Microwave accelerated efficient synthesis of N-fluorenylmethoxycarbonyl/t-butoxycarbonyl/benzyloxycarbonyl-5- oxazolidinones

The synthesis of N-protected 5-oxazolidinones using amino acids, paraformaldehyde and p-toluene sulfonic acid in a minimum amount of toluene accelerated by microwave irradiation for 3 min in high yield is described. © 2002 Elsevier Science Ltd. All rights reserved

N-Silylation of amines and amino acid esters under neutral conditions employing TMS-Cl in the presence of zinc dust

An expedient synthetic approach to N-silylamines has been developed. The protocol, using TMS-Cl/zinc dust instead of BSA, is useful for the conversion of amines or amino acid esters to the corresponding silyl derivatives, followed by acylation with an acyl chloride or Fmoc-amino acid chloride to give the corresponding amide or peptide. This procedure, affording products in good to excellent yields, is also efficient for the coupling of sterically hindered amino acids like α,α-dialkylamino acids and NMe-amino acids. Further, the use of an equimolar quantity of organic base, such as Et 3N/pyridine, is circumvented. © 2005 Published by Elsevier Ltd

Butorphanol for Post-Operative Analgesia - A Comparative Clinical Study with Ketorolac

Introduction: Butorphanol, an opioid derivative has been shown to have, in addition to its analgesic properties, several other advantageous effects like antistressor, sedative and anti-shivering action. The efficacy and safety profile of ketorolac, yet another widely used post-operative analgesic is well documented. This study aims to compare the two analgesics. Aims and objectives: This study was conducted to compare the analgesic efficacy and other effects of butorphanol and ketorolac, administered intramuscularly, in post-operative patients who have undergone lower abdominal and pelvic surgeries. Materials and methods: 50 patients undergoing lower abdominal and pelvic surgeries under general or spinal anaesthesia were randomly divided into two Groups (25 each). At a particular level of post-operative pain, the patients Groups I and II were administered intramuscular ketorolac 30mg and butorphanol 2mg respectively. The analgesic effect was studied using Visual Analogue Scale (VAS) and the verbal category scale. Patients were monitored for the sedative action, respiratory status and other vital parameters for 300 minutes and for other adverse reactions over the next twelve hours. Observations: Butorphanol provided better analgesia within the first two hours of administration, while ketorolac was more effective at 4-5 hours. Better sedative action without any significant respiratory depressant effect was demonstrated with butorphanol. There were no clinically significant hemodynamic fluctuations or adverse reactions with butorphanol or ketorolac. Conclusions: Butorphanol provides better early analgesia as compared to ketorolac with a desirable and safe sedative effect in post-operative patients who have undergone lower abdominal and pelvic surgeries

Microwave‐Accelerated Efficient Synthesis of N‐Fluorenylmethoxycarbonyl/tbutoxycarbonyl/benzyloxycarbonyl‐5‐oxazolid inones.

The synthesis of N-protected 5-oxazolidinones using amino acids, paraformaldehyde and p-toluene sulfonic acid in a minimum amount of toluene accelerated by microwave irradiation for 3 min in high yield is described

Synthesis of 1,​1-​dioxobenzo[b]​thiophene-​2-​ylmethyloxycarbonyl (Bsmoc) protected N-​methyl amino acids by reduction of Bsmoc-​5-​oxazolidinones and their use in peptide synthesis

The synthesis of Bsmoc-​N-​Me amino acids is presented. The first step involves p-​toluenesulfonic acid (TsOH) catalyzed condensation of a Bsmoc-​amino acid with paraformaldehyde to furnish N-​Bsmoc-​5-​oxazolidinone under MW irradn. This intermediate is reduced to the corresponding N-​Me amino acid using triethylsilane (Et3SiH) and trifluoroacetic acid (TFA) at room temp. The N-​Me amino acids are converted into corresponding acid fluorides using diethylaminosulfur trifluoride (DAST) and employed as coupling agents in the synthesis of dipeptides. The peptide coupling was mediated by KOAt in CH2Cl2

