16 research outputs found

    Spatial Distribution of COVID-19 Vulnerable Areas in Tambora District, Jakarta Barat

    Get PDF
    The COVID-19 pandemic has spread in almost all countries and has caused many casualties. Jakarta is one of the areas with the highest number of COVID-19 sufferers in Indonesia. The purpose of this study was to analyze the distribution of areas vulnerable to the COVID-19 pandemic in Tambora District, Jakarta Barat. The variables used are demographic, socio-economic, health, and physical characteristics. The distribution of COVID-19 sufferers in Tambora District since the beginning of the pandemic has been detected in 7 sub-districts out of 11 sub-district. The highest number of COVID-19 sufferers in November 2020 were in the west, southwest and southeast side, while the least number of sufferers was in the south and northeast side. Jembatan Besi and Roa Malaka sub-districts showed contrasting conditions compared to their surrounding areas because those were the areas with the most and the least number of COVID-19 sufferers. The results showed that the areas with a very high level of vulnerability to COVID-19 are located in the west, southwest, central, north, and southeast side of Tambora District. Furthermore, areas with a high level of vulnerability are located in the north, center, and south. Then, the areas with a moderate level of vulnerability are located on the south and east sides, while the areas with a low level of vulnerability are located on the northeast side.Fenomena pandemi COVID-19 saat ini telah berjangkit di hampir seluruh negara dan menimbulkan banyak korban jiwa. Kota Jakarta sebagai ibukota negara termasuk wilayah dengan jumlah penderita COVID-19 terbanyak di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis persebaran wilayah rawan pandemi COVID-19 di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Variabel yang digunakan adalah kependudukan, sosial ekonomi, kesehatan, dan fisik wilayah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persebaran penderita COVID-19 di Kecamatan Tambora sejak awal pandemi menunjukkan bahwa keberadaan penderita COVID-19 mulai terdeteksi pada 7 kelurahan dari 11 kelurahan di wilayah Kecamatan Tambora. Jumlah penderita COVID-19 terbanyak pada bulan November 2020 berada di sisi barat, barat daya, dan tenggara, sedangkan jumlah penderita paling sedikit terdapat di sisi selatan dan timur laut. Kelurahan Jembatan Besi dan Roa Malaka menunjukkan kondisi yang kontras dibandingkan wilayah sekitarnya karena merupakan wilayah dengan jumlah penderita COVID-19 paling banyak dan paling sedikit. Hasil klasifikasi wilayah rawan COVID-19 menunjukkan bahwa wilayah dengan tingkat kerawanan sangat tinggi berada di sisi barat, barat daya, tengah, utara, dan tenggara Kecamatan Tambora. Selanjutnya, wilayah dengan tingkat kerawanan tinggi berada di sisi utara, tengah, dan selatan. Kemudian, wilayah dengan tingkat kerawanan sedang berada di sisi selatan dan timur, sedangkan wilayah dengan tingkat kerawanan rendah berada di sisi timur laut

    RENCANA STRATEGIS PENENTUAN ALTERNATIF RUMAH SAKIT RUJUKAN COVID-19: Studi Kasus Kabupaten Bogor

    Get PDF
    oai:ojs2.localhost:8081:article/16Beberapa wilayah di Kab. Bogor merupakan daerah penyangga Ibukota negara, dengan kepadatan penduduk tinggi dan merupakan pusat perekonomian. Akibatnya, wilayah tersebut terancam mempunyai kerentanan yang tinggi terhadap penyebaran COVID-19. Peningkatan pasien terkonfirmasi positif COVID-19 di Kab. Bogor semakin masif dari hari ke hari. Peningkatan kasus yang signifikan ini sangat mengkhawatirkan, terutama terhadap kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan. Kemampuan fasilitas pelayan kesehatan, terutama rumah sakit rujukan untuk menjangkau wilayah-wilayah rentan kasus positif dapat dengan mudah dilihat menggunakan analisis spasial. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan lokasi strategis fasilitas kesehatan di Kab. Bogor sebagai Rumah Sakit rujukan COVID-19 dengan menggunakan metode analisis jaringan. Rencana strategis rumah sakit rujukan ditentukan berdasarkan wilayah-wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh rumah sakit yang ada. Selanjutnya, penentuan indeks kesiapan rumah sakit rujukan menggunakan analisis multi kriteria Simple Additive Weighting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat satu rumah sakit existing dengan indeks kesiapan tinggi, kemudian 4 rumah sakit dengan indeks kesiapan sedang. Lebih lanjut, terdapat 13 alternatif rumah sakit rujukan menunjukkan kesiapan rendah. Sebaran rumah sakit di Kab. Bogor pun tidak banyak, dan hanya memusat di bagian tengah wilayah Kab. Bogor. Oleh karena itu, seluruh rumah sakit alternatif sangat strategis menjadi rumah sakit rujukan COVID-19. Jumlah rumah sakit rujukan COVID-19 di Kab. Bogor masih kurang menjangkau seluruh wilayah, sehingga pemerintah daerah selayaknya berupaya untuk melakukan penambahan jumlah rumah sakit atau penambahan kapasitas layanan kesehatan

