7 research outputs found

    Narrative Review: Pengaruh Jahe (Zingiber Officianale) Terhadap Penurunan Frekuensi Mual Muntah pada Ibu Hamil

    Get PDF
    Nausea and vomiting of pregnancy (NVP) adalah kecenderungan untuk memuntahkan sesuatu, atau sensasi yang muncul di kerongkongan atau epigastrium, dengan atau tanpa muntah. Hal ini dapat terjadi pada empat minggu pertama hingga pada minggu kedua belas kehamilan. Penatalaksanaan mual muntah selama kehamilan dapat dilakukan dengan terapi farmakologis dan non farmakologis, namun 34% wanita tidak mengkonsumsi obat dan 26% diantaranya mengurangi dosis karena kekhawatiran efek samping obat yang digunakan pada kehamilan. Jahe dapat digunakan sebagai salah satu terapi non farmakologis karena kandungan gingerol dan shogaol dapat meringankan mual dan muntah dengan meningkatkan tonus lambung dan motilitas karena adanya efek antikolinergik dan antiserotonergik. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan metode Narrative Review dan dilaksanakan pada bulan Desember 2021 - Februari 2022. Pencarian artikel dilakukan secara hand searching pada dua database yaitu Google Scholar dan PubMed dengan menggunakan kata kunci “Jahe” OR “Zingiber officianale” AND Mual OR Nausea AND Pregnancy. 10 artikel memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Artikel yang digunakan dalam penelitian ini 90% dari Indonesia dan 10% berasal dari Iran. Pemberian jahe pada ibu hamil telah diberikan dalam berbagai bentuk berupa minuman jahe hangat, kapsul ekstrak jahe 500 mg, dan aromaterapi. Pemberian intervensi dilakukan 1-3 kali sehari dan selama 4-30 hari. Rata-rata penurunan frekuensi mual dan muntah adalah 11 – 135%, dan penurunan tingkat keparahan dari tingkat sedang (moderate) menjadi tingkat ringan (mild). Jahe dapat mengurangi frekuensi mual dan muntah dan dapat mengurangi derajat keparahan mual dan muntah pada ibu hami

    Analisa Faktor Sosiodemografi yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Pasien pada Pelayanan Kefarmasian Rawat Jalan di Puskesmas Gerung Lombok Nusa Tenggara Barat

    No full text
    Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kesehatan pasien. Kepuasan pasien sendiri ialah keadaan pada saat keinginan, harapan, serta kebutuhan pasien telah terpenuhi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Menganalisis faktor sosiodemografi yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien pada pelayanan kefarmasian rawat jalan di Puskesmas Gerung Lombok Nusa Tenggara Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini menggunakan kuesioner terkait tingkat kepuasan pasien rawat jalan. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 115 orang. Metode pengukuran responden menggunakan Convenience sampling. Hasil dari penelitian yang didapatkan melalui pengukuran lima dimensi kualitas jasa. Hasil penelitian didapatan gambaran persepsi masyarakat pada aspek Tangibles 76,2 %, Reliability 66,6 %, Responsiveness 77,0 %, Empathy 70,8 % . Pada penelitian ini uji korelasi yang digunakan ialah Uji korelasi Spearman dan Uji korelasi Contingency C. Didapatkan hasil uji signifikansi antara jenis kelamin dengan kepuasan (nilai p = 0,000), usia dengan kepuasan (nilai p = 0,000), tingkat pendidikan dengan kepuasan (nilai p = 0,000), pekerjaan dengan kepuasan (nilai p = 0,039), penghasilan dengan kepuasan (nilai p = 0,003) dan status pasien dengan kepuasan (nilai p = 0,006). Kesimpulan dari penelitian ini, secara keseluruhan terdapat hubungan yang bermakna antara faktor sosiodemografi dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan

    Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Dalam Penggunaan Obat Tradisional Untuk Pencegahan dan Pengobatan Covid-19

    No full text
    Sejak 11 Maret 2020, WHO mengubah status epidemi SARS-Cov-2 menjadi pandemi Covid-19. Penanganan Covid-19 yang banyak diterapkan di Indonesia selain mengobati gejala dengan obat konvensional dan pencegahan dengan vaksinasi yaitu direkomendasikan untuk mengonsumsi obat tradisional. Penggunaan obat tradisional harus diimbangi dengan pengetahuan yang baik agar tidak menimbulkan masalah kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap masyarakat dalam penggunaan obat tradisional untuk pencegahan dan pengobatan Covid-19. Penelitian ini dirancang secara observasional analitik dengan metode cross-sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 208 responden yang diambil menggunakan metode convenience sampling dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari, 15 pertanyaan tingkat pengetahuan dan 10 mengenai sikap responden. Seluruh pertanyaan pada kuesioner ini telah melewati uji validitas isi. Tingkat pengetahuan responden diukur dengan menggunakan total skor murni dan sikap diukur dengan menggunakan skor-T. Hasilnya, tingkat pengetahuan responden terbagi menjadi 3 kategori, baik (14%), cukup baik (64%), dan kurang (22%), responden juga menunjukkan sikap positif (50,48%) dan negatif (49,52%). Uji korelasi Product Pearson Moment dilakukan untuk menguji hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap responden. Hasilnya menunjukkan nilai signifikansi (p= 0.087), artinya, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat dalam penggunaan obat tradisional sebagai pencegahan dan penunjang pengobatan Covid-19 di wilayah Malang Raya. Kesimpulannya, tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap masyarakat dalam penggunaan obat tradisional untuk pencegahan dan pengobatan Covid-19