KAJIAN TERHADAP KEDUDUKAN KREDITUR SELAKU PENERIMA JAMINAN FIDUSIA AKIBAT DEBITUR PAILIT

Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana eksekusi Jaminan Fidusia dalam Praktek dalam hal Debitur pailit dan apakah Kreditur Separatis selaku Penerima Jaminan Fidusia tetap memiliki hak yang didahulukan terhadap kreditur lainnya dalam pemberesan harta pailit Debitur apabila ternyata obyek Jaminan Fidusia sudah tidak ada lagi pada Debitur Pailit di mana dengan metodfe penelitian hukum normatif disimpulkan: 1. Berdasarkan hal tersebut apabila Debitur wanprestasi atau cidera janji atau Pailit, maka eksekusi yang diatur dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Eksekusi Jaminan Fidusia yang diatur dalam Bab V Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, berdasarkan bunyi Pasal 29 UUF tersebut, yaitu “ Dalam hal debitur pemberi fidusia yang telah mempunyai / memegang sertipikat fidusia dapat atau berhak untuk menjual obyek jaminan fidusia dengan cara : a. Eksekusi jaminan fidusia berdasarkan titel eksekutorial sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 15 (2) oleh Penerima Fidusia, yaitu dengan mohon eksekusi sertipikat jaminan fidusia kepada Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang, b. Penjualan atas kekuasaan Penerima Fidusia berdasarkan Parate Eksekusi, c.Penjualan dibawah tangan obyek jaminan fidusia berdasarkan kesepakatan Pemberi dan Penerima Fidusia. 2. Dalam Pasal 56 Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan menyebutkan bahwa hak eksekusi kreditur separatis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 Ayat (1) Undang-undang No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan menyebutkan bahwa hak eksekusi kreditur separatis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 Ayat (1) Undang-undang Kepailitan ditangguhkan untuk jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan. Lebih jauh lagi masa penangguhan tersebut tidak pasti karena berdasarkan Pasal 59 Undang-undang Kepailitan kreditur penerima hak jaminan harus melaksanakan haknya tersebut dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan setelah dimulainya keadaan insolvensi. Apabila rapat verifikasi berlarut-larut dan masa insolvensi menjadi tertunda melebihi jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari setelah putusan pailit diucapkan, maka hak kreditur separatis untuk bisa mulai melaksanakan eksekusinya menjadi ikut tertunda. Hal ini menimbulkan resiko bagi kreditur penerima jaminan fidusia mengingat barang yang dijaminkan berupa barang bergerak sudah tidak ada lagi pada debitur (penurunan nilai asset). Dalam proses kepailitan di Pengadilan Niaga, dalam hal obyek jaminan fidusia tidak ada lagi maka kreditur penerima jaminan fidusia tidak memiliki hak untuk didahulukan dari kreditur lainnya, sehingga untuk mengajukan tagihannya dalam kedudukannya sebagai kreditur konkuren.Kata kunci: fidusia; paili

IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT KANDUNGAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTORY BERBASIS ANDROID

Kandungan dalam kehidupan wanita yang berfungsi sebagai tempat untuk benih calon bayi merupakan suatu organ tubuh yang sangat penting. Pada kehidupan manusia yang lebih utama wanita, kandungan lebih penting didalam diri mereka, karena sedikitnya informasi atau sosialisasi tentang penyakit kandungan mereka baru mengetahui setelah stadium lanjut sehingga penyakit yang menyerang kandungan dapat menimbulkan kematian, padahal penyakit ini dapat disembuhkan atau diobati apabila penyakit kandungan ini diketahui sejak dini. Maka dibangun sesuatu sistem yang dapat membantu menyelesaikan masalah dalam sistem pakar dengan menggunakan metode certainty factor (CF). Sistem pakar diagnosa kandungan yang dirancang menjadi aplikasi berbasis android dengan menggunakan bahasa pemograman java dan xml.Dengan sistem pakar ini maka mampu memberikan informasi yang bermanfaat kepada user yang dalam hal ini adalah masyarakat umum mengenai diagnosa penyakit kandungan seperti seperti Miom, Kista, Kanker dan memberikan solusi pengobatannya.   Kata Kunci— Penyakit kandungan, Certanty factor, Android, Masyaraka

