19 research outputs found

    Kritik terhadap Pendapat Zaim Saidi tentang Dinar dan Dirham

    Get PDF
    Pemikiran hukum Islam sebagai produk pemahaman dari pesan-pesan teks al-Quran dan Hadits selalu mengalami perkembangan. Problematika mengenai uang kertas di kalangan muslim menjadi sangat krusial. Uang merupakan inovasi besar dalam peradaban perekonomian dunia. Posisi uang sangat strategis dalam sebuah perekonomian. Bisa dikatakan uang merupakan bagian yang terintregasi dalam suatu sistem ekonomi. Tapi ada yang perlu dikaji ulang mengenai uang, yakni Dinar Dirham sebagai mata uang sejak zaman Nabi. Zaim Saidi mengartikan uang yang sah dan dapat dijadikan alat transaksi hanyalah Dinar dan Dirham, bahkan ia menyatakan bahwa uang kertas adalah riba karena tidak memiliki nilai keseimbangan antara nilai intrinsik dan nilai nominal. Dinar Dirham sebagai alat pembayaran didasarkan pada al-Qur’an dan al-Hadits. Dinar dan Dirham sendiri adalah mata uang yang berasal dari Romawi dan Persia, setelah Islam datang kemudian mata uang tersebut diadopsi dan di gunakan sebagai mata uang sejak zaman Nabi saw sampai runtuhnya kekhalifahan Ustmaniyah pada tahun 1924. Adapun masalah penelitian ini adalah (1) Bagaimana pendapat Zaim Saidi tentang Dinar dan Dirham?, (2) Apa alasan alasan Zaim Saidi kembali ke Dinar dan Dirham dari yang semula menggunakan Rupiah?, (3) Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap pendapat Zaim Saidi?. Metode Penelitian yang digunakan (1) jenis penelitian kualitatif, yang bersifat kepustakaan atau Library Research, (2) Sumber data dari data primer dan sekunder, (3) metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif . Hasil penelitian menunjukkan Pertama, Dinar dan Dirham sebagai alat pembayaran yang sah dan uang kertas adalah haram menurut Zaim Saidi merupakan hasil pemikiran Zaim Saidi, yang dimaksudkan agar sistem keuangan dunia kembali seperti zaman Rasul dan Khalifah agar tidak terjadi inflasi dan krisis moneter. Namun dalam menggagas pemikiranya tersebut, Zaim Saidi perlu memperhatikan Masyaqqah dari hasil pemikirannya tersebut, dengan mengharamkan uang kertas maka akan menimbulkan konsekuensi hukum haramnya segala aktifitas muamalah maupun ibadah yang melibatkan uang kertas. Sedangkan menurut beberapa ulama’, masalah uang merupakan Urf’ yang disepakati oleh masyarakat bukan masalah syariah seperti yang digagas oleh Zaim Saidi. Kedua, terdapat beberapa alasan yang mendasari kenapa Zaim Saidi ingin kembali pada sistem bimetalik ini, di antara alasannya adalah uang ketas menyebabkan krisis moneter, namun kekuatan ekonomi pada dasarnya bukan sumber nilai uang kertas. Kekuatan ekonomi tidak memberikan faedah kecuali pada dua sisi yaitu, menjaga cadangan devisa. Negara yang impornya lebih sedikit dari ekspornya akan mendorong nilai mata uangnya tetap kuat dari sudut kekuatan nilai tukar. Selanjutnya, menambah devisa berupa emas dan valuta asing, yaitu ketika nilai ekspor lebih besar dari nilai impornya. Demikian juga, volume emas saja tidak memberikan manfaat pada kekuatan nilai tukar uang kertas apabila ekonomi tidak kuat, karena volume impor yang membuat banyak cadangan menyusut. Ketiga,Islam adalah agama Allah, penutup seluruh agama yang akan selalu relevan pada setiap masa dan tempat, karenanya ia hadir dengan dalil-dalil elastis yang selalu dapat memecahkan persoalan baru. Dalam hal ini hukum Islam memandang bahwa persoalan uang adalah persoalan kebiasaan (‘Urf) yang ditentukan oleh pasar, sehingga apa pun istilah dalam pasar yang digunakan dapat disebut sebagai uang, tidak hanya terbatas pada emas dan perak saja. Dengan demikian umat muslim tidak akan terjebak pada kesulitan dan kesempitan akibat mengatakan uang kertas tidak sah

    THE ROLE OF THE SHARIA SUPERVISORY BOARD IN ENSURING CONTRACT COMPLIANCE IN SHARIA FINANCIAL INSTITUTIONS' FINANCING PRACTICES