    Hubungan Antara Pengetahuan Dan Kesiapan Apoteker Dalam Menerapkan Standar Prosedur Operasional Pelayanan Kefarmasian Selama Pandemi Covid-19 Di Apotek

    No full text
    Standar Prosedur Operasional Pelayanan Kefarmasian di Apotek adalah seperangkat instruksi tertulis yang mendokumentasikan kegiatan rutin atau berulang untuk diikuti oleh apoteker maupun tenaga kefarmasian lainnya dalam memberikan pelayanan kefarmasian di Apotek. Seiring dengan semakin meningkatnya kasus COVID-19 di Indonesia, apoteker sebagai profesi yang sering memiliki kontak pertama dengan pasien diketahui memiliki risiko paparan terhadap virus COVID-19 yang tinggi. Tingginya risiko paparan virus tersebut dapat dicegah melalui penerapan suatu pedoman pencegahan penularan virus COVID-19. Salah satunya yaitu dengan menerapkan Standar Prosedur Operasional Pelayanan Kefarmasian selama Pandemi COVID-19 yang telah diterbitkan oleh IAI dan FIP. Sebagai salah satu SPO yang baru maka pengetahuan terhadap SPO tersebut penting untuk diketahui oleh setiap apoteker, karena pengetahuan merupakan salah satu dari penentu signifikan suatu kesiapan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan kesiapan apoteker dalam penerapan SPO pelayanan kefarmasian selama pandemi COVID-19, menggunakan rancangan observasional dengan metode cross sectional. Sampel penelitian ini adalah apoteker yang berpraktik di apotek wilayah Jawa Timur, sedang melayani pelayanan kefarmasian di apotek dengan SIPA yang masih aktif serta bersedia menjadi responden. Jumlah responden diperoleh sebanyak 116 apoteker dari berbagai apotek di Jawa Timur. Pengetahuan dan kesiapan apoteker diukur melalui kuesioner online yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Nilai pengetahuan diinterpretasikan melalui skor nilai persentase sedangkan kesiapan menggunakan skor TRI (Technology Readiness Index). Uji korelasi Pearson digunakan sebagai analisis statistik untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan kesiapan apoteker. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik (71.5%), cukup (21.5% ) dan kurang (7%) terhadap penerapan SPO dengan tingkat kesiapan Medium Technology Readiness (3,13). Serta diketahui tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0,05) pada pengetahuan dan kesiapan (0,159). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor lain yang dapat memengaruhi kesiapan apoteker dalam menerapkan SPO pelayanan kefarmasian selama pandemi COVID-19. Oleh karena itu data penelitian dapat menjadikan suatu perhatian khusus bagi apoteker dalam meningkatkan kesiapan penerapan SPO selama pandemi COVID-19, dimana didalamnya perlu dilakukan sosialisasi serta peninjauan terhadap penerapan Standar Prosedur Operasional Pelayanan Kefarmasian selama pandemi COVID-19 di Apotek

    Optimasi Polivinil Pirolidon (PVP) Sebagai Bahan Pengikat Dalam Tablet Effervescent Ekstrak Kulit Manggis

