53 research outputs found

    Pengontrolan Pemutus Balik Otomatis dengan Layanan Pesan Singkat

    Get PDF
    Bencana alam seperti erupsi gunung berapi dapat diketahui sebelumnya melalui informasi yang disampaikan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Material vulkanis atau awan panas dapat merusak bangunan dan juga instalasi listriknya. Salah satu indikasi kerusakan instalasi listrik adalah kegagalan sistem isolasinya, sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan adanya arus lebih. Arus listrik lebih yang mengalir terlalu lama berakibat munculnya kerusakan jaringan listrik lainnya. Salah satu cara untuk memutus adanya arus lebih pada jaringan instalasi listrik adalah dengan memasang PBO. Pemutus Balik Otomatis (PBO) adalah salah satu alat yang cukup penting dalam sistem proteksi jaringan listrik dengan cara pemutusan berulang. Penelitian ini membahas tentang rangkaian pemutus Balik otomatis elektronis yang digunakan untuk memantau arus lebih yang kemudian dibaca oleh sensor arus lalu diubah menjadi tegangan analog. Setelah proses pengubahan, selanjutnya akan diproses oleh mikrokontroler ATMega8535 sebagai pengendali pada sistem alat ini. Software dalam ATMega8535 dirancang sebagai pengendali relai untuk memutus Balik secara otomatis dengan waktu tunda dan pengunciannya setelah melampaui batas counter yang sudah ditentukan dan akan diinformasikan dengan media layanan pesan singkat (SMS). Kemudian untuk memfungsikan kembali dapat di-reset melalui tombol reset atau telepon genggam dengan mengirim SMS. Pada penelitian ini, layanan pesan singkat juga dapat digunakan untuk mengontrol hidup / matinya PBO. Pemutus Balik Otomatis ini dapat beroperasi sebagai pengaman jaringan instalasi listrik dan dapat dikontrol dari manapun melalui SMS dengan waktu ± 10 detik

    Kemampuan Tendangan Sabit Mahasiswa Pembinaan Prestasi Pencak Silat Uns Surakarta Ditinjau dari Koordinasi Mata-kaki Kecepatan Rasio Panjang Tungkai dan Tinggi Badan

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: hubungan baik secara tunggal maupun ganda antara variabel koordinasi mata-kaki, kecepatan dan rasio panjang tungkai-tinggi badan dengan kemampuan tendangan sabit pencak silat dan berapa besar sumbangan dari masing-masing variabel tersebut.Penelitian ini menggunakan metode diskriptif dengan teknik analisis korelasi. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa putra pembinaan prestasi pencak silat JPOK UNS Surakarta yang berjumlah 55. Sampel penelitian ini adalah 30 mahasiswa putra yang memiliki tinggi badan (163-165 cm). Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel bebas yaitu koordinasi mata-kaki, kecepatan, rasio panjang tungkai dan tinggi badan. Variabel terikat yaitu kemampuan tendangan sabit pencak silat. Seluruh data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan pengukuran terhadap masing-masing variabel tersebut. Teknik analisis data menggunakan analisis korelasi dengan melakukan pengujian reliabilitas, normalitas, linieritas, dan pengujian hipotesis yaitu analisis korelasi masing-masing prediktor, analisis korelasi parsial dan analisis regresi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari masing-masing variabel koordinasi mata-kaki kecepatan dan rasio panjang tungkai dan tinggi badan memiliki hubungan yang signifikan baik secara tunggal maupun ganda dengan kemampuan tendangan sabit pencak silat. Dikaji dari masing-masing prediktor, koordinasi mata-kaki dan kecepatan memiliki hubungan yang signifikan dengan kemampuan tendangan sabit pencak silat baik mengendalikan ataupun tanpa mengendalikan variabel pendukung lainnya. Sedangkan rasio panjang tungkai dan tinggi badan akan memiliki hubungan dengan kemampuan tendangan sabit pencak silat jika dipengaruhi oleh koordinasi mata-kaki dan kecepatan.Sumbangan relatif masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat sebagai berikut: koordinasi mata-kaki sebesar 52,17%, kecepatan 35,75%, dan rasio panjang tungkai-tinggi badan 12,02%. Sedangkan sumbangan efektif masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat sebagai berikut; koordinasi mata-kaki sebesar 35,11%, kecepatan 24,06% dan rasio panjang tungkai-tinggi badan 8,09% sehingga total sembangan efektif sebesar 67,26%. Upaya meningkatkan kemampuan tendangan sabit pencak silat hendaknya mampu memanfaatkan koordinasi mata-kaki, mampu mengerahkan kecepatan dengan sumbangan rasio panjang tungkai dan tinggi badan yang baik sesuai tuntutan cabang olahraga pencak sila

