22 research outputs found

    Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Air untuk Meningkatkan Produksi Pertanian

    Get PDF
    Abstrak. Indonesia memiliki potensi sumber daya air yang sangat besar, tetapi pemanfaatannya masih rendah, yaitu sekitar 20 persen dari potensi yang ada. Terdapat pengaruh negatif bila pemanfaatan air hanya sedikit, yaitu dapat mengakibatkan banjir dan longsor pada saat musim hujan serta kekeringan Musim Kemarau (MK). Tujuan dari penulisan ini adalah menyampaikan hasil kajian optimalisasi pemanfaatan sumber daya air untuk meningkatkan produksi pertanian yang dilakukan melalui  panen air dengan prinsip eco-efficient  agar air tersedia sepanjang tahun dan berkelanjutan. Salah satu pemanfaatan sumberdaya air secara optimal adalah untuk meningkatkan produksi pertanian pada lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan dan lahan kering.  Implementasinya dilakukan dengan jalan meningkatkan ketersediaan air dan menerapkan efisiensi penggunaan air sehingga dapat memperpanjang masa tanam atau meningkatkan indeks pertanaman (IP) dan ekstensifikasi pertanian. Sampai saat ini, sudah cukup banyak infrastruktur air yakni embung, dam parit, dan long storage yang dibangun oleh Kementerian Pertanian. Disamping itu Kementerian PUPR dalam kurun waktu 2015-2019, telah menargetkan pembangunan 65 bendungan untuk mendukung ketahanan air dan ketahanan pangan. Secara keseluruhan saat ini terdapat 230 bendungan yang mencukupi bagi 11 persen layanan lahan irigasi seluas 7,2 juta ha.  Hal ini berarti, air irigasi dari bendungan dapat mengairi lahan sawah sepanjang tahun. Untuk mendukung optimalisasi sumber daya air, diperlukan ketersediaan air sepanjang tahun dan berkelanjutan. Pengelolaan sumber daya air harus dilakukan secara menyeluruh dari DAS tersebut, baik blue water  maupun green water dan pengelolaannya harus tepat yaitu menerapkan konservasi lahan dan air di hulu dan pendistribusian secara hemat dan adil. Optimalisasi penggunaan sumber daya air untuk pertanian bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan seperti menjaga ekosistem sungai tetap baik, mengantisipasi kerusakan sumber daya air dan memanfaatkan secara efisien tidak berlebihan. Abstract. Indonesia has a huge potential of water resources, but it is untapped efficiently with only around 20 percent utilized. There is a negative effect if only a small amount of water is used, which can result in floods and landslides during the rainy season and dry season dryness. The purpose of this paper is to deliver a study of optimizing the use of water resources to increase agricultural production carried out through water harvesting with the principle of eco-efficient so that water is available throughout the year and is sustainable. One of the optimal utilization of water resources is to use it for agricultural production in irrigated paddy fields, rainfed lowland and dry upland. It is implemented by increasing water availability and using water efficiently which is in turn it can extend the planting period or increase the cropping index and agricultural extensification. Recently, The Ministry of Agriculture has built adequate water management infrastructures such as reservoirs, ditch dams, and long storages. In addition, within the 2015-2019 periods, the Ministry of PUPR targeting the construction of 65 dams to support water and food security. There are currently 230 dams had been built which are sufficient to irrigate  11 percent of irrigated land or 7.2 millions hectares. This means that the water from dams can irrigate paddy fields continouosly throughout the year. To optimize the use of water resources, water availability is sustainably needed throughout the year. Water resources management must be carried out thoroughly within the watershed, both for blue water and green water. It must be precisely excetuted by implementing land and water conservation in upstream followed by distribution in an efficient and equitable manner. Optimizing the use of water resources for agriculture aims to increase agricultural production while still taking into account environmental sustainability such as maintaining a good river ecosystem, anticipating damage to water resources and utilizing efficiently not excessively

