44 research outputs found

    Pembentukan Harga Cabai Merah Keriting (Capsicum Annum L) dengan Analisis Harga Komoditas di Sentra Produksi dan Pasar Induk (suatu Kasus pada Sentra Produksi Cabai Merah Keriting di Kecamatan Cikajang, Pasar Induk Gedebage, Pasar Induk Caringin dan Pasar Induk Kramat Jati)

    Full text link
    Beberapa indikator empirik yang sering digunakan dalam pengkajian efisiensi pemasaran di antaranya adalah margin pemasaran dan transmisi harga dari pasar konsumen kepada petani atau ke pasar produsen. Adapun transmisi harga yang rendah mencerminkan inefisiensi pemasaran karena hal itu menunjukkan bahwa Perubahan harga yang terjadi di tingkat konsumen tidak seluruhnya diteruskan kepada petani, dengan kata lain transmisi harga berlangsung secara tidak sempurna. Pola transmisi harga seperti ini biasanya terjadi jika pedagang memiliki kekuatan monopsoni sehingga mereka dapat mengendalikan harga beli dari petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pembentukan harga cabai merah keriting dengan analisis harga komoditas, data yang digunakan adalah data time series harian harga cabai merah keriting selama setahun pada tahun 2014 yang bersumber dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat dan analisis menggunakan program Eviews 8. Hasil analisis menunjukkan bahwa pembentukan harga cabai merah keriting bisa dilakukan dengan analisis harga komoditas pertanian hal ini bisa menunjukkan sebagai indikator kesehatan pasar. Hasil analisis menunjukkan nilai koefisien korelasi tertinggi berada antara PI Caringin dan PI Gedebage persentase Perubahannya 99 %, artinya Perubahan harga yang terjadi di PI Caringin di transmisikan secara sempurna ke PI Gedebage. Pembentukan harga dapat dilihat juga dengan analisis integrasi pasar, analisis ini bertujuan untuk mengetahui pasar mana yang dominan dalam pembentukan harga cabai merah keriting. Hasil analisis menunjukkan kenaikan harga cabai merah keriting 1 rupiah di sentra produksi Cikajang akan menaikkan harga cabai merah keriting sebesar 0.77 rupiah (Perubahan 77 %) di PI Kramat Jati, hal ini menunjukkan bahwa PI Kramat jati dominan pembentuk harga cabai merah keriting

    Struktur dan Pola Hubungan Sosial Ekonomi Juragan dengan Buruh di Kalangan Nelayan Pantai Utara Jawa Barat (Studi Tentang Simbiosis antara Juragan dengan Nelayan Buruh di Pondok Bali Kecamatan Legon Kulon Kabupaten Subang)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran struktur sosial masyarakat nelayan di daerah Pantura, jenis simbiosis yang terjadi dalam hubungan sosial ekonomi juragan dengan nelayan buruh, pendapatan rumah tangga nelayan buruh dan juragan, dan faktor-faktor apa saja yang mendorong dan menarik nelayan buruh untuk bekerja pada juragan nelayan. Penelitian ini menggunakan metode survai. Teknik penentuan responden dilakukan secara Simple Random Sampling (SRS). Hasil Penelitian menunjukkan gambaran Struktur Sosial Masyarakat Nelayan di Pantura dari beberapa juragan yang ada pada masyarakat nelayan terbagi menjadi beberapa kelompok juragan yaitu : Juragan pengusaha , Juragan kuli, Juragan sebagai mata pencaharian pokok, Juragan sebagai sambilan. Struktur pekerja pada nelayan pada saat melakukan pekerjaannya di laut atau di perahu adalah : Nakhoda, Motoris, Orang Tengah, Koki. Simbiosis yang terjadi adalah mutualisma yakni simbiosis yang saling membutuhkan antara juragan dengan buruh dan sebaliknya dan simbiosis mutualisma yang lebih lemah pada posisi nelayan buruh. Tidak semua masyarakat nelayan dikatakan sebagai lapisan masyarakat yang miskin atau lapisan bawah. Keadaan nelayan buruh pada umumnya mempunyai pendapatan di atas Rp. 100.000,00 dalam satu kali melaut