    Eksplorasi Bahan Aktif Rumput Laut Coklat (Phaeophyceae) Sebagai Biolarvasida Aedes Aegypti [Exploration of Brown Seaweed (Phaeophyceae) Active Subtance as Aedes Aegypti Biolarvicides]

    Full text link
    Exploration of seaweed on pharmacy has been developed. The recent studies found its capacity as biolarvacidal. The expert cited Manilal explained that seaweed secondary metabolites has a complex chemical structures with a different bioactivity capabilities. It also has varied capabilities, for pharmacy field, ecologic and as a toxic source. This study aim are to determined the capabilities of brown seaweed extracts P. gymnospora, S. filipendula, S. duplicatum, and S. polycystum as an Ae. aegypti larvicides and optimum dose for 50% mortality (LC50 ) of Ae. aegypti larvae. The research methods is experimental with 50% Ae. aegypti larvae mortality (LC50 ) or probit analyzis. The treatment research are P.gymnospora as E1, S. filipendula as E2, S. duplicatum E3, and S. polycystum as E4. The concentration of each 20 ppm (D1), 40 ppm (D2) , 60 ppm (D3), 80 ppm (D4) and 100 ppm (D5). Repetitions of each treatment three times. The results showed that extracting of P. gymnospora, S. filipendula, S. duplicatum, and S. polycystum have capability as Ae. aegypti larvicide. The optimum dose of the extract with the number of deaths is 50 % or LC50 P. gymnospora (40.19 ppm ± 0.21), S. duplicatum, S. Fillipendula, S. Polycystum more than 100 ppm. The discussion about active substance of brown seaweed, saponins, terpenoids, flavonoids and polivenol showed positive result and its dominance founded in P. gymnospora extract that is the best efficiency of LC5

    Corrosion Rate of Carbon Steel for Flowline and Pipeline as Transmission Pipe in Natural Gas Production with Co2 Content

    Full text link
    The purpose of this research is to investigate the corrosion rate of carbon steel as flowline and pipeline in natural gas production with CO2 content. The influence of variety of conditions that represent the actual conditions in practice such as CO2 partial pressure and solution composition, particularly NaCl percentage were performed. Research conducted by polarization test and simulation methods using PREDICTTM software. The result of this research is used to illustrate the level of corrosion rate of typical carbon steel i.e. API 5L X-52 occurred in natural gas pipelines due to the effect of dissolved CO2. From the experiments obtained that corrosion rate of steel in environments containing CO2 ranged between 15-28 mpy. This high corrosion rate observed could severely damage natural gas transmission flowline and pipeline. The result of this research is the first step, as an input for prevention efforts, to prevent leakage of flowline and pipeline due to corrosion of CO2 which appropriate with the lifetime that has been designed

    Shigella spp. surveillance in Indonesia: the emergence or reemergence of S. dysenteriae.

    Get PDF
    From June 1998 through November 1999, Shigella spp. were isolated in 5% of samples from 3,848 children and adults with severe diarrheal illness in hospitals throughout Indonesia. S. dysenteriae has reemerged in Bali, Kalimantan, and Batam and was detected in Jakarta after a hiatus of 15 years

    Physicochemical properties of Bruguiera gymnorrhiza flour (BGF)

