140 research outputs found
The Integration of Basic Concepts of Andragogy and Penology for the Improvement of Deradicalization Program in Order to Prevent the Indonesian Terrorist Recidivism
The purpose of this article is to analyze the causes of less success of terrorist deradicalization programs in Indonesia before 2017 and to find the formulation of deradicalization programs that can prevent terrorist recidivism in Indonesia based on the integration of andragogy and penology. Based on the discussion, it is known that the cause of less success of prison in conducting terrorist deradicalization are: over capacity in prison, less quantity and quantity of correctional officers, lack of facilities, unvaried deradicalization method, and there is no specific syllabus yet; lack of government and community support, and unique Indonesian terrorist characteristics. The prospective deradicalization programs to prevent terrorism are the use of multiple methods in learning, involvement of interdisciplinary resource persons, the separation of prisoners based on measurable criteria in Special Prisons. While deradicalization programs outside prisons must be supported by the creation of social policies which can eliminate the causes of pre-emptive and preventive acts of terror, Improvement of Indonesian diplomacy abroad, and monitoring of former prisoners and their families and networks. Keywords: andragogy, penology, deradicalization, terrorist, recidivis
Lama Pemakaian Popok Sekali Pakai Dan Teknik Personal Hygiene Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Saluran Kemih Pada Anak Yang Dirawat Di Ruang Nusa Indah Dr. R Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro Tahun 2014
Today, it could facilitate the use of Pampers parents when they are traveling with children or while sleeping at night. However, the use of Pampers baby that is too often also be bad for children's health, the risk of Urinary Tract Infection (UTI). The purpose of the study analyzed the long wearing Pampers and personal hygiene techniques on the incidence of urinary tract infection. Observational study design with a cross-sectional approach. The study population of all children aged 0-3 years wearing Pampers treated at the General Hospital dr.R Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro wiith consecutive sampling. Independent variable is the time use Pampers and personal hygiene techniques, while the dependent variable urinary tract infection. Data retrieval independent variables with the dependent variable while the Q & A with the examination of the urine. After the data collected is done editing, coding, scoring and tabulated to determine the percentage. The results were analyzed by descriptive and statistical test followed by Chy scuare with p <0.05. The results of the 36 respondents indicated most respondents more than 3 hours of wearing Pampers 32 (94.5%) of respondents and most personal techniques too bad hygienenya 28 ((79%). However the incidence of UTI only only 10 respondents. With statistical chy Square test especially Fisher's Exact Test was obtained significance value (p) = 0, 543> α = 0.05. Ho is accepted, meaning no use Pampers long relationship with UTI, as well as personal hygiene variables with the incidence of UTI with chy Square statistical test especially Fisher's Exact Test was obtained significance value (p) = 1, 000> α = 0.05. H0 is accepted, it means that there is no relationship with UTI personal hygiene. In conclusion there is no relationship between the duration of use pemper and personal hygiene on the incidence of urinary tract infections in children admitted to Nusa Indah ward Sosodoro Djatikusump hospital Bojonegoro 2014 Advice to mothers of infants under five years in order to replace Pampers not wait for the full first and with personal hygiene techniques that right to prevent urinary tract infections
THE CAUSES OF INDONESIAN PEOPLE SELLING COVERED KIDNEYS FROM A CRIMINOLOGY AND ECONOMIC PERSPECTIVE: ANALYSIS BASED ON RATIONAL CHOICE THEORY
Kidney transplantation has been practiced in Indonesia by hundreds of patients with End-Stage Renal Disease (ESRD) and has been successful. Kidney transplant activity is considered legal as long as it does not contain elements of trading. Although buying and selling kidneys is considered a crime, there were more than 100 cases of covert kidney sales in Indonesia between 2015-2021. This crime must be eradicated by the Indonesian government, and in order for an effective eradication policy to be based on a study of the causes of people selling their kidneys, using rational choice theory as a theoretical and practical criminological theory is adequate. Based on the results of a study based on rational choice theory, people sell kidneys because they are based on self-assessment, and are always oriented towards the goal of getting money easily, quickly, and a lot. Kidney sellers use 3 criteria in selling kidneys, namely (a) selling kidneys is a preference and occupies the highest hierarchy in the calculation because it is financially profitable, (b) selling kidneys is safer from all risks and can maximize utility, (c) selling kidneys can be beneficial, easy to do, satisfying, and fun.
