57 research outputs found
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS MINUMAN KHAS DAERAH DI UPPKS INTAN KENCANA KUNINGAN (JAWA BARAT)
Dalam mewujudkan pembangunan keluarga sejahtera (KS), PKK Desa Ciawigebang
Kuningan, membentuk suatu kelompok UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga Sejahtera). Dengan semangat dan kekompakan yang kuat UPPKS ikut
mewujudkan kegiatan ekonomi produktif guna menunjang atau meringankan
kebutuhan rumah tangga dengan tujuan ingin mengembangkan kualitas kualitas
keluarga yang bercirikan kemandirian ketahanan keluarga yang handal, sehingga
terwujud keserasian antara sesame masyarakat, dan lingkungannya. Sesuai dengan
motto Mentri Kependudukan yang sekarang menjabat Menko Kesra dan Taskin
(Bapak H. Haryono Suyono) yaitu Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS). Kelompok UPPKS tersebut dibentuk pada tanggal 1 oktober 1996 dengan
nama “INTAN KENCANA” dan beranggotakan sebanyak 20 orang. Seiring dengan
banyaknya PHK dari berbagai perusahaan di kota besar, maka UPPKS INTAN
KENCANA menjadi tumpuan kelanjutan hidup mereka. Kegiatan dari produksi INTAN
KENCANA adalah memproduksi pengolahan jeruk nipis menjadi minuman segar
berupa sirup dan tonic mengingat di wilayah tersebut banyak sekali petani jeruk nipis
yang hasil panennya kurang diminati pasar dan juga buah tersebut tidak dapat
dikonsumsi secara langsung, sehingga banyak terbuang percuma. Dengan bantuan
dari berbagai intansi terkait PEMDA kabupaten Kuningan antara lain : BKKBN,
Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Kesehatan, Departemen Tenaga
BPPK/KKB, Intan kencana melangkah setapak demi setapak memproduksi dan
memasarkan olahan produk sirup dan tonic jeruk nipis peras dengan nama
“KENCANA”. Dengan melihat perkembangan wisata di Kabupaten Kuningan yang
semakin meningkat menambah suatu peluang pasar bagi kelompok Uppks Intan
Kencana karena hasil produksi yang didapatkan kebanyakan dijual di toko oleh –
oleh. Selain perkembangan wisata yang semakin baik adanya kebijakan pemerintah
daerah yang menguntungkan di bidang pariwisata secara tidak langsung
mempengaruhi usaha atau bisnis dibidang yang sejenis. Karena itu banyak perusahan
yang ada dibidang tersebut berlomba untuk mendapatkan keuntungan dari kebijakan
tersebut, salah satunya Uppks Intan Kencana yang sedang melakukan pengambangan
usaha olahan minuman jeruk nipis peras, pengembangan usaha ini dilakukan untuk
mencari strategi terbaik dalam menghadapi pasar yang semakin ketat karena adanya
kebijakan pemerintah tersebut. Selain itu tidak menutup kemungkinan akan munculnya
pesaing baru yang akan menjadi ancaman bagi perusahaan.penyusunan strategi ini
menggunakan analisis swot untuk mengetahui faktor – faktor internal dan eksternal
dari perusahaan, faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan kemudian faktor
eksternal berupa ancaman dan peluang. Penggunaan swot dimaksudkan untuk
menganalisis kemungkinan yang akan dijadikan strategi dan kemungkinan yang akan
dilakukan perbaikan atau pengembangan. Selain dengan swot analisis juga dilakukan
dengan analisis keuangan atau dengan cara mengolah proyeksi keuangan selama
periode yang telah ditentukan yaitu 5 tahun, pengolahan ini akan menghitung
kebutuhan modal/investasi, proyeksi harga pokok produksi/harga pokok penjualan,proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, proyeksi neraca, proyeksi BEP,
proyeksi payback period dan proyeksi IRR. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
estimasi dari rencana pengembangan bisnis tersebut, dari proyeksi kebutuhan modal
didapatkan sebesar Rp. 1.176.460.000 selama 5 tahun produksi, namun modal yang
dipakai adalah untuk 2 tahun periode pertama sebesar Rp. 196.076.666,67, kebutuhan
modal/investasi dipengaruhi oleh kenaikan bahan baku atau inflasi. Proyeksi hpp atau
harga pokok penjualan untuk tahun pertama dengan mengambil keuntungan 30%
sebesar Rp. 10.163,6. Dan semakin naik ditahun berikutnya untuk menyesuaikan
keuntungan dari modal yang diberikan. Proyeksi laba rugi pada tahun pertama
sebesar Rp. 113.757.109 dari laba bersih dan semakin naik di tahun berikutnya.
