4 research outputs found

    Keberhasilan Ginogenesis Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus Blkr.) pada Dua Dosis Iradiasi UV (λ 254 nm) dengan Kejut Panas 40 C

    Get PDF
    Laporan ini memverifikasi keberhasilan protokol tiga tahap ginogenesis tawes melalui inaktivasi genom jantan dengan iradiasi ultra violet (UV), fertilisasinya, dilanjutkan diploidisasi zigot dengan kejut panas (400 C) selama 60 detik. Eksperimen Rancangan Acak Lengkap, tujuh perlakuan yaitu, kontrol positif (fertilisasi normal); kontrol negatif1 telur difertilisasi dengan milt encer yang di UV 1983,348 J/m2; kontrol negatif2 dosis iradiasinya 3966,96 J/m2; ginogenesis1 kontrol negatif1 lalu dikejut panas pada 10 menit pasca fertilisasi; ginogenesis2 ginogenesis1 beda waktu kejut pada 15 menit pasca fertilisasi; ginogenesis3 kontrol negatif2 lalu dikejut pada 10 menit pasca fertilisasi; dan ginogenesis4 ginogenesis3 beda waktu kejut pada 15 menit pasca fertilisasi. Materi gamet segar diperoleh dari induk yang diinduksi GnRH analog dan domperindon dosis 1,5 ml/kg bobot induk intramuskuler, 6-10 jam sebelumnya. Milt segar diencerkan 100 x dalam larutan Ringer. Data dianalisis dengan uji Anova, menggunakan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data fertilitas, data penetasan dan data kelangsungan hidup yang terbukti homogen (p>0,05), menunjukkan bahwa ketujuh perlakuan secara statistik fertilitas, penetasan, dan kelangsungan hidupnya tidak nyata (p>0,05) antar pelakuan. Data persentase morfologi larva abnormal tawes menunjukkan bahwa perlakuan yang dicobakan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01). Secara keseluruhan dapat disimpulan bahwa, keempat perlakuan mitoginogenesis yang diujikan efektif menghasilkan larva mitoginogenesis ikan tawes walaupun efektifitasnya masih tergolong rendah. Efektivitas perlakuan dibuktikan dari signifikansi data morfologi larva abnormal dariklompok kontrol negatif membuktikan efektivitas dosis inaktivasi genetis jantan dan morfologi larva normal hasil perlakuan ginogenesis membuktikan efektivitas diploidisasi kejut panas tidak berbeda dari morfologi kontrol positif

    Keberhasilan Ginogenesis Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus Blkr.) pada Dua Dosis Iradiasi UV (λ 254 nm) dengan Kejut Panas 40 C

    Get PDF
    Laporan ini memverifikasi keberhasilan protokol tiga tahap ginogenesis tawes melalui inaktivasi genom jantan dengan iradiasi ultra violet (UV), fertilisasinya, dilanjutkan diploidisasi zigot dengan kejut panas (400 C) selama 60 detik. Eksperimen Rancangan Acak Lengkap, tujuh perlakuan yaitu, kontrol positif (fertilisasi normal); kontrol negatif1 telur difertilisasi dengan milt encer yang di UV 1983,348 J/m2; kontrol negatif2 dosis iradiasinya 3966,96 J/m2; ginogenesis1 kontrol negatif1 lalu dikejut panas pada 10 menit pasca fertilisasi; ginogenesis2 ginogenesis1 beda waktu kejut pada 15 menit pasca fertilisasi; ginogenesis3 kontrol negatif2 lalu dikejut pada 10 menit pasca fertilisasi; dan ginogenesis4 ginogenesis3 beda waktu kejut pada 15 menit pasca fertilisasi. Materi gamet segar diperoleh dari induk yang diinduksi GnRH analog dan domperindon dosis 1,5 ml/kg bobot induk intramuskuler, 6-10 jam sebelumnya. Milt segar diencerkan 100 x dalam larutan Ringer. Data dianalisis dengan uji Anova, menggunakan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data fertilitas, data penetasan dan data kelangsungan hidup yang terbukti homogen (p>0,05), menunjukkan bahwa ketujuh perlakuan secara statistik fertilitas, penetasan, dan kelangsungan hidupnya tidak nyata (p>0,05) antar pelakuan. Data persentase morfologi larva abnormal tawes menunjukkan bahwa perlakuan yang dicobakan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01). Secara keseluruhan dapat disimpulan bahwa, keempat perlakuan mitoginogenesis yang diujikan efektif menghasilkan larva mitoginogenesis ikan tawes walaupun efektifitasnya masih tergolong rendah. Efektivitas perlakuan dibuktikan dari signifikansi data morfologi larva abnormal dariklompok kontrol negatif membuktikan efektivitas dosis inaktivasi genetis jantan dan morfologi larva normal hasil perlakuan ginogenesis membuktikan efektivitas diploidisasi kejut panas tidak berbeda dari morfologi kontrol positif