    No full text
    Kekayaan alam di Indonesia sangat melimpah salah satunya adalah kulit tanaman manggis dengan kandungan kimia yang sangat menonjol yaitu xanton yang berfungsi sebagai antioksidan. Sehingga terdapat beberapa produk kulit manggis berbentuk kapsul yang dirasa kurang optimal karena dosis yang dibutuhkan untuk mencapai efek terapi sangat besar, sehingga berpengaruh terhadap kepatuhan konsumsi pasien. Tablet effervescent merupakan sediaan tablet yang menghasilkan buih karbondioksida yang berasal dari reaksi asam dan basa. Tablet efferfescent merupakan sediaan inovasi yang tepat untuk permasalahan yang ada, namun tablet dengan dosis besar akan menyebabkan kerapuhan sehingga eksipien bahan pengikat tablet effervescent yaitu PVP merupakan hal kritis yang perlu dioptimasi. Tujuan penelitian ini adalah mencari konsentrasi optimal bahan pengikat PVP dalam tablet effervescent sehingga menghasilkan sifat fisik tablet yang sesuai spesifikasi. Metode yang digunakan yaitu kempa langsung dengan beberapa uji yang dilakukan yaitu uji sifat alir, kandungan lembab, organoleptik, keseragaman ukuran, keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu larut dan nilai pH. Ditemukan bahwa konsentrasi PVP berpengaruh terhadap hasil uji kekerasan tablet, semakin tinggi konsentrasi PVP yang digunakan semakin tinggi pula nilai kekerasan tablet yang didapat. Selain pada uji kekerasan, perbedaan konsentrasi PVP juga berpengaruh terhadap hasil uji kerapuhan, semakin tinggi konsentrasi PVP yang digunakan maka nilai persen kerapuhan tablet semakin kecil yang menandakan tablet mengalami sedikit kerapuhan. Perbedaan konsentrasi PVP juga berpengaruh terhadap waktu larut semakin tinggi konsentrasi PVP maka waktu yang dibutuhkan untuk larut juga semakin lama. Konsentrasi PVP 5% menghasilkan sifat alir baik, meningkatkan kekerasan tablet, menurunkan nilai persen kerapuhan serta memiliki waktu larut yang baik. Dikarenakan keterbatasan alat pada penelitian ini, disarankan pada penelitian lebih lanjut dapat dilakukan pencetakan tablet dengan mesin cetak tablet untuk memaksimalkan hasil sediaan. Selain itu, dapat dilakukan uji kandungan zat aktif

    Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Dalam Penggunaan Suplemen Kesehatan Untuk Pencegahan Dan Pengobatan Covid-19

    No full text
    Tindakan pencegahan COVID-19 dapat dilakukan melalui peningkatan sistem imun dengan penggunaan suplemen kesehatan. Dalam hal ini, peran apoteker dalam pelayanan resep dan swamedikasi penggunaan suplemen kesehatan sangat penting agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap masyarakat dalam penggunaan suplemen kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan Covid-19 yang dilakukan secara online menggunakan rancangan observasional analitik dengan metode cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode convenience sampling sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dan didapatkan 197 responden. Pengetahuan masyarakat diukur dengan kuesioner skala Guttman dengan pilihan jawaban benar dan salah. Sementara itu, sikap masyarakat diukur menggunakan pernyataan kuesioner dengan skala Likert dengan pernyataan favorable atau unfavorable. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, responden memiliki pengetahuan baik 22%, cukup 62%, dan kurang 15%. Adapun sikap responden menunjukkan positif 47% dan negatif 53%. Uji Spearman rho untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap masyarakat memberikan hasil berupa hubungan positif yang signifikan (p = 0,044). Hasil penelitian ini dapat menjadi perhatian bagi pemerintah dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penggunaan suplemen kesehatan untuk pencegahan maupun pengobatan Covid-19. Dalam hal ini, peran tenaga kesehatan sangat penting untuk melakukan edukasi kepada masyarakat terutama melalui media massa, kemudian melalui media sosial

    Hubungan Antara Faktor Sosiodemografi Dengan Tingkat Pengetahuan Pasien Swamedikasi Parasetamol Di Apotek Kota Malang

    No full text
    Pada tahun 2021 sebanyak 84,23% penduduk melakukan swamedikasi (pengobatan sendiri) pada penyakit ringan. Parasetamol termasuk golongan Obat Bebas dengan indikasi sebagai analgesik dan antipiretik. Pada penggunaan yang tidak tepat dapat menimbulkan risiko berupa hepatotoksik dan hipersensitivitas dalam penggunaan jangka panjang serta dosis lebih dari 4 gram. Pengetahuan merupakan salah satu hal terpenting untuk menentukan suatu tindakan seperti swamedikasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui adanya korelasi antara faktor sosiodemografi dengan tingkat pengetahuan pasien swamedikasi parasetamol oral di Apotek Kota Malang. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dan untuk Apotek dilakukan secara cluster random sampling. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan masyarakat Kota Malang yang melakukan swamedikasi parasetamol pada kategori baik (48%), cukup (40%), dan kurang (12%). Hasil uji korelasi pada penelitian ini menunjukkan adanya korelasi yang signifikan secara statistik antara usia (p=0,012), jenis kelamin (p=0,001), tingkat pendidikan (p=0,000), tingkat penghasilan (p=0,003), dan jenis pekerjaan (0,004) dengan tingkat pengetahuan pasien swamedikasi dengan nilai signifikansi < 0,05 dan koefisien korelasi menunjukkan sangat lemah antara usia (ρ=0,194), jenis pekerjaan (ρ=0,187), dan tingkat penghasilan (ρ=0,231) dengan tingkat pengetahuan, koefisien korelasi menunjukkan sedang antara jenis kelamin (ρ=0,343), dan tingkat pendidikan (ρ=0,395) dengan tingkat pengetahuan
    corecore