Proyeksi arus kas pada tahun pertama didapatkan sebesar Rp. 273.005.483,62 dan
semakin naik ditahun berikutnya. Proyeksi unit BEP pada tahun pertama sebesar
90.730 unit dan nominal BEP sebesar Rp. 922.135.078 pada tahun pertama dan
semakinmeningkat pada tahun berikutnya. Proyeksi Payback period didapati
terjadinya pengembalian pada tahun ke tiga dengan pengembalian sebesar Rp.
114.788.517,87 semakin besar pada tahun berikutnya. Proyeksi IRR didapati
percepatan nilai investasi dengan MARR sebesar 9% dari bank BRI dan didapatkan
IRR sebesar 9,40%. Dengan demikian Pengembangan strategi bisnis ini layak untuk
dilaksanakan karena MARR lebih kecil dari IRR
PERENCANAAN ANGGARAN DI DIVISI IV PERUM JASA TIRTA II DENGAN SISTEM ACTIVITY BASED BUDGETING
Abstrak : Penganggaran perusahaan ( Budgeting ) merupakan suatu proses perencanaan dan pengendalian kegiatan operasi perusahaan yang dinyatakan dalam satuan kegiatan dan satuan uang, yang bertujuan untuk memproyeksikan operasi perusahaan tersebut dalam proyeksi laporan keuangan. Perubahan kendali bisnis yang terjadi pada dekade terakhir ternyata telah berubah dimana peranan konsumen menjadi sangat penting bagi perusahaan, dan mempengaruhi berbagai keputusan yang harus diambil oleh pengusaha, hal tersebut menyebabkan banyak produsen mengubah secara radikal prinsip-prinsip manajemen yang diterapkan dalam menjalankan organisasi perusahaan. Struktur organisasi diubah menjadi fleksibel dengan membangun tim lintas fungsional, untuk memungkinkan fokus usaha seluruh personel tercurah ke kepuasan konsumen dan untuk menjadikan organisasi responsif terhadap setiap perubahan yang terjadi atau yang potensial akan terjadi di lingkungan bisnis. Dengan perubahan yang terjadi, pengelolaan anggaran yang berbasis fungsi yang telah biasa digunakan oleh manajemen banyak yang diubah menjadi pengelolaan berbasis aktivitas (Activity Based Management). Manajemen berbasis aktivitas ini menuntut eksekutif untuk mengubah cara yang digunakan untuk menyusun anggaran, dari functional based budgeting ke Activity Based Budgeting (ABB).
Kata Kunci : Anggaran,Functional Based, Budgeting, Activity Based Budgetin
Analisa Strategi Pemasaran Pada Divisi Business Service Di PT. Telkom
Seiring dengan pertumbuhan layanan akses internet yang semakin tinggi
maka semakin tinggi pula tingkat persaingan yang harus dihadapi oleh PT Telkom.
Untuk menjadi unggul dalam menghadapi persaingan yang ketat, maka dengan ini
pihak manajemen PT Telkom harus menciptakan strategi pemasaran yang tepat,
guna menciptakan posisi yang baik dan bernilai sehingga membuat perusahaan
terus mendapatkan keuntungan.