    LOW CARBON DEVELOPMENT STRATEGY ON LAND USE SECTOR IN CILIWUNG MIDDLE-STREAM WATERSHED

    Get PDF
    The second (2nd) and third (3rd) segment of Ciliwung middle-stream watershed land use have changed drastically over the past two decades. The second (2nd) and third (3rd) segment of Ciliwung middle-stream watershed land use have changed drastically over the past two decades. This paper analyses the land use change from 1989-2012 and its impact on decreasing carbon stock or increasing CO2 eq emission, as well as to establish projected Reference Level (RL) to 2020. Best RL projection was used to establish the Low Carbon Development Strategy (LCDS) in both segments. The land use changing from 1989-2012 indicated a reduction of green space area by 2,575.57 ha whereas the non-green space area increased by 2,575.57 ha. These changes decreases the carbon stock by 26,900 ton C and released CO eq emission by about 98,723 ton CO2eq. Population growth, demand on land and land constraints were found to be the driving factors of land use changes in this area. Reference Level 2020 was established based on business as usual (BAU) and forward looking (FL) scenarios. The projection showed that FL was the best scenario which estimated carbon storage at 217,610 ton C in 2020. Low carbon development strategy directed to the area of green space added up to 20% carbon storage through the implementation of the strategy based on green space and non-green space which covered the areas from protection, supervision, extension or awareness and law enforcement

    Low Carbon Development Strategy on Land Use Sector in Ciliwung Middle-stream Watershed

    Full text link
    The second (2nd) and third (3rd) segment of Ciliwung middle-stream watershed land use have changed drastically over the past two decades. The second (2nd) and third (3rd) segment of Ciliwung middle-stream watershed land use have changed drastically over the past two decades. This paper analyses the land use change from 1989-2012 and its impact on decreasing carbon stock or increasing CO2 eq emission, as well as to establish projected Reference Level (RL) to 2020. Best RL projection was used to establish the Low Carbon Development Strategy (LCDS) in both segments. The land use changing from 1989-2012 indicated a reduction of green space area by 2,575.57 ha whereas the non-green space area increased by 2,575.57 ha. These changes decreases the carbon stock by 26,900 ton C and released CO eq emission by about 98,723 ton CO2eq. Population growth, demand on land and land constraints were found to be the driving factors of land use changes in this area. Reference Level 2020 was established based on business as usual (BAU) and forward looking (FL) scenarios. The projection showed that FL was the best scenario which estimated carbon storage at 217,610 ton C in 2020. Low carbon development strategy directed to the area of green space added up to 20% carbon storage through the implementation of the strategy based on green space and non-green space which covered the areas from protection, supervision, extension or awareness and law enforcement