    PEMEKARAN DESA DITINJAU DARI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 28 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN.

    No full text
    Tujuan Utama penelitian ini adalah: pertama, Untuk mengetahui singkronisasi peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Pemekaran desa. Kedua, Untuk mengetahui pelaksanaan pemekaran desa di kecamatan Tanjung Kemuning Kabupaten Kaur. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan penelitian yuridis empiris dengan analisis data secara yuridis kualitatif dengan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006. Hasil penelitian yang di dapatkan adalah; Pertama, Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang Desa dan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemekaran desa telah sinkron, Kedua Pembentukan desa dengan jalan pemekaran desa yang dilakukan di kecamatan Tanjung Kemuning kabupaten Kaur pada tahun 2008 jika dilihat dari tujuan pemekaran desa telah sesuai dengan aturan namun jika dilihat dari syarat-syarat dan tata cara belum memenuhi persyaratan dan belum sesuai dengan tata cara sebagaimana yang diatur di dalam peraturan perundang-undangan

    PEMANFAATAN KITIN DAN KITOSAN DARI CANGKANG KEPITING SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA REAKTIF PADA LARUTAN MODEL LIMBAH CAIR INDUSTRI KAIN BESUREK

    No full text
    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya serap kitin dan kitosan dari limbah cangkang kepiting terhadap zat warna reaktif pada larutan model limbah cair industri kain besurek pada berbagai ukuran butir dan waktu kontak. Pada penelitian ini mula- mula diisolasi senyawa kitin dari limbah cangkang kepiting dengan melakukan proses deproteinasi dan demineralisasi. Selanjutnya kitin tersebut ditransformasi menjadi kitosan dengan proses deasetilasi menggunakan NaOH 50%. Kitin dan kitosan yang dihasilkan kemudian digunakan sebagai adsorben untuk menyerap zat warna reaktif pada larutan model limbah cair industri kain besurek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran butir maka semakin besar daya serap kitin dan kitosan terhadap zat warna reaktif. Daya serap kitin terhadap zat warna reaktif semakin besar pada waktu kontak yang semakin singkat, kondisi terbaik diperoleh pada waktu kontak 15 menit. Daya serap kitosan terhadap zat warna reaktif semakin besar pada waktu kontak yang semakin lama dan kemudian menurun setelah waktu kontak optimum, kondisi optimum diperoleh pada waktu kontak 30 menit. Pada kondisi terbaik diperoleh daya serap kitin terhadap zat warna reaktif untuk warna merah, kuning dan biru berturut-turut adalah 9,7411mg/g, 9,7164 mg/g dan 9,6114 mg/g, sedangkan daya serap kitosan terhadap zat warna reaktif untuk warna merah, kuning dan biru berturut-turut adalah 9,8076 mg/g, 9,7670 mg/g dan 9,6808 mg/g
    corecore