Strategi pemasaran yang digunakan untuk menjawab pokok persoalan
dalam penelitian ini adalah Bauran Pemasaran dan Analisis SWOT, dimana
Bauran Pemasaran yang digunakan menggunakan metode 8P yaitu produk
(product), promosi (promotion), tempat dan waktu (place and time), harga (price),
orang (people), produktivitas dan kualitas (productivity and quality), proses
(process), dan bukti fisik (physical evidence). Analisis SWOT merupakan
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan, dimana secara umum penentuan strategi yang tepat bagi perusahaan
dimulai dengan mengenali opportunity (peluang) dan threat (ancaman) yang
terkandung dalam lingkungan eksternal serta memahami strength (kekuatan) dan
weakness (kelemahan) pada aspek internal perusahaan.
Metode Interview atau Wawancara serta metode kuisioner adalah metode
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara mengadakan
wawancara langsung dengan orang-orang yang terlibat pada permasalahan yang
dibahas. Metode Studi Kepustakaan, metode ini dilakukan dengan menjadikan buku
sebagai sumber objek. Metode Observasi Langsung, metode ini dilakukan dengan
cara melakukan pengamatan dan penelitian kegiatan pelaksanaan pada objek
penelitian secara langsung.
Berdasarkan nilai bobot dan rating setiap unsur matrik yang diperoleh,
maka diketahui bahwa posisi perusaaahn saat ini berada pada kuadran I, yaitu
kuadran Aggresive yang terletak pada titik koordinat (0,85 ; 0,9). Hasil analisis
SWOT PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, diatas menunjukkan bahwa
strategi yang terpilih adalah Strategi Strength–Opportunity (Strategi SO). Strategi
ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang
eksternal. Strategi SO berusaha dicapai dengan menerapkan strategi ST, WO, dan
WT.
Berdasarkan hasil Bauran Pemasaran dan analisis SWOT, maka
disimpulkan PT. Telkom akan tepat apabila melakukan Growth Strategy (Strategi
Pertumbuhan), strategi ini didesain untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam
penjualan, asset, profit, atau kombinasi dari ke tiganya, hal ini dapat dicapai
dengan cara menurunkan harga, mengembangkan produk baru, menambah
kualitas jasa, atau meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas
HOUSE OF QUALITY DALAM PERANCANGAN KUALITAS PELAYANAN ( STUDI KASUS HOTEL X)
Abstrak: QFD dikembangkan pertama kali di Jepang oleh Mitshubishi’s Kobe Shipyard pada tahun 1972, yang kemudian diadopsi oleh Toyota. Ford Motor Company dan Xerox membawa konsep ini ke Amerika Serikat pada tahun 1986. Semenjak itu QFD banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang, Amerika Serikat dan Eropa. Perusahaan-perusahaan besar seperti Procter & Gamble, General Motors, Digital Equipment Corporation, Hewlett-Packard, dan AT&T kini menggunakan konsep ini untuk memeperbaiki komunikasi, pengembangan produk, serta proses dan sistem pengukuran. Berdasarkan definisinya, QFD merupakan praktik untuk merancang suatu proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan. QFD menerjemahkan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang dihasilkan organisasi. QFD juga merupakan praktek menuju perbaikan proses yang dapat memungkinkan organisasi untuk melampaui harapan pelanggannya..
Kata Kunci : Quality Function Deployment
Analisis pengukuran Beban Kerja Operator dengan menggunakan metode draws(Study kasus pada Departemen Preparation dan Departemen Assembly line 3 PT. Tetrapak Stainless Equipment.
Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin,
peralatan dan tenaga kerja. manufaktur juga adalah suatu medium proses dimana bahan
mentah dirubah menjadi bahan jadi yang akhirnya dijual ke konsumen. Istilah ini bisa
digunakan untuk aktivitas manusia mulai dari kerajinan tangan sampai ke produksi
dengan teknologi tinggi, namun demikian istilah ini lebih sering digunakan untuk dunia
industri dimana bahan baku diubah menjadi barang jadi dalam skala yang besar. Dalam
skala besar ini lah tidak menutup kemungkinan terjadinya kesalahan dalam bekerja
(Human Error) karena manusia yang berperan sebagai operator dalam melakukan
pekerjaan memiliki keterbatasan baik dalam segi tenaga, waktu pengerjaan ataupun
konsentrasi dalam melalukan pekerjaan. Kesalahan dalam bekerja (Human Error) ini lah
dapat menghambat proses produksi sehingga dapat merugikan perusahaan. Oleh karena
itu masalah tersebut akan diteliti menggunakan metoda Defence Research Agency
Workload Scale (DRAWS) dengan 4 variabel beban kerja yaitu Input Demand, Central
Demand, Output Demand dan Time Pressure.
