39 research outputs found

    Impact of Ddt Spraying on Malaria Transmission in Different Areas of Java Where the Vector a. Aconitus is Resistant to Ddt

    Full text link
    Di Jawa dan Bali vektor utama yang berperanan terhadap transmissi penyakit adalah A. aconitus yang berkembang biak dipersawahan dan A. sundaicus yang berkembang biak diair payau. Resistensi A. aconitus terhadap dieldrin mulai timbul pada tahun 1959 (Subah, Jawa Tengah) dan mulai tahun 1962 juga resistent terhadap DDT (double resistent). Resistensi terhadap DDT dari tahun ketahun makin meluas didaerah pedalaman di Jawa Tengah bahkan meluas sampai dipedalaman Jawa Timur yang berbatasan dengan Jawa Tengah. Karena DDT masih merupakan racun serangga yang paling murah untuk program pemberantasan malaria, maka dilaksanakan percobaan untuk mengetahui sampai berapa jauh manfaat penyemportan dengan DDT didaerah ditnana vektornya telah resistent terhadap racun serangga tersebut. Penelitian dilaksanakan didua daerah di kabupaten Magetan Jawa Timur dan Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Hasil penelitian yang diperoleh di Magetan baik dari hasil parasite survey, case detection, maupun pengamatan entomologi menunjukkan bahwa terjadi kenaikan jumlah penderita. Kenaikan P.R. dan S.P.R. didaerah yang tidak disemprot jauh lebih besar daripada daerah yang disemprot. Di Bantul terjadi penurunan jumlah penderita baru yang meyakinkan di daerah yang diĀ­semprot (323 pada tahun 1972 menjadi 75 pada tahun 1973). Dari hasil yang dicapai terlihat bahwa meskipun vektor telah resistent terhadap DDT masih ada effek dari penyemportan berupa penurunan "man/vector contact", "indoor resting" dan umur nyamuk pendek yang mempengaruhi "basic reproduction rate" dari penyakit malaria Di Magetan dimana manusia dan hewan tinggal dalam bangunan yang sama, hasilnya dapat diharapkan akan kecil bila dibandingkan dengan Yogyakarta, dimana hewan tinggal dikandang terbuka yang terpisah jauh. Penghapusan terhadap DDT yang telah disemprotkan di Magetan juga cukup berarti terutama di rumah-rumah yang bagus. Faktor-faktor ini dapat menerangkan mengapa hasil yang kurang baik di Magetan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa situasi setempat kiranya menyebabkan perbedaan hasil ini. Ditempat dimana hewan ditaruh terpisah dari manusia, Perubahan kecil dari man/vector contact sudah cukup untuk mengurangi penularan. Sebaliknya ditempat dimana hewan dan manusia tinggal pada tempat yang berdekatan, perobahan man/vector contact tidak cukup untuk memberikan pengurangan terhadap penularan. Pada keadaan yang demikian perlu dipakai racun serangga lain yang mengakibatkan kematian yang tinggi terhadap vektor

    Effect of Single Dose of Minocycline on a Chloroquine Resistant Falciparum Infection From Balikpapan, Kalimantan

    Full text link
    Selain 3 kasus P. falciparum yang resistent terhadap chloroquine dari Samarinda (Verdrager & Arwati, 1974) baru-baru ini ditemukan lagi satu kasus juga dari Kalimantan Timur, tetapi dari daerah yang lain (Balikpapan). Terhadap kasus yang terakhir ini dilaksanakan sensitivity test sesuai dengan standar WHO. Disamping test tersebut, kepada penderita diberikan pula sensitivity test dengan 300 mg minocycline secara single dose. Minocycline yang merupakan derivat dari tetracyclin mempunyai khasiat anti malaria. Pengobatan radical dapat dicapai (pada 9 penderita sukarela yang menderita malaria strain tdari Vietnam) sesudah 7 hari pengobatan. Dengan pemberian 300 mg minocycline base secara single dose, bentuk asexual dari parasite menghilang untuk jangka waktu 2 minggu. Effek ini sama dengan effek pemberian 1.500 mg chloroquine base, hanya hilangnya parasit bentuk asexual lebih lambat. Pemberian pengobatan dengan minocycline dengan jangka yang lebih lama sebagai yang dikemukakan oleh WHO (1975) mungkin dapat mengobati radikal strain P. falciparum yang resistent terhadap chloroquine

    Response of Falciparum Malaria to a Standard Regimen of Chloroquine in Jayapura, Irian Jaya

    Full text link
    Untuk pertama kalinya di Indonesia, resistensi chloroquine terhadap Plasmodium falciparum telah dilaporkan oleh J. Verdrager dan Arwati pada tahun 1974. Distribusi yang pasti tentang adanya resistensi chloroquine terhadap P. falciparum di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, belumlah begitu jelas. Akan tetapi kelihatannya resistensi ini terdapat di daerah-daerah dimana A. balabacensis sebagai vector. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi resistensi ini ialah intensitas transmisi dan penggunaan obat-obat anti malaria yang meluas, terutama pada penduduk yang tak mempunyai kekebalan. Keadaan seperti digambarkan diatas terutama tentang intensitas transmisi yang cukup tinggi terdapat di Irian Jaya dimana vector utama adalah A. punctulatus group. Dari 35 penderita yang di-follow-up, diperoleh 7 orang yang resisten tingkat RI. Seorang diantaranya timbul bentuk asexual dari parasit pada hari ke-9, dan ke-enam lainnya pada hari ke-21 setelah makan obat chloroquine dengan dosis sesuai dengan standard WHO

    Relationships between anopheline mosquitoes and topography in West Timor and Java, Indonesia

    Get PDF
    <p>Abstract</p> <p>Background</p> <p>Malaria is a serious health issue in Indonesia. Mosquito control is one aspect of an integrated malaria management programme. To focus resources on priority areas, information is needed about the vectors and their habitats. This research aimed to identify the relationship between anopheline mosquitoes and topography in West Timor and Java.</p> <p>Methods</p> <p>Study areas were selected in three topographic types in West Timor and Java. These were: coastal plain, hilly (rice field) and highland. Adult mosquitoes were captured landing on humans identified to species level and counted.</p> <p>Results</p> <p>Eleven species were recorded, four of which were significant for malaria transmission: <it>Anopheles aconitus, Anopheles barbirostris, Anopheles subpictus </it>and <it>Anopheles sundaicus</it>. Each species occupied different topographies, but only five were significantly associated: <it>Anopheles annularis, Anopheles vagus </it>and <it>Anopheles subpictus </it>(Java only) with hilly rice fields; <it>Anopheles barbirostris, Anopheles maculatus </it>and <it>Anopheles subpictus </it>(West Timor only) with coastal areas.</p> <p>Conclusion</p> <p>Information on significant malaria vectors associated with specific topography is useful for planning the mosquito control aspect of malaria management.</p

    Preventing the Reintroduction of Malaria in Mauritius: A Programmatic and Financial Assessment

    Get PDF
    Sustaining elimination of malaria in areas with high receptivity and vulnerability will require effective strategies to prevent reestablishment of local transmission, yet there is a dearth of evidence about this phase. Mauritius offers a uniquely informative history, with elimination of local transmission in 1969, re-emergence in 1975, and second elimination in 1998. Towards this end, Mauritius's elimination and prevention of reintroduction (POR) programs were analyzed via a comprehensive review of literature and government documents, supplemented by program observation and interviews with policy makers and program personnel. The impact of the country's most costly intervention, a passenger screening program, was assessed quantitatively using simulation modeling

    Averting a malaria disaster.

    No full text
    corecore