphenolithus heteromorphus dengan pola funnel shape, diinterpretasikan masuk dalam fasies interdelta bay yang terendapkan pada lingkungan lower delta plain.Kata kunci: Formasi Pulau Balang, Cekungan Kutai, distributary mouth bar, distributary channel, crevasse play, interdelta bay, delta front, lower delta plain, upper delta plain.Abstract - The Pulau Balang Formation is one of the hydrocarbon-producing formations found in the Kutai Basin. This study was conducted on several drilling wells with data on the Pulau Balang Formation. The data used in this study are cutting data and biostratigraphy data from Well X. The analysis conducted to determine the depositional environment in this study is by interpreting the facies using biostratigraphy data and the physical properties of rocks using cutting data. The samples used in Well X are located at depths of 420 m - 2700 m, consisting of 251 samples. Based on the interpretation results, the lithology in the depth of 420 m - 520 m is packstone with a composition of coral fragments and bryozoan fragments, and some large foraminifera of the Operculina genus with a log gamma ray curve pattern of funnel shape interpreted as belonging to the distributary mouth bar facies with the depositional environment being a delta front. The biostratigraphy data found at a depth of 520 m - 950 m, which has a lithology of fine sandstone, is pelecypod, gastropods, and small benthic foraminifera such as Cellanthus sp., Ammonia sp., and Pseudorotalia catilliformis, as well as log patterns of serrated and bell shape interpreted as belonging to the distributary mouth bar facies with the depositional environment being a delta front. The depth interval of 960 m - 1635 m is slightly found Nannofossil in the lithology of medium sandstone in the form of Cyclicargolithus abisectus and C. Floridanus, Helicosphaera perchnielseniae, Discoaster exilis, Coronocyclus nitescens, C. Cf. Nitescens, and Rhabdosphaera poculi with serrated, bell shape, and funnel shape patterns are interpreted as belonging to the distributary channel facies with the depositional environment being a lower delta plain. The depth interval of 2071 m - 2210 m in the limestone lithology found large foraminifera fossils such as Miogypsina sp., and Lepidocyclina sp. with a serrated pattern, interpreted as belonging to the crevasse play facies deposited in the upper delta plain environment. The depth interval of 2500 m - 2700 m found Nannoplankton consisting of Cyclicargelithus abisectus, C. Floridanus, Helicosphaera carteri, H. Esuphratis, Sphenolithus abies, Sphenolithus belemnos, and Sphenolithus heteromorphus with a funnel shape pattern, interpreted as belonging to the interdelta bay facies deposited in the lower delta plain environment.Keywords: Pulau Balang Formation, Kutai Basin, distributary mouth bar, distributary channel, crevasse play, interdelta bay, delta front, lower delta plain, upper delta plain