Article visualizations
KAJIAN EKSISTENSI INDUSTRI KECIL MEJA DAN KURSI KARET TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI PENGRAJIN DI DESA KEDUNGBONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO
Abstrak Kabupaten Bojonegoro mempunyai beragam industri. Industri meja dan kursi karet dari limbah ban bekas merupakan salah satu contoh industri kecil yang terletak di Kecamatan Balen, tepatnya di Desa Kedungbondo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik industri, eksistensi industri, dan keadaan sosial ekonomi pengrajin industri kecil meja dan kursi karet di Desa Kedungbondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Penelitian dilakukan di Desa Kedungbondo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro. Responden dalam penelitian ini adalah delapan pengusaha dan 67 pengrajin industri kecil meja dan kursi karet. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Desa Kedungbondo memiliki jenis industri kecil berteknologi sederhana, berdiri sejak 20-22 tahun silam dengan tenaga kerja 11 orang dan pendapatan kurang dari Rp. 200.000.000. 2) Eksistensi industri dipengaruhi oleh bahan baku, modal, tenaga kerja dan luas area pemasaran. 3) Pembagian pekerjaan ditentukan sesuai kemampuan dan keahlian para pengrajin industri, pengalaman pengrajin rata-rata 15-19 tahun dan dijadikan sebagai pekerjaan utama. Upah yang didapat pengrajin selama satu minggu lebih dari Rp. 500.000. Kata Kunci: Industri, Eksistensi Industri, Kondisi Sosial Ekonom
Determinantes del desempeño del presupuesto gubernamental en Indonesia: estudio de caso en el ministerio de finanzas
This study aims to examine the effect of budget quality, knowledge of systems and procedures, as well as human resource competence on-budget performance. This study was conducted in the Head Office of the Ministry of Finance. The population is employees at the level of executors and the sample was selected based on certain criteria. All variables were measured based on an interval scale and the analysis used was partial least square. The results showed that the quality of budget, knowledge of system and procedures, and human resources competence have a positive effect on-budget performance.Este estudio tiene como objetivo examinar el efecto de la calidad del presupuesto, el conocimiento de los sistemas y procedimientos, así como la competencia de los recursos humanos en el desempeño del presupuesto. Este estudio se realizó en la sede del Ministerio de Hacienda. La población son empleados a nivel de ejecutores y la muestra se seleccionó en base a ciertos criterios. Todas las variables se midieron en función de la escala de intervalo y el análisis utilizado fue el cuadrado mínimo parcial. Los resultados mostraron que la calidad del presupuesto, el conocimiento del sistema y los procedimientos y la competencia de los recursos humanos tienen un efecto positivo en el desempeño del presupuesto
PENGEMBANGAN LKPD BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI IPS
AbstrakSiswa SMA Assaadah belum terbiasa atau masih jarang melakukan untuk berpikir kreatif, hal tersebut dapat ditunjukan pada saat diskusi kelompok, siswa tersebut tidak bisa memberi solusi yang tepat.50 siswa yang berdiskusi adasekitar 5% siswa yang aktif memberi pertanyaan. Penelitian ini memiliki tujuanuntuk mengetahui bagaimana kelayakan LKPD berbasis Problem Based Learning, untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap LKPD berbasis Problem Based Learning, untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa terhadap LKPD berbasis Problem Based Learning.Jenis penelitian dan pengembangan (Research and Development ) yang mengacu pada model ADDIE Analysis, Design, Development, Implimentation, Evaluation. Subjek dalam penelitian adalah siswa SMA Assa’adah kelas XI IPS 3 sebagai kelas eksperimen dan XI IPS 2 sebagai kelas kontrol.Hasil penelitian menunjukkan LKPD berbasis Problem Based Learning layak digunakan dalam pembelajaran.Penilaian ahli bahan ajar dilihat dari segi kelayakan isi mendapat rata-rata 92,85 %, Kesesuaian LKPD dengan Problem Based Learning mendapat rata-rata penilaian 83,33%, Kebahasaan mendapat rata-rata penilaian 87,5%, Penyajian mendapat rata-rata penilaian 72,22%, Kelayakan fitur tambahan mendapat rata-rata penilaian 85%, Penyajian pembelajaran mendapat rata-rata penilaian 87,5%. LKPD mendapat rata-rata penilaian keseluruhan 84,73%, penilaian ahli materi dari segi kelayakan sebesar 83,71%, dan penilaian ahli pembelajaran dari segi kelayakan sebesar 83,74%.Hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan LKPD Berbasis problem Based Learning mengalami peningkatan dari 45,53% meningkat menjadi 80,17 %, dan LKPD Berbasis Problem based Learning juga mendapat respon dari siswa sebesar 81,15%, termasuk dalam kriteria”Sangat baik”.Kata kunci: LKPD,Problem Based Learning, BerfikirKreatif, Hasilbelajar,ResponSisw
A study of investor response to new product launching: a competitive strategy approach / Eliyani Linda R. and Utami Wiwik.
