6 research outputs found

    Perbaikan Performa Mesin Dengan Integrasi Metode Overall Equipment Effectiveness (Oee) Dan Konsep Lean Manufacturing (Studi Kasus Pada Perusahaan Pupuk Pt. Sbk)

    Get PDF
    Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah salah satu metode pengukuran dasar yang ada dalam konsep Total Productive Maintenance (TPM), yang terdiri dari serangkaian pengukuran kinerja yang dianggap sesuai untuk penilaian efektivitas peralatan secara keseluruhan dalam rangka peningkatan produktivitas. Permasalahan yang dihadapi PT. SBK saat ini adalah masih tingginya downtime mesin serta jumlah produk gagal yang dihasilkan juga masih cukup besar. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan usulan kepada perusahaan dalam rangka perbaikan sistem produksi yang lebih baik. Penelitian ini akan mengintegrasikan metode pengukuran OEE dengan metode analisis masalah yang ada dalam konsep Lean Manufacturing. Pengukuran OEE didasari oleh tiga faktor utama yaitu: Availability, Performance, dan Quality. Ketiga faktor tersebut akan dijabarkan kedalam beberapa jenis kerugian atau disebut dengan “Six Big Losses”, yang kemudian dikonversikan ke dalam waste (pemborosan). RCA (Root Cause Analysis) dipergunakan untuk mengidentifikasi aktivitas-aktivitas apa saja yang tidak memiliki nilai tambah atau Non Value Activity (NVA). Analisis RCA akan menjadi dasar untuk dalam melakukan penilaian dengan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) dengan cara menentukan RPN (Risk Priority Number). Hasil perhitungan RPN menjadi rujukan dalam mengambil tindakan perbaikan dan pencegahan yang harus dilakukan oleh perusahaan. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai availability rate adalah sebesar 88,82%; performance rate 93,70% dan quality rate 98,20%; sehingga nilai OEE yang diperoleh adalah 81,73%. Tingginya downtime akibat kerusakan mesin dan lamanya waktu set-up adalah penyebab utama rendahnya efektivitas mesin. Usulan perbaikan yang harus dilakukan oleh perusahhan adalah dengan menambah jadwal perawatan mesin, memperbaiki metode kebersihan dan membuat tempat penyimpanan bahan baku dan bahan bakar yang tertutup

    PELATIHAN PEMBUATAN DIGESTER BIOGAS SEDERHANA BAGI KELOMPOK PKK NEFONAEK

    Get PDF
    ABSTRAKKelurahan Nefonaek merupakan salah satu kelurahan di Kota Kupang yang padat penduduknya,hal ini sudah tentu berpengaruh besar pada sampah yang dihasilkan. Karena banyaknya sampah yang dihasilkan, maka seringkali masyarakat membuang tidak pada tempatnya. Seperti yang terjadi di Jalan Supul 2, sampah - sampah dibuang oleh masyarakat di tanah kosong depan perumahan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan praktek pembuatan digester biogas sederhana. Melalui kegiatan ini diharapkan ibu – iubu rumah tangga dapat mengolah sampah rumah tangga menggunakan digester biogas sederhana. Metode yang digunakan dalam pengabdian adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, simulasi dan praktik. Hasil dari kegiatan pengabdian ini yaitu ibu – ibu kelompok PKK Nefonaek mendapat pengetahuan tentang cara mengelola sampah organik, serta dapat membuat digester biogas sederhana dengan menggunakan bahan yang ada disekitar perumahan. Kata kunci: sampah organik; pengelolaan sampah; digester biogas sederhana. ABSTRACTKelurahan Nefonaek is one of the urban villages in Kupang City which is densely populated, this of course has a big effect on the waste produced. Because of the large amount of waste generated, people often dispose of it inappropriately. As happened on Jalan Supul 2, the community discards garbage on the empty land in front of the housing. The purpose of this activity is to provide knowledge about household waste management and the practice of making a simple biogas digester. Through this activity, it is hoped that housewives can process household waste using a simple biogas digester. The methods used in the community service are lecture, question and answer, discussion, simulation, and practice methods.The results of this service were that the women of the Nefonaek PKK group got knowledge about how to manage organic waste, and were able to make a simple biogas digester using materials around the housing. Keywords: organic waste; waste management; a simple biogas digester