    STUDI KUALITAS BATUAN RESERVOAR FORMASI KALIBIUK DAERAH PURBALINGGA SUB-CEKUNGAN BANYUMAS

    Get PDF
    ABSTRAK            Salah satu unsur penting dari sistem minyak dan gas bumi (petroleum system) adalah reservoar, yaitu batuan dengan porositas dan permeabilitas yang baik sehingga mempunyai kapasitas penyimpanan dan kemampuan untuk mengalirkan fluida (minyak dan gas bumi). Kualitas reservoar pada umumnya dipengaruhi oleh karakter fisik batuannya yang meliputi: tekstur, struktur sedimen, dan proses diagenesa yang terjadi. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kualitas batuan reservoar di Daerah Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah. Daerah penelitian merupakan bagian dari Sub-Cekungan Banyumas yang telah terbukti memiliki potensi kandungan migas.. Fokus penelitian ini pada Formasi Kalibiuk yang tersusun oleh batupasir gampingan dengan sisipan tipis batulempung gampingan, batupasir dan batupasir kerikilan. Uji kualitas batuan reservoar tersebut dilakukan pada 10 sampel dan difokuskan pada uji sifat fisik batuan, yaitu porositas dan permeabilitas. Dalam penelitian ini pengujian porositas menggunakan dua metode, yaitu pengamatan petrografis dan penimbangan, sedangkan pengujian permeabilitas menggunakan alat permeameter gas. Dari hasil pengujian didapatkan kualitas reservoar batupasir Kalibiuk dengan porositas teramati (petrografis) berkisar dari 9,50% (buruk) - 16,80% (baik), porositas terukur (timbangan) berkisar dari 3,26% (dapat diabaikan) - 20,20% (sangat baik) dengan permeabilitas bervariasi dari 8,71 mD (cukup) - 66,59 mD (baik). Berdasarkan porositas dan permeabilitasnya, kualitas reservoar batupasir Formasi Kalibiuk dapat dikategorikan menjadi sangat baik, baik, cukup, dan buruk. Perbedaan kualitas reservoar tersebut disebabkan karena perbedaan proses pengendapannya yang tercermin pada karakteristik tekstur dan struktur sedimennya.  Kata kunci: Kualitas Reservoar, Porositas, Permeabilitas, Proses Sedimentasi, Formasi KalibiukOne of the important elements of an oil and gas system (petroleum system) is a reservoir, which is rock with good porosity and permeability so that it has storage capacity and the ability to drain fluids (oil and gas). Reservoir quality is generally influenced by the physical character of the rock which includes: texture, sedimentary structure, and the diagenetic processes that occur. This study was aimed to determine the quality of reservoir rocks in the Purbalingga area, Central Java province. The research area is part of the Banyumas Sub-Basin which has been proven to have oil and gas potential. The focus of this research is on the Kalibiuk Formation which is composed of calcareous sandstone with thin insertions of calcareous claystone, sandstone and gravel sandstone. The reservoir rock quality test was carried out on 10 samples and focused on testing the physical properties of the rock, there are porosity and permeability. In this study, the porosity test used two methods, there are petrographic observation and weighing, the permeability test used a gas permeameter. From the test results, the quality of the Kalibiuk sandstone reservoir with observed porosity (petrographic) ranges from 9.50% (poor) - 16.80% (good), the measured porosity (scales) ranges from 3.26% (negligible) - 20, 20% (very good) with varying permeability from 8.71 mD (fair) - 66.59 mD (good). Based on the porosity and permeability, the sandstone reservoir quality of the Kalibiuk Formation can be categorized into very good, good, moderate, and poor. The difference in reservoir quality is due to differences in the deposition process which is reflected in the characteristics of the texture and structure of the sediment.Keyword: Reservoir Quality, Porosity, Permeability, Sedimentary Process, Kalibiuk Formatio

    Survei Batimetri untuk Penentuan Volume Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhan Patimban : Subang, Jawa Barat

    Get PDF
    Pelabuhan merupakan pintu gerbang pusat perekonomian suatu negara. Indonesia juga sedang membangun pelabuhan bertaraf internasional sebagai dukungan untuk meningkatkan perekonomian nasional di daerah pantai utara jawa. Pembangunan ini bertujuan untuk mendukung peningkatan ekspor di Indonesia. Dalam rangka pembangunan di pantai utara jawa, Pelabuhan Patimban, diharapkan dapat memberikan pelayanan prima yang mampu menekan biaya logistik sehingga dapat menarik kapal jenis Post Panamax singgah di pelabuhan. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan dukungan aspek teknis berupa alur pelayaran. Berdasarkan pada desain pengembangan pelabuhan, kedalaman ideal alur pelayaran yaitu -14 m dari low water spring (LWS), oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi untuk memastikan apakah kedalaman telah sesuai. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kondisi batimetri pada sebagian alur pelayaran dan besarnya volume pengerukan yang diperlukan. Dari data survai batimetri yang didapatkan telah dilakukan koreksi dengan menggunakan data survai pasang surut. Dari hasil pemeruman (sounding) didapatkan data kedalaman yang berkisar antara -5 mLWS sampai -11 mLWS. Berdasarkan kedalaman terkini dan rencana desain keruk tersebut diperlukan adanya pengerukan dengan volume sebesar 715.521 mÂł. Pengerukan diharapkan akan meningkatkan keamanan dan keselamatan alur pelayaran dalam mendukung kinerja pelabuhan
    • …
    corecore