    Agricultural Environmental Management Strategy

    Get PDF
    Developments in Indonesia has raised several positif impact for most people due to gaining the new opportunity jobs. However, these positive opportunity often raised negative impact, especially on land resources and the environment, and people surrounding. Development industries on productive agriculture land have decreased agricultural areas, pollution of soil, water bodies/rivers, and cheerfulness and health of people and other humanlife. Mine activities also caused negative impact such asdegradation of land resources and environment, and pollution due to the application of chemical matterial on sevaration of mine products. Land clearing for infrastructures construction (roads, buildings, bridges), and agricultural practices had caused land degradation and the environment, and pollution as well. The disturbance of natural resources and environmental imbalance caused the deterioration of soil productivity, and the quality of agricultural yield due to chemical contamination on soil, rivers/water bodies, and crops. These condition has to consider necessary effort on the agricultural and environmental management more precised,directed, and accurated. Therefore, identification and characterization of sources of degradation and pollution, and analyses on issues raised in the field to form strategic effort on agricultural environmental management. The deterioration of soil productivity could be managed by applying soil conservation and land rehabilitation techniques through integrated management of related governments, institutions, and farmers/people. The pollution on soil and plant need quality standard criterium for heavy metals, and the values could be determined and difined for Indonesia condition. Critical levels of heavy metals in the soil could be used as a guide for implementation of law imporcement. Industrial waste which is polluted rivers and water bodies could be easly predicted, due tospesific industry resulted chemical contents of liquid waste similar with content of raw materials. Inappropiate land management could accelerate increasing green house gases in the atmosphere, and would be caused global warming as well. Excessive carbondioxide emission could be controlled by sequistrated CO2 through revegetation and rehabilitation of degraded land. Methane (CH4) and nitrousoxide (N2O) emission from lowland rice could be controlled by reduction its planting areas and substitute by non rice commodites, appropiate and better water management, and slow release nitrogen fertilizer application

    Perencanaan Penggunaan Lahan di Daerah Tangkapan Air (DTA) Waduk Batutegi untuk Mengurangi Sedimentasi

    Get PDF
    ABSTRAK. Waduk memiliki berbagai fungsi diantaranya sebagai sumber air untuk irigasi dan domestik, sebagai pembangkit tenaga listrik dan sebagai tempat wisata. Mengingat pentingnya fungsi waduk, pengelolaan terhadap daerah tangkapan air dari waduk tersebut harus dilakukan dengan tepat. Perubahan penggunaan lahan akan sangat berpengaruh terhadap kondisi waduk. Hal umum yang sering terjadi pada saat pengelolaan lahan tidak sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian lahan, dan tidak terdapat upaya konservasi tanah dan air, maka erosi permukaan meningkat dan berdampak terhadap tingginya sedimentasi di waduk. Tulisan ini menyajikan tinjauan tentang perencanaan penggunaan lahan di Sub DAS Way Jantan yang merupakan salah satu daerah tangkapan air (DTA) waduk Batutegi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lahan merupakan faktor utama yang dapat menentukan sedimen yang terangkut sungai dan masuk kedalam waduk. Peningkatan curah hujan dan erosivitas hujan (EI30) dapat meningkatkan besarnya aliran permukaan (runoff) dan sedimen di waduk Batutegi. Sedangkan perubahan penggunaan lahan dari semak belukar, kebun campuran, dan kebun kopi menjadi hutan dapat menurunkan sedimen waduk. Untuk mengurangi sedimentasi waduk Batutegi, perencanaan penggunaan lahan yang diusulkan yaitu 13-16% dari total luas Sub DAS Way Jantan berupa 79% tanaman tahunan (kopi), 5% sawah, 8% semak belukar, masing-masing 4% pemukiman dan hutan. Model prediksi untuk mengetahui perubahan aliran permukaan, sedimen, dan erosi akibat perubahan penggunaan lahan dapat dijadikan dasar dalam perencanaan penggunaan lahan di DTA waduk.ABSTRACT. Reservoir has various functions such as water sources for irrigation and domestic, hydro electrical power plant and a tourism. Given the importance of reservoir function, management of catchment areas of reservoirs should be done properly. Land use changes will greatly affect the condition of the reservoir. Common problems that often occur when land use is not based on land capability and suitability, and there is no soil and water conservation efforts, were increased surface erosion resulting the high sedimentation in the reservoir. This paper presented an overview of land use planning in Way Jantan Sub Watershed as a reservoir Batutegi catchment area.The results showed that land use is a major factor that determine the transported sediment into rivers and reservoirs. The increase of precipitation and rainfall erosivity (EI30) can increase the amount of runoff and sediment in the Batutegi reservoir. While the land use change of shrubs, mix garden, and coffee plantations into forests can reduce sediment in reservoirs. To reduce reservoir sedimentation of Batutegi, the proposed land use planning that is 13-16% of the total area of Way Jantan sub watershed such as 79% of annual crops (coffee), 5% of rice field, 8% of shrubs, 4% of forest and settlements respectively. Prediction models to assess surface runoff, sediment, and erosion attributed by land use changes can be used as basis for land use planning in the catchment area of reservoir