    PERBAIKAN FINISHING PRODUK OLAHAN KAYU JATI BAGI PENGRAJIN LOKAL DI KOTA KUPANG

    Get PDF
    ABSTRAKPermasalahan utama yang dihadapi kelompok pengrajin Airnona dan Sikumana adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam mengerjakan finishing pada produk olahan kaju jati yang mereka geluti. Mencermati permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan edukasi dan pelatihan tentang berbagai metode finishing pada produk hasil kerajinan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mengasah keterampilan para pengrajin tentang proses finishing produk olahan kayu jati. Dalam kegiatan pengabdian ini menggunakan metode ceramah dan diskusi dilanjutkan dengan praktek finishing produk yang difokuskan pada jenis aplikasi milamin. Setelah Kegiatan pengabdian ini selesai dilakukan, diharapkan peserta pelatihan mengetahui salah satu metode finishing yang baik dan mampu mengaplikasikanya. Ada empat tahapan yang dilakukan dalam kegiatan pengabdian ini, yaitu: kegiatan persiapan yang meliputi diskusi kebutuhan pengrajin, kegiatan manufacturing yaitu mempersiapkan modul produk yang akan difinishing, kegiatan pelatihan finishing produk yang berhubungan dengan aplikasi milamin, dan kegiatan pelatihan manajemen yang meberi wawasan kepada pengrajin tentang tata cara pencatatan dan pengelolaan keuangan. Dari hasil evaluasi terhadap kegiatan pengabdian yang telah dilakukan terlihat bahwa pengetahuan peserta pelatihan terhadap proses finishing produk olahan kayu jati semakin meningkat dan telah mampu mengaplikasikan jenis finishing milamin pada produk olahan dengan baik dan benar. Dari hasil pencatatan keuangan terlihat ada kenaikan penghasilan pengrajin setelah pelaksanaan kegiatan pengabdian ini. Pengrajin berharap ada kesinambungan kegiatan seperti ini dimasa yang akan datang. Kata Kunci : kayu jati; finishing; pelatihan. ABSTRACTThe main problem faced by the Airnona and Sikumana craftsman groups is the lack of knowledge and skills in finishing the processed teak products they are involved. Observing these problems, it is necessary to conduct education and training on various finishing methods on handicraft products. This community service activity aims to provide knowledge and hone the skills of artisans about the process of finishing teak wood products. This service activity uses the lecture and discussion method followed by product finishing practices focused on melamine application. After this service activity is completed, it is hoped that the trainees will know one suitable finishing method and apply it. There are four stages carried out in this service activity, namely: preparation activities which include discussing the needs of artisans; manufacturing activities, namely preparing product modules to be finished, product finishing training activities related to melamine applications, and management training activities that provide insight to artisans about procedures for recording and managing finances. From the results of the evaluation of the service activities that have been carried out, it can be seen that the trainees' knowledge of the finishing process of processed teak wood products is increasing, and they have been able to apply the type of melamine finishing to processed products correctly and adequately. From the results of financial records, it can be seen that there is an increase in the income of artisans after implementing this service activity. The craftsmen hope that there will be continuity of activities like this in the future. Keywords: teak wood; finishing; training.