PT. Tetra Pak Stainless Equipment (PT. TPSE) adalah suatu perusahaan
subsidiary dari Tetra Pak Swedia. PT. Tetra Pak Stainless Equipment adalah nama baru
dari perusahaan yang bernama Indo Laval yakni perusahaan yang bergerak dibidang
pembuatan komponen-komponen atau tanki yang terbuat dari stainless steel. Tingginya
beban kerja yang dirasakan operator Departemen Preparation dan Departemen
Assembly Line 3 menjadi penting untuk melakukan analisis beban kerja. Sehingga yang
menjadi rumusan masalah pada penelitian kali ini adalah seberapa besar beban kerja
yang dirasakan operator Departemen Preparation dan Departemen Assembly Line 3,
variabel beban kerja metode DRAWS apa saja yang paling dominan dirasakan oleh
operator di Departemen Preparation dan Departemen Assembly Line 3 termasuk beban
kerja fisik atau beban kerja mental.
Dari hasil rata-rata tiap bagian maka dapat dihitung rata-rata beban kerja dari
keseluruhan operator Departemen Preparation dan Departemen Assembly Line 3, yaitu
Departemen Preparation sebesar 53.18% dan pada Departemen Assembly Line 3
51.15% pada kedua Departemen ini termasuk kedalam kategori optimal load sehingga
pada Departemen Preparation dan Departemen Assembly Line 3 dapat distandarkan
beban kerjanya menjadi optimal load. Pada Departemen Preparation dan Departemen
Assembly Line 3 mengalami beban kerja yang berbeda diantranya pada Work Center
Cutting, Rolling dan Finish Assembly mengalami beban kerja fisik, pada Work Center
Forming, Grinding, Glass Beading, dan Finish Assembly mengalami beban kerja mental,
Sedangkan pada Work Center Assembly Agitator (Mixing Unit) dan Final Polishing
mengalami beban kerja fisik dan mental (Seimbang). Namun hasil rata-rata beban kerja
yang dirasakan pada Departemen Preparation adalah katagori beban kerja mental
sengkan pada Departemen Assembly Line 3 termasuk dalam katagori beban kerja fisik
dan mental (Seimbang).
Beban kerja mental berpengaruh terhadap konsentrasi dan perhatian yang
dibutuhkan karyawan untuk mengerjakan suatu tugas. Apabila beban kerja mental
rendah maka konsntrasi dan perhatian yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu tugas
akan minimal jumlahnya. Diperlukan adanya usaha yang sangat tinggi dalam
menyelesaikan pekerjaannya agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu
harus didukung dengan kondisi fisik dan mental serta lingkungan dan sistem kerja yang
baik
KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH KECEPATAN PUTAR NOSEL TERHADAP LAJU KONDENSASI PADA PROSES FLASHING
Salah satu cara yang dilakukan untuk memperoleh air bersih adalah dengan cara
mengubah air laut menjadi air tawar dengan proses flashing. Metode flashing
adalah metode penguapan air secara cepat dalam tabung evaporasi pada tekanan
rendah melalui proses throttling. Proses throttling yaitu mendesak air laut dengan
tekanan dan temperatur tertentu masuk melewati nosel agar terjadi kabut,
kemudian kabut tersebut berada didalam tabung yang bertekanan vakum untuk
dikondensasi sehingga air yang mengandung garam akan terpisah dengan air
tawar. Salah satu cara agar proses flashing memungkinkan untuk terjadinya laju
kondensasi lebih banyak yaitu dengan memanfaatkan nosel berputar agar kabut
yang keluar dari nosel mengisi ruang tabung epavorasi. Adapun tujuan dari
eksperimen ini yaitu mengetahui kecepatan putar nosel yang optimal pada proses
flashing untuk menghasilkan air tawar yang maksimal dengan temperatur air
umpan, tekanan vakum, dan tekanan air umpan tetap tetapi kecepatan putar nosel
yang diubah-ubah. Variabel pengujian kecepatan putar nosel yang dilakukan yaitu
0 rpm, 15 rpm, 20 rpm, 25 rpm, 29 rpm dan 34 rpm. Pada setiap variabel
kecepatan putar nosel diambil sebanyak 5 data dengan melakukan dua kali
pengujian untuk setiap datanya. Pengujian pertama dilakukan 70 menit dan
pengujian kedua dilakukan berdasarkan temperatur kabut dalam tabung pada
pengujian pertama sudah mulai dianggap steady atau tetap. Pengambilan data
dilakukan dengan mikrokontroler arduino uno menggunakan sensor temperatur
LM35, setelah data diperoleh kemudian data diolah menggunakan metode data
statistik dengan tingkat kepercayaan 95%.