    Land Resource Potential for Agricultural Commodity Development in West Kalimantan Province

    Get PDF
    West Kalimantan province with total areas of 14.64 million ha has already had spatial database of land resources at scale of 1:250,000 resulted from reconnaissance soil mapping (2004-2007). This database can be used for composing agricultural planing at province level. The area is composed of wetland ecosystem which covers 3,659,736 ha (24.99%), drylands with <15% slopes covers 4,356,790 (29.74%) and >15% slopes covers 6,441,956 ha (44.0%). The coverage of existing landuse for agriculture is only about 13.85% of the total area. In general, the area belongs to wet climate with average annual rainfall varies from 2,663 to 4,191 mm, and belongs to A, B1, and C agroclimatic zones. The area has various kinds of parent materials consisting of alluvium, organic matter deposit, old volcanic rocks, intrusive rocks, sedimentary rocks and metamorphic rocks that formed soil orders of Histosols, Entisols, Inceptisols, Spodosols, Ultisols, and Oxisols, which give variation in their properties. The result of the land resource potential analysis for agricultural commodity development is directed to: (a) land intensification for rice fields covers about 221,381ha, upland food crops (maize, upland rice, legumes, tuber crops) covers 173,581 ha, annual or estate crops (rubber, oil palms, coconut, pepper, and coffea) including fruit crops covers 570,266 ha, and for brackish fishpond covers 7,394 ha, and (b) land extensification for rice fields covers 869,133 ha, upland food crops 1,316,058 ha, estate crops (oil palm, rubber, coconut, pepper, coffea) covers 3,098,269 ha (as first priority at 15-25% slopes) and 1,300,374 ha (as second priority at 25-40% slopes), and for brackish fishponds covers 25,437 ha. The availability of spatial land resource information to develop high economic value of agricultural commodities, especially estate crops, would support establishing growth centre of agribusiness and agroindustry in the area

    Teknologi Konservasi Tanah dan Air untuk Mencegah Degradasi Lahan Pertanian Berlereng