    PEMBENTUKAN HARGA CABAI MERAH KERITING (Capsicum annum L) DENGAN ANALISIS HARGA KOMODITAS DI SENTRA PRODUKSI DAN PASAR INDUK (Suatu Kasus pada Sentra produksi Cabai Merah Keriting di Kecamatan Cikajang, Pasar Induk Gedebage, Pasar Induk Caringin dan Pasar Induk Kramat Jati)

    Get PDF
    Beberapa indikator empirik yang sering digunakan dalam pengkajian efisiensi pemasaran di antaranya adalah margin pemasaran dan transmisi harga dari pasar konsumen kepada petani atau ke pasar produsen. Adapun transmisi harga yang rendah mencerminkan inefisiensi pemasaran karena hal itu menunjukkan bahwa perubahan harga yang terjadi di tingkat konsumen tidak seluruhnya diteruskan kepada petani, dengan kata lain transmisi harga berlangsung secara tidak sempurna. Pola transmisi harga seperti ini biasanya terjadi jika pedagang memiliki kekuatan monopsoni sehingga mereka dapat mengendalikan harga beli dari petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pembentukan harga cabai merah keriting dengan analisis harga komoditas, data yang digunakan adalah data time series harian harga cabai merah keriting selama setahun pada tahun 2014 yang  bersumber dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat dan analisis menggunakan program Eviews 8. Hasil analisis menunjukkan bahwa pembentukan harga cabai merah keriting bisa dilakukan dengan analisis harga komoditas pertanian hal ini bisa menunjukkan sebagai indikator kesehatan pasar. Hasil analisis menunjukkan nilai koefisien korelasi tertinggi berada antara PI Caringin dan PI Gedebage persentase perubahannya 99 %, artinya perubahan harga yang terjadi di PI Caringin di transmisikan secara sempurna  ke PI Gedebage. Pembentukan harga dapat dilihat juga dengan analisis integrasi pasar, analisis ini bertujuan untuk mengetahui pasar mana yang dominan dalam pembentukan harga cabai merah keriting. Hasil analisis menunjukkan kenaikan harga cabai merah keriting 1 rupiah di sentra produksi Cikajang akan menaikkan harga cabai merah keriting sebesar 0.77 rupiah (perubahan 77 %) di PI Kramat Jati, hal ini menunjukkan bahwa PI Kramat jati dominan pembentuk harga cabai merah keriting

    Struktur dan Pola Hubungan Sosial Ekonomi Juragan dengan Buruh di Kalangan Nelayan Pantai Utara Jawa Barat (Studi tentang Simbiosis antara Juragan dengan Nelayan Buruh di Pondok Bali Kecamatan Legon Kulon Kabupaten Subang)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran struktur sosial masyarakat nelayan di daerah Pantura, jenis simbiosis  yang terjadi dalam hubungan sosial ekonomi juragan dengan nelayan buruh, pendapatan rumah tangga nelayan buruh dan juragan, dan faktor-faktor apa saja yang mendorong dan menarik nelayan buruh untuk bekerja pada juragan nelayan. Penelitian ini menggunakan metode survai. Teknik penentuan responden dilakukan secara Simple Random Sampling (SRS). Hasil Penelitian menunjukkan gambaran Struktur Sosial Masyarakat Nelayan di Pantura dari beberapa juragan yang ada pada masyarakat nelayan terbagi menjadi beberapa kelompok juragan yaitu : Juragan pengusaha , Juragan kuli, Juragan sebagai mata pencaharian pokok, Juragan sebagai sambilan. Struktur pekerja pada nelayan pada saat melakukan pekerjaannya di laut atau di perahu adalah : Nakhoda, Motoris, Orang Tengah, Koki.  Simbiosis yang terjadi adalah mutualisma yakni simbiosis yang saling membutuhkan antara juragan dengan buruh dan sebaliknya dan simbiosis mutualisma yang lebih lemah pada posisi nelayan buruh. Tidak semua masyarakat nelayan dikatakan sebagai lapisan masyarakat yang miskin atau lapisan bawah. Keadaan nelayan buruh pada umumnya mempunyai pendapatan di atas Rp. 100.000,00 dalam satu kali melaut. Kata Kunci : Simbiosis Nelayan, Juragan dan Buruh