Dari eksperimen yang dilakukan, kecepatan putar nosel yang optimal
menghasilkan laju kondensasi terbanyak adalah 15 rpm dengan laju kondensasi
3,66 ml/menit, sedangkan laju kondensasi terendah adalah kecepatan putar nosel 0
rpm atau keadaan nosel diam dengan laju kondensasi 0,85 ml/menit.
Kata kunci : Desalinasi, Flashing, Nosel berputar
Usulan Perbaikan Proses Bisnis Penanganan Claim Warranty Menggunakan Metode IDEF dan Business System Planning Di PT. UNITED TRACTORS PANDU.
A well fast Warranty claims handling service will make the customer satisfied
product users, although there is a problem with its new product. In the case of
warranty claim service at PT. United Tractors Pandu Engineering (PT. UTPE)
has a department that one of them dealing with the warranty claim is part of the
Customer Support Dept. PT UTPE get a warranty claim from the customer on
average about 30% per year of the total product delivery, does not all of a
customer claim is approved and become a warranty claim to be PT UTPE repair /
replace.
The process of claim warranty on a product Patria is complex, and long, starting
from the complaint that there is no dedicated account that receives complaint, the
decision to claim the warranty is accepted or not too long after that the process of
repair / replacement on claim problems occur quite long and not transparent, At
the PT. UTPE was no specific targets for the completion of this warranty claim.
So that any incoming warranty claims take a long time, and the process flow is
unclear and uncertain. The average settlement of warranty claim is average 20
days, while its rugged targets is 14 days.
On the basis of the analysis is carried out current business processes, to produce
a proposal business process better. Making the proposed business processes were
performed using Business Process Reengineering and assistance methods
Business System Planning (BSP). Then the proposal is modeled with IDEFØ
From the analysis process resulted in the proposal that has been done business
processes, in terms of process flow, matrix lead time process, and the other
supporting the proposal in order to get the business processes better, faster, clear
and transparent.
Keywords: Business Process Reengineering, Business system Planning, Warranty
Clai
Simulasi Proses Bisnis Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Usaha (Studi Kasus : BPMPT Kabupaten Garut)
Pelayanan perizinan yang baik, jelas, dan cepat akan membuat pemohon
menjadi puas atas pelayanan yang diberikan. Berhubungan dengan pelayanan
perizinan, kabupaten Garut memiliki Dinas yang khusus mengelola perizinan.
Dinas tersebut adalah Badan Penanaman Modal dan Perizinan Tepadu
(BPMPT).BPMPT ini mengelola sekitar 126 izin untuk melayani masyarakat di
Kabupaten Garut.Namun pada kondisi saat ini, hanya sekitar 15jenis i zin sering
diajukan oleh berbagai pemohon dari total 126 izin tersebut. Tetapi ada salah
satu izin yang sangat sulit untuk diproses dan tergolong rumit yaitu Izin
Mendirikan Bangunan (IMB). IMB pada pihak BPMPT dibagi dua yaitu IMB
Rumah Tinggal dan IMB Usaha. Berdasarkan kedua jenis IMB tersebut, IMB
Usaha tergolong jenis izin yang cukup rumit dibandingkan IMB Rumah Tinggal.