    Full text link
    Degradasi atau penurunan kualitas lahan merupakan isu globalutama pada abad ke-20 dan masih menjadi isu penting dalam agendainternasional pada abad ke-21. Erosi tanah, kelangkaan air, energi,dan keanekaragaman hayati menjadi permasalahan lingkunganglobal sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Erosi tanahmenyebabkan degradasi lahan karena dapat menurunkan kualitastanah serta produktivitas alami lahan pertanian dan ekosistemhutan. Di Indonesia, laju erosi tanah pada lahan pertanian denganlereng 3ï­30% tergolong tinggi, berkisar antara 60ï­625 t/ha/tahun,padahal banyak lahan pertanian yang berlereng lebih dari 15%,bahkan lebih dari 100% sehingga erosi tanah tergolong sangat tinggi.Konservasi tanah dan air mengarah kepada terciptanya sistempertanian berkelanjutan yang didukung oleh teknologi dan kelembagaanserta mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat danmelestarikan sumber daya lahan serta lingkungan. Upaya untukmengurangi degradasi lahan dapat dilakukan melalui: 1) penerapanpola usaha tani konservasi seperti agroforestri, tumpang sari, danpertanian terpadu, 2) penerapan pola pertanian organik ramahlingkungan, dan 3) peningkatan peran serta kelembagaan petani

    Usahatani Konservasi untuk Pembangunan Pertanian Lahan Kering

    Get PDF
    Pada umumnya, usahatani yang dilakukan petani pada lahan kering berlereng dilakukan sesuai dengan kebiasaanya, bertanam searah lereng. Sistem pertanaman demikian menyebabkan banyak tanah hanyut terbawa aliran permukaan atau tererosi yang menyebabkan penurunan produktivitas lahan dan ahirnya terjadi kerusakan lingkungan sumberdaya lahan, dan di daerah hilirnya akan menyebabkan polusi oleh sedimen.Oleh karena itu, pembangunan pertanian lahan kering harus dilakukan berwawasan lingkungan agar dapat berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan sumberdaya lahan. Tujuan penelitian adalah menerapkan sistem usahatani konservasi pada pertanaman pangan dan sayuran yang dapat mengurangi erosi dan aliran permukaan. Penelitian dilakukan di 2 tempat, penelitian pertama menerapkan usahatani konservasi untuk pertanaman Kacang Kapri dan Jagung, penelitian ke dua menerapkan beberapa macam teras dan alley cropping pada pertanaman Kacang Tanah. Rancangan penelitian pertama menggunakan rancangan acak kelompok (RAK). Perlakuan yang diterapkanya adalah bedengan searah lereng dan searah kontur serta pertanaman rapat searah lereng dan searah kontur. Penelitian ke dua menerapkan teras bangku datar, teras bangku miring, teras gulud, teras kredit dan alley cropping. Perlakuan usahatani konservasi dengan menerapkan bedengan searah lereng, dibuat gulud setiap 5 m dan tanam rapat searah lereng dapat menurunkan erosi secara signifikan, hanya 12,6 ton/ha, aliran permukan hanya 9,7 mm atau 2,04 % dari curah hujan dengan hasil Kacang Kapri 11,2 ton/ha. Untuk tanaman Jagung muda (baby corn), penerapan bedengan searah kontur, tanam rapat searah lereng dapat menurunkan erosi secara signifikan, hanya 0,7 ton/ha dan aliran permukaan hanya 1,4 mm atau 2,78 % dari curah hujan dengan hasil Jagung sebanyak 3,2 ton/ha. Penerapan teras bangku miring dapat mengurangi erosi paling baik hanya sebesar 21,76 ton/ha, aliran permukaan sebesar 1976,01 m3 /ha dan hasil kacang tanah sebesar 1,34 ton/h