    Model Pertumbuhan Harga Cabai Keriting (Capsicum annum L) (Suatu Kasus pada Sentra Produksi dan Pasar Induk Cabai Merah Keriting )

    Get PDF
    Agricultural commodity trading generally involves various groups of traders such as village traders, district traders, district traders, inter-provincial traders and retailers in consumer areas. This market system can occur due to lack of competition among village traders and limited number of traders. Even if the number of traders that involved quite a lot but in its activities the traders are often controlled by one or several traders. This research includes quantitative research by using time series data of price of curlychili in Cikajang production center, Caringin Wholesale Market, Gedebage Wholesale Market and Kramat Jati Wholesale Market in 2014 and data of price development and production of red curry pepper in 2009-2014, data analysis used is Eviews 8 Program. The price growth model at the wholesale for the lowest initial price was PIC (y = 10592 + 154.48x), highest PIG (y = 10759 + 180.03x). In this case the price at the highest PIG, indicating the channel price of the PIC and PIKJ (y = 11245 + 169.21x). The price growth model stated that price developments in 4 places, at fluctuating prices can be illustrated by the growth model, although a stable price is something to be expected with a variety of factors that are in fact difficult to achieve. The fixed price growth model remains the lowest price in production centers or farmers

    FLUKTUASI HARGA CABAI MERAH KERITING (Capsicum annum L) DI SENTRA PRODUKSI DAN PASAR INDUK (Tinjauan Harga Cabai Merah Keriting di Kecamatan Cikajang dan Pasar Induk Kramat Jati Jakarta)

    Get PDF
    Cabai merah merupakan salah satu komoditas yang memiliki fluktuasi harga yang cukup besar. Fluktuasi harga cabai merah dapat disebabkan oleh besarnya jumlah penawaran dan besarnya jumlah permintaan. Semakin tinggi jumlah penawaran maka harga akan rendah, sedangkan semakin sedikitnya jumlah penawaran harga akan semakin meningkat (ceteris paribus). Harga cabai merah yang sangat fluktuatif menjadikan komoditas ini sulit untuk dapat diprediksi (Murhalis , 2007) . Berdasar sifat dan masalahnya rancangan penelitian ini termasuk deskriptip yaitu untuk mengetahui tinjauan harga caba merah keriting dan disertai statistik deskriptif untuk mengetahui fluktuasi/stabilitas harga cabai merah keriting di sentra produksi dan pasar induk . Penelitian ini menggunakan data time series harga cabai merah pada sentra produksi cabai merah keriting Cikajang Kabupaten Garut dan Pasar Induk Kramat Jati, dengan menggunakan data harga cabai merah keriting harian pada tahun 2014 . Data yang digunakan bersumber dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat dan dianalisis dengan menggunakan program EVIEWS 8. Fluktuasi harga cabai merah kertiitng di ke 2 tempat mengalami fluktuasi harga yang tinggi dari jenis sayuran lainnya. Cabai merah merupakan komoditas yang mengalami fluktuasi harga setiap waktu. Dalam kurun waktu 10 tahun perkembangan harga cabai merah di 2 tempat mengalami fluktuasi dengan rentang yang berbeda. Harga di pasar induk lebih berfluktuasi dari sentra produksi . Hal ini berdasar hasil analisis standar deviasi sentra produksi Cikajang (15165,64) dan Pasar Induk Kramat Jati (18302,01). Ketidakstabilan harga tersebut dikarenakan di pasar mekanisme pasar tidak bekerja, distribusi antar pelaku pasar tidak adil hal ini menunjukkan bahwa pasar cabai merah tidak efisien atau tidak sehat. Pasar tidak sehat ditunjukkan dengan harga terlalu murah akan merugikan produsen, dan harga terlalu mahal merugikan konsumen, hal ini terjadi akibat perubahan penawaran dan permintaan yang menimbulkan fluktuasi harga sehingga fluktuasi harga secara ekonomi akan menyulitkan prediksi bisnis