Proses IMB Usaha tergolong rumit karena penyelesaian perizinan
membutuhkan waktu lama dan aliran proses yang tidak pasti serta tidak jelas.
Umumnya waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian IMB kurang lebih 2- 3
bulan atau 30 hari, sedangkan berdasarkan Standar Operasional Prosedur
penyelesaian IMB ditargetkan 14 Hari . Walaupun pemerintah telah berusaha
untuk memperbaiki proses pelayanan terutama dalam IMB, tetapi tetap tidak bisa
dioptimalkan.
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan analisis terhadap proses bisnis
yang berguna untuk menghasilkan usulan proses bisnis menggunakan Business
Process Reengineering dengan bantuan metode Business System Planning (BSP)
dan penetapan target menggunakan Key Performance Indicator (KPI). Kemudian
dari analisa yang dilakukan, proses dimodelkan menggunakan Flow Diagram,
Node Index, IDEF O dan VSM serta di validasi menggunakan simulasi. Simulasi
yang digunakan adalah BP Simulator.
Analisa proses yang telah dilakukan menghasilkan usulan proses bisnis
dari segi aliran proses dan waktu pengerjaan. Dengan menggunakan usulan
proses bisnis, pelayanan IMB Usaha dapat direduksi menjadi 10 hari atau proses
berkurang sebanyak 66.67% dari penyelesaian IMB sekitar 30 hari atau proses
berkurang sekitar 85% dari penyelesaian IMB sekitar 2 –3 bulan. Hal tersebut
menyebabkan proses mengalami perubahan yang cukup radikal dan proses bisnis
terlihat menjadi lebih sederhana.
Kata Kunci : Business Process Reeengineering, Business System Planning, Key
Performance Indicator, radikal, Bp Simulator
PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RANK ORDER CLUSTERING (ROC) DAN ALGORITMA BOND ENERGY (BE) PADA PT. AGRONESIA (INKABA)
Perancangan layout fasilitas memiliki peranan penting dalam menunjang kelancaran proses produksi yang berdampak terhadap ketepatan waktu penyelesaian sebuah produk. PT. Agronesia (INKABA) merupakan perusahaan make to order yang memproduksi komponen-komponen yang terbuat dari bahan karet (rubber).
Saat ini PT. Agronesia (INKABA) menggunakan tipe layout by process. Besarnya variasi routing produk menyebabkan permasalahan tipe layout saat ini yaitu total jarak perpindahan material sangat besar. Penelitian ini menerapkan pendekatan metoda Group Technology untuk menyusun kembali tata letak pada proses 15 jenis produk yaitu Fender Tipe V 500inc x 1500inc, Fender SUC 1000, Fender Tipe W 450inc x 450inc, Coupling Fender (INKABA), Coupling PELNI, Rubber Block 4inc x 15/4inc x 50 3/4inc, Rubber Block 4inc x 4inc x 50 3/4inc, Rubber Bellow, Bering Pad, Rubber Hose Tanpa Flange, Rubber Elbow, Rubber Sucmelt, Engine Monting, Foot Step Yamaha, dan Rubber Seed 6mm x 1000mm x 10000mm.
Menyusun kembali tata letak berdasarkan aliran dan jarak produksi pembuatan 15 produk yang diteliti dan menganalisa kesamaan routing operasi yang bervariasi menjadi sebuah konfigurasi layout yang dapat meminimasi jarak perpindahan total dan mengurangi biaya material handling. Metode Group Technlogy digunakan untuk menghasilkan ongkos material handling yang minimum. Dalam Group Technology terdapat beberapa macam algoritma tetapi dalam permasalahan ini hanya menggunakan algoritma Rank Order Clustering (ROC) dan Bond Energy (BE).