    Kajian Pengurangan Risiko Bencana Banjir di DAS Ciliwung

    Get PDF
    Laju pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk yang tinggi menyebabkan kompleksitas permasalahan lingkungan, salah satunya adalah permasalahan banjir. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi mendesak ruang-ruang terbuka hijau dan sempadan sungai berubah menjadi wilayah-wilayah yang padat dengan permukiman seperti yang terjadi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung. Ancaman bencana banjir, kondisi sosial dan ekonomi serta pembangunan infrastruktur dari hulu sampai dengan hilir DAS Ciliwung semakin meningkatkan risiko bencana banjir di DAS Ciliwung. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis ancaman bencana banjir, kerentanan (sosial dan ekonomi), kapasitas daerah dan masyarakat di DAS Ciliwung, menganalisis risiko bencana banjir di DAS Ciliwung, menganalisis alternatif pengurangan risiko bencana banjir di DAS Ciliwung. Metode yang digunakan dalam riset ini adalah metode kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan data sekunder, data primer melalui pengisian kuesioner oleh pemangku kepentingan/Instansi dan penduduk yang terdampak banjir di DAS Ciliwung. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif-kuantitatif dan analisis AHP untuk menentukan pemilihan alternatif pengurangan risiko bencana banjir. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat ancaman bencana banjir di DAS Ciliwung baik di segmen tengah maupun di segmen hilir berada dikategori tinggi. Selain ancaman bencana banjir, tingkat kerentanan sosial ekonomi di DAS Ciliwung juga termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan dari sisi kapasitas masyarakat dan daerah, kapasitas masyarakat dan daerah pada segmen hilir lebih siap dibandingkan dengan masyarakat yang berada di segmen tengah. Tetapi walaupun kapasitas pada segmen hilir lebih siap, tidak dapat mengurangi risiko bencana banjir yang tinggi. Permasalahan tingginya risiko bencana banjir diatasi melalui alternatif pengurangan risiko bencana. Berdasarkan hasil AHP, maka diperoleh prioritas alternatif dengan bobot tertinggi yaitu peningkatan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana

    Paradigma baru rencana pembangunan DKI Jakarta 2010

    No full text
    108hlm.;bib.;ill

    Dampak pembatasan sosial berskala besar terhadap kualitas udara di Jakarta

    No full text
    Abstrak Beberapa negara di dunia memberlakukan pembatasan sosial dan karantina wilayah sebagai upaya untuk menekan laju penularan wabah virus COVID-19. Pembatasan sosial dan karantina wilayah memberikan dampak negatif bagi perekonomian, namun juga dapat berdampak positif bagi perbaikan kondisi lingkungan khususnya kualitas udara di suatu wilayah. Selama periode Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta tahun 2020, aktivitas penduduk di luar rumah menurun secara signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara kuantitatif perubahan parameter kualitas udara berupa PM2.5 dan visibility di Jakarta selama periode sebelum (2019) dan setelah pandemi (2020) menggunakan metode statistik. Pengaruh mobilitas penduduk dan distribusi spasial konsentrasi polutan juga dianalisis dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan selama masa pandemi COVID-19, terdapat pengurangan konsentrasi polutan pada tahun 2020 hingga lebih dari 100 persen dibandingkan tahun 2019. Jarak pandang mendatar di Jakarta juga meningkat hingga 11 persen selama PSBB. Mobilitas penduduk mempengaruhi konsentrasi polutan di Jakarta sebesar 30 persen dan distribusi spasial menunjukkan adanya fluktuasi konsentrasi PM2.5 sebelum dan setelah diberlakukannya PSBB. Abstract Countries worldwide have implemented some sort of lockdowns to slow down COVID-19 infection and mitigate it. Lockdown due to COVID-19 has drastic effects on social and economic fronts. However, this lockdown also has some positive effects on the natural environment, especially on air quality. During the 2020 PSBB period in Jakarta, outdoor activity decreased significantly. This study quantitatively analyzes air quality parameters of PM2.5 and visibility changes in Jakarta during the period before (2019) and after the pandemic (2020) using statistical methods. The impact of mobility to polution also become a concern in this study. The results confirmed an improvement in air quality due to the implementation of social restrictions during the COVID-19 pandemic. PSBB has an impact on reducing pollutant concentrations by more than 100 percent during PSBB compared to 2019. The horizontal visibility in Jakarta also increased by 11 percent during the PSBB. Mobility has affected PM2.5 concentration by 30 percent in Jakarta, and spatial distribution of PM2.5 shows evidence of fluctuation during and before PSBB enacted.
    corecore