    Get PDF
    This research aims to study the physicochemical properties of Bruguiera gymnorrhiza flour (BGF). The peeled BG fruit was immersed in ash suspension in water (10% w/v) for 24 hours, then sundried, milled, and sieved through membrane sized 100 mesh. Particle size of BGF produced as described are of 150 µm, brown in colour, of low viscosity and adhesiveness (CR:30.25), low amylose content (14.23%), had low protein (4.82%) and fat (0.24%) content, and high crude fiber content (7.46%). Tanin content of BG fruit was succesfully reduced by pretreatment in this study (19700 ppm to 8500 ppm). HCN content in BG fruit were under the detection limits of our method to be determined. Results of the present study suggests futher studies on the use of BGF for developing flat bread ingredients

    Determining Physical Fitness for PPLOP Basketball Athletes in Central Java Using Sport-specific Test and Measurement

    Full text link
    The level of physical condition can directly affect the team's success in winning the match. The purpose of this study is to implement sport-specific test and measurement related to basketball to investigate the level of fitness for basketball athletes in Central Java highschool basketball team (PPLOP). The total of 13 athletes were signed for this study. Methods used to collect data were test and measurement containing of the following 60-m sprint test, sprint fatigue test, maximum push up, one minute push up, beep test and V-sit. These are sequentially intended to measure speed, anaerobic endurance, upper extremity muscular endurance, abdominal muscular endurance, aerobic endurance, and flexibility. In addition, a different test was conducted using ANOVA technique to determine differences in physical conditions between starters and reserve players. The results suggested that generally the level of physical condition of PPLOP players is in good condition. However, the muscular endurance of the arms and shoulders requires an increase because the results are categorized as less. The significant difference in physical capacity between starters and reserve players was recorded only in the number of push ups (p <0.05) recorded. This research can be used as a reference for trainers in creating training programs and adopting the types of tests and measurements selected in this study as guidelines for physical measurement for basketball athletes. &nbsp

    Kewenangan Lembaga Hukum dalam Menentukan Besaran Kerugian dan Pengembalian Keuangan Negara Hasil Tindak Pidana Korupsi

    Full text link
    Dalam memeriksa suatu perkara tindak pidana korupsi untuk menentukan suatu kerugian negara, maka kewenangan melakukan audit adalah BPK sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, kedudukan BPK merupakan Badan Pemeriksa Keuangan yang paling tinggi dalam hal keuangan negara, yang diatur dalam Pasal 23 ayat (5) Undang-Undang Dasar 1945. Tetapi pada Kenyataannya Jaksa melakukan kewenangan penyidikan dalam perkara korupsi melebihi kewenangannya. Jaksa juga melakukan kewenangan melakukan audit kerugian keuangan negara, hal tersebut melebihi kewenangan Jaksa dan mengambil alih kewenangan BPK. Kondisi ini menyebabkan kerancuan siapa yang berhak untuk menghitung kerugian keuangan Negara dan mekanisme pengembalian kerugian keuangan negara dari tindak pidana korupsi. Metode pemecahan masalah menggunakan pendekatan normatif menggunakan peraturan per Undang-Undangan yang berlaku dan pendekatan konseptual diambil dari teori dan doktrin hukum yang sudah ada. Sesuai faktanya aturan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 dengan PERMA Nomor 5 Tahun 2015 juga tidak ada proses mekanisme secara rinci pembayaran kerugian tetapi lebih menjelaskan mengenai perampasan penyitaan lalu dilelang guna menutupi kerugian negara Dengan ini perlu adanya aturan terkait mekanisme pengembalian dan kewenangan dalam menentukan jumlah kerugian negara.In examining certain cases of corruption to determine a state loss, the authority to audit is BPK in accordance with Article 2 of the BPK law. The position of the supreme audit board is the highest audit agency in the case of the finances state, as regulated in Article 23 paragraph 5 of the 1945 Constitution. However at reality the Prosecutor conducts investigative authority in corruption case, sometimes exceeding their authority. This condition causes confusion which intitution have authority to calculate financial state loss and mechanism for recovering financial state losses from corruption.The problem soving method uses a statue approach which it uses applicable regulation and law and conseptual approach from the theory and doctrine that still exist. Actually the fact from Article 18 Regulations number 31/1999 and PERMA number 5/2015 there is no rules of state financial loss return but it just explain of seizure adn foreclosure then auctioned off for compesate the financial loss. Because of that problem, the conclusion is to make a new regulation about mechanism recovering financial state losses and the authority of calculate financial state loss
    • …
    corecore