Perhitungan OMH awal dengan tata letak yang sudah ada menghasilkan ongkos material handling sebesar Rp. 610.957,00. Sedangkan untuk ongkos material handling berdasarkan algoritma Rank Order Clustering (ROC) sebesar Rp. 592.066,50. Dengan tata letak baru yang terpilih berdasarkan algoritma Bond Energy (BE) menghasilkan OMH sebesar Rp. 547.293,00 nilai tersebut memiliki selisih sebesar 10% dari ongkos material handling tata letak awal
PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN SUPPLIER PRODUK OUTSOLE MENGGUNAKAN ANALYTIC HIERRARCHY PROCESS STUDI KASUS DI CV. CAT STYLE BANDUNG
Dewasa ini, pertumbuhan industri-industri di Indonesia berkembang cukup pesat, tanpa terkecuali di Jawa Barat. Oleh sebab itu persaingan yang terjadi antar industri-industri pun semakin ketat yang mana menuntut industri untuk dapat menciptakan suatu proses kerja yang efektif dan efisien dengan tidak mengurangi standard kualitas yang dihasilkan sehingga kepuasan pelanggan (customer satisfaction) terjaga. CV. Cat Style perusahaan yang bergerakdibidang fashion yaitusepatupantofel. Perusahaan inimembuatberbagaimacamsepatupantofeldenganmerk yang berbeda-bed.Belakanganiniperusahaanmembutuhkan supplier alternatif, karena supplier kuncisebelumnyatidakbisamemenuhikebutuhanbahanbakukulituntukmembuatsepatupantofel.
Berdasarkanlatarbelakang di atasmakamasalah yang menjadipokokpenelitiantugasakhiriniyaitu “Bagaimanamenentukan supplier terbaikuntukbahanbakukulitsepatu di Cat Style Bandung?”.Untukmenjawabpertanyaantersebutharusmengetahuikriteriaapasaja yang paling berpengaruhdalampemilihan supplier bahanbakukulituntuksepatu.
mejawab perumusan masalah haruslah dilakukan pemilihan suatu pendekatan atau metode yang tepat agar sasaran dituju dapat dicapai. Dimana pendekatan yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di CV. Cat Style dengan menggunakan metode AHP (Analytic Hierarchy Process), metode tersebut mengelompokan tiap kriteria, sub-kriteriadanalternatif supplier yang telah ditentukan.Model quality, cost, flexibility, delivery, responsiviness (QCFDR) dipakaiuntukkriteriadanterdapat 11 faktoruntuk sub-kriteria.Hasil pembahasan, merupakan hasil pengolahan data dengan metode pemecahan masalah itu sendiri. Dimana pembahasan, membahas yang menjadi point – point penting yang perlu diperhatikan dari hasil pengolahan data, sehingga didapat sebuah penyelesaian masalah dari pengolahan data itu sendiri.Kriteria yang paling memberikan kontribusi terhadap pemilihan supplier CV. Cat Style adalah kriteria quality dengan bobot tertinggi sebesar 0,450, selanjutnya diikuti oleh kriteria cost dengan bobot 0,210, kriteria responsiviness dengan bobot 0,130, kriteria flexibility dengan bobot 0,120 dan yang terakhir kriteria delivery dengan bobot paling kecil yaitu 0,070. Alternatif pemilihan supplier yang tepat bagi perusahaan adalah (PT. W dengan bobot 0,391, PT. V dengan bobot 0,322, PT. X dengan bobot 0,163, PT. Y dengan bobot 0,120 dan PT. Z dengan bobot 0,105). Supplier dengan bobot yang paling besar adalah supplier terbaik.
Kesimpulan dan saran, berisikan hasil yang benar–benar akhir berdasarkan dari pengolahan data dan pembahasan masalah itu sendiri, sehingga kesimpulan itu sendiri hasil akhir dan jawaban dari perumusan masalah yang telah dirumuskan pada langkah pertama. Saran merupakan kelanjutan dari tahapan kesimpulan, dimana yang bertujuan untuk memberi masukan kepada pihak yang terkait yaitu CV. Cat Style sehingga menjadi lebih baik lagi kedepannya setelah mengaplikasikan pemecahan masalah yang telah dikerjakan
- …