This study examines investor response to the announcement of new product launching. The research design was event study methodology,where the researchers want to test empirically the investor response to new product launching by considering the business strategy used by each firm. Population of study was all firms listed in Indonesia Stock Exchange, except firms in the financial industry during 2009-2012. The samples were
firms that announced their new products, and were selected based on certain criteria. During the period there were 63 announcements of new product launching from 27 firms. Rivals were identified for comparative
analysis purpose. All firms in the same sub sector were considered as rivals. The announcing firms and its rivals were identified into competitive strategy group (strategic substitutes, strategic complements), by employing
Competitive Strategy Measure in reference to Sundaram, John and John (1996). In this study the announcement-period was two days before and after the announcement date. The analysis was performed by comparing,
before and after, Cumulative Abnormal Return (CAR) for each event of the announcing firms. The average cumulative abnormal return of the announcement period of announcing firms was then compared between
strategy groups (strategic substitutes, strategic complements). In addition, CAR was compared between announcing firms and its rivals in strategic substitutes group, and in strategic complements group. The comparative study showed that the announcing firms in strategic substitutes group gained higher return than the announcing firms in strategic complements group. There was no significant difference between the announcing firms and its rivals, neither in strategic substitutes nor in strategic complements
KAJIAN SOSIAL DAN EKONOMI KELUARGA MISKIN DI DESA KARANGPAKIS DAN DESA MANDURO KECAMATAN KABUH KABUPATEN JOMBANG
AbstrakKesejahteraan merupakan tujuan dari pembangunan nasional. Permasalahan peningkatan kesejahteraan masyarakat masih belum dapat diatasi secara tuntas dan merata di Indonesia. Kondisi ini tercermin pula pada tingginya angka keluarga miskin di Kecamatan Kabupaten yang ada tahun 2016 memiliki angka keluarga miskin tertinggi di Kabupaten Jombang yaitu sebesar 47,72% dengan jumlah 6.775 kepala keluarga. dengan jumlah 6.775 kepala keluarga. Kondisi topografi Kecamatan Kabuh memiliki 2 jenis topografi. Topografi datar dan landai di sebelah selatan dan topografi berbukit di sebelah utara akibat terletak di daerah pegunungan kapur (Pegunungan Kendeng). Mewakili topografi datar yaitu Desa Karangpakis dan untuk mewakili topografi berbukit yaitu Desa Manduro. Penelitian ini bertujuan: 1) untuk mengetahui kondisi sosial masyarakat di Desa Karangpakis dan Desa Manduro Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang 2) untuk mengetahui kondisi ekonomi masyarakat di Desa Karangpakis dan Desa Manduro Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang 3) untuk mengetahui faktor yang menyebabkan perbedaan kemiskinan di Desa Karangpakis dan Desa Manduro Kecamatan Kabuh Kabupaten JombangJenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei, sebagai populasi seluruh kepala keluarga miskin di Desa Karangpakis dan Desa Manduro adalah sebanyak 1131 kepala keluarga sampel penelitian ini berjumlah100 kepala keluarga dengan rincian 42 kepala keluarga dari Desa Karangpakis dan 58 kepala keluarga dari Desa Manduro yang ditentukan menggunakan random sampling atau secara acak. Tehnik pengumpulan data yaitu melalui dokumentasi dan wawancara. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan persentase.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) kondisi Desa Karangpakis dan Desa Manduro sebagai berikut: pendidikan mayoritas di kedua Desa tersebut tidak bersekolah, di Desa Manduro masyarakat yang tidak bersekolah lebih tinggi sebanyak 67,24% dibanding Desa Karangpakis sebanyak 23,81% jenis pekerjaan mayoritas di kedua Desa tersebut sebagai buruh tani, di Desa Manduro lebih tinggi sebanyak 72,41% dibanding Desa Karangpakis sebanyak 71,43%, beban tanggungan mayoritas di kedua desa tersebut berjumlah empat orang (tiga anak satu istri), di Desa Manduro lebih tinggi sebanyak 28,58% dibandingkan dengan Desa Karangpakis sebanyak 18, 97%, dan usia kepala keluarga mayoritas di kedua Desa tersebut 65-69 tahun, di Desa Manduro lebih tinggi sebanyak 17,24% dibandingkan dengan Desa Karangpakis sebanyak 16,67%. 2) Kondisi ekonomi Desa Karangpakis dan Desa Manduro sebagai berikut: pendapatan kepala keluarga mayoritas di kedua desa tersebut Rp.500.000-Rp.599.999, di Desa Manduro lebih tinggi sebanyak 62,07% dibandingan dengan Desa Karangpakis sebanyak 42,86%, pengeluaran keluarga mayoritas di kedua desa tersebut Rp.500.000-Rp.599.999, di Desa Manduro lebih tinggi sebanyak 44,82% dibandingkan dengan Desa Karangpakis sebanyak 42,86%. 3) Faktor yang menyebabkan perbedaan kemiskinan di Desa Karangpakis dan Desa Manduro adalah faktor sosial. Mayoritas di kedua desa tersebut tidak bersekolah, jenis pekerjaannya pun sebagai buruh tani, beban tanggungan mayoritas 4 orang.Kata kunci: Keluarga Miskin, Faktor Sosial, Faktor Ekonom
- …