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS WISATA KULINER BERBASIS ANDROID

Information and Communication Technology has made the Geographic Information System (GIS)develop significantly. The development of culinary tourism locations in the Majalengka area more and more, this causes culinary connoisseurs, especially those from outside the Majalengka area, it isdifficult to find culinary tourism locations. The purpose of this study is to display the androidgeographic information system in Majalengka Regency and Implement an android-based culinary tourism application so that it makes it easier to find locations. The method used in making geographic information systems based on android culinary tourism is to use the waterfall method, where this method begins with a system analysis, system design, implementation, testing and Maintenance. At the coding stage using Java Scrpit as a programming language, PHP 5.6.38 as a web server, MySQL5.0.21 as a database, and Android Studio as an application in making adroid. Testing is the testing phase using a blackbox. The results of the study will be an application that can be installed on android with a minimum Android Lollipop 5.0 Smartphone where there will be a restaurant name, menu, location and route that can be displayed on google maps.Keywords: Geographic Information Systems, Culinary Tourism, Waterfall, and Android

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN DI SMP NEGERI 1 MUNGKID MAGELANG SEMESTER KHUSUS 2016/2017

Mata kuliah PPL/Magang III merupakan mata kuliah yang wajib ditempuh oleh mahasiswa jurusan kependidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Tujuan dari PPL/Magang III antara lain untuk memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam bidang pembelajaran di sekolah atau lembaga, dalam rangka melatih dan mengembangkan kompetensi keguruan atau kependidikan. Kegiatan mengajar meliputi persiapan mengajar (administrasi), mengumpulkan materi, membuat RPP, praktik mengajar, pendampingan mengajar, dan mengoreksi tugas siswa. Kegiatan non mengajar meliputi konsultasi dengan DPL PPL, konsultasi dengan guru pembimbing, piket sekolah, apel/upacara bendera, dan menyusun laporan PPL. Kegiatan tambahan yaitu pencatatan administrasi peserta didik baru, pengisian kriteria ketuntasan minimum (KKM), pendampingan PLS BSB,pendampingan acara penerimaan anggota Pramuka Penggalang (Persami) dan penarikan PPL. Sesuai dengan tugas yang diberikan oleh pihak SMP Negeri 1 Mungkid, praktikan mendapat tugas mengajar mata pelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas VII F, VII G, dan VII H. Untuk hal ini praktikan melaksanakan KBM dalam bentuk tatap muka di depan kelas. Kegiatan Evaluasi pembelajaran dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik memahami materi yang telah diajarkan sebelumnya. Hasil evaluasi yang praktikan lakukan tidak selalu berjalan dengan lancar. Banyak kendala yang harus dihadapi seperti siswanya yang rame sehingga kelas kurang kondusif dan pembelajaran terhambat. Selain itu materi terpaku oleh guru, siswa kurang mencari sumber belajar lain

Oleuropein and oleic acid: A novel emerging dietary target for human chronic diseases

263-268The human chronic metabolic disease is predominantly associated with the disturbance in the lipid, proteins and nucleic acid biological balance due to the attack of free radicals generated from oxidative stress. Currently, the available synthetic antioxidants are synthesized by food industries are very effective and inexpensive but as chronic use, it exhibits many toxicological health effects like synthetic drugs. Hence, plant origin antioxidants gained increasing attention all over the world. In this regards, Olive tree (Olea europaea L.) belongs to Oleaceae family and its by-products such as olive leaves and olive oil are highly focused by many researcher due to its potential therapeutic effects in a reversal of various chronic diseases without any side effects. Oleuropein and Oleic acid are the major components in the olive by products and attributes olive as a holly natural remedy and also olive oil considered as a potential food ingredient in the Mediterranean diet. The fat content in olive fruits is higher than olive leaves. Whereas, the protein ratio is higher in olive leaves and more abundance of Oleuropein, which contributes major health benefits as compared to olive oil. Oleic acid with high MUFA ratio contributes to the major health benefits of olive oil to several human chronic diseases