    UPAYA MENCIPTAKAN LINGKUNGAN YANG SEHAT MELALUI PEMBUATAN MCK BAGI WARGA KAMP PENGUNGSI TIMOR BARAT

    Get PDF
    ABSTRAKKamp pengungsi Dilor Tuapukan adalah salah satu contoh kamp pengungsi di Timor Barat yang masih dihuni oleh pengungsi sejak tahun 1999.  Kamp pengungsi seluas ± 2,25 ha (150 m x 150 m) ini dihuni oleh 111 KK dengan jumlah jiwa sebanyak 275 orang. Seluruh KK tinggal di rumah darurat yang tidak layak huni sesuai standar rumah sehat dengan kondisi ALADIN (atap, lantai, dinding) seadanya yakni atap dari daun gewang, dinding dari bebak/pelepah dan lantai tanah. Selain itu, ketersediaan MCK pun sangat kurang, bahkan mayoritas KK (± 85%) di kamp ini tidak memilik MCK sendiri, sehingga mereka memanfaatkan kebun di sekitar kamp untuk buang air besar (BAB). Dari hasil pantauan di wilayah kamp pengungsi Dilor terlihat ada sebuah MCK permanen, 12 MCK darurat berdinding daun gewang tanpa closet. Saluran pembuangan air dari MCK pun macet sehingga air tergenang disepanjang saluran. Hal ini tentu menciptakan lingkungan yang tidak sehat. Tidak tersedianya MCK yang layak sesuai standar kesehatan disebabkan karena keterbatasan dana untuk membangun MCK serta ketidakpahaman warga akan pentingnya kesehatan lingkungan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengatasi ketidaktersediaan MCK dengan membuatkan MCK umum bagi warga. Kegiatan ini dilaksanakan selama 2 bulan dan menghasilkan 2 unit MCK permanen dengan masing-masing MCK memiliki 3 kamar. Setelah MCK selesai dibuat dan digunakan, selanjutnya tim pelaksana melakukan monitoring ke lokasi setiap 2 minggu sekali untuk memantau aktifitas warga dalam menggunakan MCK. Hasilnya menunjukkan bahwa warga tidak buang air besar (BAB) sembarangan. Kata kunci: kamp pengungsi; lingkungan; MCK. ABSTRACTThe DilorTuapukan refugee camp, is one of the refugee camps in West Timor that has been inhabited by refugees since 1999. The area of this camp is approximately 2.25 hectares (150 m x 150 m).This refugee camp is inhabited by 111 families with a total of 275 people.The whole family lives at emergency houses. The houses are not suitable for habitation (viewed from the Healthy Home Standard).  The condition of the houses that they live in, especially in terms of ALADIN (roof, floor, walls) conditions is very unhealthy and very simple. The roof of the houses are made of Gewang Leaves, the walls are made of Bebak / Midrib and the floor are made of land only. In addition, the availability of facilities for bathing, washing clothes, and defecating (MCK) are very lacking. The majority of families (± 85%) in this camp do not have their own toilet. To carry out the MCK activities, they used the garden around the camp. For example, to defecate (BAB) is stiffened in the garden area. From the results of monitoring in the area of the Dilor refugee camp, it can be seen that there is a permanent toilet only, 12 emergency toilets with Gewang leaf walls without watercloset. The drainage channel from the toilets was jammed, so that the water was stagnant along the channel. This certainly creates an unhealthy environment. The unavailability of proper toilets according to health standards, are due to limited funds to build toilets, and residents' lack of understanding of the importance of environmental health. Therefore, to overcome the unavailability of toilets, the implementation team will make public toilets for residents. This activity was carried out for 2 months, and has succeeded build 2 permanent MCK units with each MCK having 3 rooms. Keywords: refugee camp; environment; MCK

    Akibat peningkatan tekanan gesek terhadap kekuatan tarik sambungan pada proses pengelasan gesek continuous drive AA6061- baja karbon sedang

    Get PDF
    The objective of this research was to get the effect of friction pressure on the tensile strength of the joining of aluminum alloy AA6061 and carbon steel, with continuous drive friction welding process. Variations of friction pressure of this research were 24 MPa, 32 MPa, and 40 MPa. In this study, a friction time 9 seconds was used. Other friction welding variables were, forging pressure 79 MPa, forging time 60 seconds, and friction rotation speed 1600 rpm. The independent variable was the ultimate tensile strength of the welded joint. The results showed that the increase in the tensile strength of the joint was not linear with the increase of frictional pressure. The rate of the increase in the tensile strength of the connection, will decrease after the frictional pressure passes through 32 MPa. When the rate of increase in the tensile strength of the joint begins to decrease, the joint will become more brittle. The maximum tensile strength of the joint in this study was 167.421 MPa at a frictional pressure of 40 MPa
    corecore