    Erosion Prediction Study of Tugu Utara (Ciliwung Hulu) Sub Watershed

    Get PDF
    The research of erosion prediction method at the watershed scale was carried out at Tugu Utara (Upper Ciliwung) sub-watershed in Puncak, West Java, Indonesia from August 2000 to February 2001. The objectives of this study were: ( I ) to predict erosion at watershed scale through an approximation of sediment yield measurement at the outlet of subwatershed, and (2) multiple regression equation and Sediment Delivery Ratio (SDR) prediction. The experiment at Tugu Utara (upper Ciliwung) sub-watershed measured the discharge, surface erosion by soil pan method, sediment yield by sampling at the outlet and SDR. The result showed that the multiple regression equation and SDR Stiff Diagram can be used to predict the erosion at Tugu Utara (upper Ciliwung) sub-watershed. Keywords: Erosion prediction, multiple regression equation, sediment delivery ratio.The research of erosion prediction method at the watershed scale was carried out at Tugu Utara (Upper Ciliwung) sub-watershed in Puncak, West Java, Indonesia from August 2000 to February 2001. The objectives of this study were: (1) to predict erosion at a watershed scale through an approximation of sediment yield measurement at the outlet of subwatershed, and (2) multiple regression equations and Sediment Delivery Ratio (SDR) prediction. The experiment at Tugu Utara (upper Ciliwung) sub-watershed measured the discharge, surface erosion by soil pan method, sediment yield by sampling at the outlet and SDR. The result showed that the multiple regression equation and SDR Stiff Diagram can be used to predict the erosion at Tugu Utara (upper Ciliwung) sub-watershed. Keywords: Erosion prediction, multiple regression equation, sediment delivery ratio

    Rehabilitasi Lahan Pertanian Tercemar Limbah Industri (Hg Dan Pb) Dalam Mendukung Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan

    Get PDF
    Pembangunan Pertanian merupakan salah satu pilar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang tertuang dalam Renstra Kementerian Pertanian 2010-2014 dimana salah satu Program yaitu peningkatan kesejahteraan Petani, dan Swasembada Pangan yang berkelanjutan. Salah satu Pembangunan adalah banyaknya Alih Fungsi Lahan menjadi kawasan Industri, diantara pembangunan Industri tersebut, banyak berdampak positif dan juga berdampak Negatif bagi pembangunan pertanian, antara lain yaitu jika Pembuangan Limbah Industri tidak melalu pengolahan terlebih dahulu (PAL), hasil pembuangan limbahnya berpotensi untuk mencemari lingkungan, khususnya terhadap tanah-tanah pertanian, diantara nya adalah logam berat, yang berpotensi terhadap percemaran lingkungan pertanian, yaitu Timbal (Pb) dan Mercury (Hg). Lahan-lahan tercemar tersebut semakin meluas, akibat pembuangan limbah industri. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif penanggulangannya melalui penelitian rehabilitasi lahan. Penelitian ini merupakan kegiatan 2 Unit kegiatan yaitu Penelitian Rehabilitasi lahan tercemar Industri Tambang Emas menggunakan teknologi Pencucian dan bahan organik dan Rehabilitasi lahan tercemar Industri Tekstil dengan Tanaman Hiperakumulator. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Balai Penelitian Tanah Bogor, dan Balai Penelitian Lingkungan Pertanian Jakenan. Penelitian menggunakan Rancangan acak kelompok yang disusun secara factorial, Yaitu Pencucian dan Bahan Organik, sedangkan Penelitian Tanaman Hiperakumulator menggunakan Rangcangan Acak kelompok dengan 10 jenis Tanaman Hiperakumuator yaitu Mendong (Fimbristylis globulosa); Rumput (Cyperus playtylis); Enceng Gondok (Eichornia crassipea); Jugul (Borreria Laevis); Bundung gamal (Scleria poaeformis); Purun Tikus (Eleocharis dulcis); Karapiting (Polygonum hydropiper); Bundung (Scirpus Sp); Hiring hiring ( Rhynchosphora corynbosa); dan Purun kudung (Leperonia mucrunata). Tujuan Penelitian adalah untuk mencari Teknologi Rehabilitasi lahan tercemar Industri yang ramah Lingkungan dan berkelanjutan. Hasil dari kegiatan ini adalah perlakuan pencucian dikombinasikan dengan bahan organik bisa menurunkan kandungan Mercury (Hg) dalam beras sampai dibawah ambang batas dirjen POM, Sedangkan kegiatan kedua mendapatkan beberapa tanaman Hiperakumulator lokal yang bisa menurunkan kandungan Pb dalam tanah
    corecore