    MODEL PRODUKSI TOMAT DI SENTRA PRODUKSI KABUPATEN GARUT

    Get PDF
    Teknologi memiliki peran penting dalam keberlangsungan manusia untuk memperbaiki proses produksi, juga tidak dapat dipisahkan dari ilmu pengetahuan yang terus berkembang dan meluas. Dimana ilmu pengetahuan telah ditunjang oleh berbagai perangkat tenologi yang memungkinkan daya cipta dan kreativitas ide manusia dapat dieksplorasi tanpa batas. Supply chain manajemen (SCM) merupakan salah satu bukti pemanfaatan teknologi, khususnya teknologi komunikasi dan informasi, untuk menggali kemungkinan-kemungkinan yang lebih luas dalam manajemen produksi. Berdasarkan hasil tinjauan literatur mengenai manajemen rantai pasok untuk produk pertanian segar, permasalahannya di bedakan berdasarkan : isu strategis, isu teknis, dan isu operasional. Namun dalam penelitian ini lebih di fokuskan pada masalah operasional yaitu manajemen produksi tomat. Selanjutnya masalah masalah manajemen produksi tomat dikaji untuk menemukan penyebab utama dan kualitas produk pertanian yang memerlukan penangan khusus dalam kegitaan produksi terkait petersediaan produk dalam upaya memenuhi permintaan. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Garut sebagai sentra produksi sayuran di Jawa Barat. Manajemen produksi pada tomat dikembangkan dengan dinamika sistem yaitu dengan menggunakan model berpikir sistem (system thinking), dimana setiap permasalahan manajemen dan operasional dipandang sebagai sebuah sistem, yaitu keseluruhan interaksi antar unsur dari sebuah objek dalam batas lingkungan tertentu yang bekerja untuk melihat dan membicarakan suatu realitas yang bisa membantu memahami fenomena.Kata Kunci : Model, Manajemen, Produksi, Tomat

    BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHATANI JAGUNG PIPILAN VARIETAS HIBRIDA BISI-2 (ZEA MAYS L)

    Get PDF
    Farming activities of production facilities is important, because most new technologies that can increase agricultural production requires the use of means of production by farmers, while the production process includes corn farming, planting, fertilizing, maintenance, and pest and disease control. Seeds to be used should be of quality seed of improved varieties, and not mixed with others varieties. This Research is a case which is a survey on farmers who tried to farm corn hybrid varieties Bisi-2. In the village of Jayamandiri, District Cibugel, Sumedang regency. Mechanical determination of the respondent farmers used was simple random sample (Simple Random Sampling) with 45 farmers (respondent) .The Effect between factors of production with a production produced, tested by analysis of variance (Analysis of Variance / ANOVA). Tests carried out using SPSS 17. The influence of the factors of production with theresults of the simultaneous production was a factor of production land, seed, fertilizer urea, Phonska, manure, and labor provide significant effect on yield. Judging from the effect between factors of production with partial production, production factors which influence the results of seed production is a factor of production and labor

    KEPUTUSAN PETANI DALAM PENGALOKASIAN DANA GANTI RUGI KONVERSI LAHAN PERTANIAN (Suatu Kasus Konversi Lahan Sawah untuk Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat di Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka)

    Get PDF
    ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui keputusan petani dalam mengalokasikan dana ganti rugi konversi lahan. Penelitian dilakukan di Bandaraudara Internasional Jawa Barat (BIJB) yang berada di Kecamatan Kertajati Kabpaten Majalengka. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Teknik penentuan responden dilakukan secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa petani yang lahan pertaniannya terkena penggusuran pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) merupakan petani yang berlahan sempit (< 0,5 ha) dengan harga lahan per batanya antara sekitar Rp. 350.000,- sampai dengan Rp. 700.000,-. Sehingga dengan ganti rugi yang didapatnya tersebut petani lebih cenderung mengalokasikan uangnya untuk kegiatan konsumsi (70,4%), kegiatan usahatani (31%) dan kegiatan non usahatani seperti berdagang, bengkel, pemilik kost-kostan dan lain-lain (23,4%).  Kata Kunci : Ganti Rugi, Keputusan Petani, Konversi Lahan, Petan
    corecore