    Get PDF
    Murabahah financing, in concept and principle, is intended for a sale and purchase agreement with an agreed-upon cost price and desired profit margin. However, variations exist in practice, where clients use this financing to settle their debts rather than to acquire the objects specified in the contract. Therefore, this research aims to analyze the role of the Sharia Supervisory Board (DPS) in Sharia Financial Institutions concerning Murabahah financing. This study is a field research with an empirical juridical approach. Data were gathered through interviews, observations, and document analysis, and the collected data were analyzed using a qualitative descriptive method. The results indicate that the supervision by the DPS is not optimal as it is limited to central offices and relies on information provided by management, thus not detecting violations in the field. The suggestion from this research is that the supervision would be more comprehensive if the DPS also verifies with clients as a comparative data source to ensure the conformity of products with Sharia principles. Pembiayaan Murabahah secara konsep dan aturan adalah untuk melakukan jual beli yang telah disepakati harga pokok dan jumlah keuntungan yang diinginkan. Namun terdapat perbedaan pada tingkat praktik, dimana nasabah menggunakan pembiayaan tersebut untuk membayar hutangnya bukan untuk membeli objek yang dituangkan dalam akad. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisa peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) di Lembaga Keuangan Syariah terkait Pembiayaan Murabahah. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan yuridis empiris. Data diperoleh dengan melakukan wawancara, observasi dan studi dokumen, data yang terkumpul kemudian dianalisa menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawasan DPS belum maksimal karena hanya melakukan pengawasan di kantor pusat dan berdasarkan keterangan dari manajemen sehingga tidak mengetahui pelanggaran di Lapangan. Saran dari penelitian ini, akan lebih komprehensif pengawasan tersebut jika DPS juga mengkonfirmasi kepada Nasabah sebagai data pembanding sehingga keseuaian produk dengan prinsip syariah dapat terjami

    Dynamics of family fiqh: the multiple roles of women in realizing family resilience

    Get PDF
    This research seeks to reveal the multiple roles of working women in realizing family resilience. This research argues that family resilience will determine the resilience of a nation. The research was conducted through interviews and observations on 15 civil servants (PNS) at the State Islamic University (UIN) of Salatiga. They consisted of 6 lecturers, 6 educational staff, and 3 postgraduate students. The results of the study show that women had a central role in realizing family resilience. The multiple roles that women played as a wife, mother, community member, and worker indicate their strong personality. They were women who were able to pursue their family resilience in their own way, depending on the conditions and situations that they faced. They were not only concerned with domestic affairs, but also other affairs in society and at work. They were able to negotiate their multiple roles to maintain their existence without abandoning their role in the family as a wife and mother. Some of the important practices that these women implemented include building communication and openness, implementing the principle of mutuality in carrying out tasks at home, acting smart to seize opportunities and not being monotonous, setting priorities between several tasks or jobs, and increasing spirituality/religiosity and minimizing negative effects of using social media on children

    Cucumber Mosaic Virus and Chili Veinal Mottle Virus Infection on Growth and Yield Component of Chilli

    Get PDF
    A research was undergone to study the effect of single and double infection of Cucumber Mosaic Virus (CMV) and Chili Veinal Mottle Virus (ChiVMV) on the growth and yield of five chilli cultivars, i.e. Prabu, Taro, Jatilaba, Laris, and Keriting Bogor. Mechanical inoculation was conducted to transmit the virus. Infection of the virus was then confirmed with DAS-ELISA. Severe symptom was observed on plant given double infection compared to those given single infection. The rate of plant growth and the amount and weight of fruits were reduced. The type of interaction between CMV and ChiVMV on most chilli cultivar can be considered as interference and additive. Synergism interaction was only observed on cultivar Laris. Based on symptom expression and reduction on yield, it can be concluded that all chilli cultivars used in this study could not hold up the virus infection. Key words: CMV, ChiVMV, interaction, additive, interference, synergis

    Cucumber Mosaic Virus and Chili Veinal Mottle Virus Infection on Growth and Yield Component of Chilli

    Get PDF
    A research was undergone to study the effect of single and double infection of Cucumber Mosaic Virus (CMV) and Chili Veinal Mottle Virus (ChiVMV) on the growth and yield of five chilli cultivars, i.e. Prabu, Taro, Jatilaba, Laris, and Keriting Bogor. Mechanical inoculation was conducted to transmit the virus. Infection of the virus was then confirmed with DAS-ELISA. Severe symptom was observed on plant given double infection compared to those given single infection. The rate of plant growth and the amount and weight of fruits were reduced. The type of interaction between CMV and ChiVMV on most chilli cultivar can be considered as interference and additive. Synergism interaction was only observed on cultivar Laris. Based on symptom expression and reduction on yield, it can be concluded that all chilli cultivars used in this study could not hold up the virus infection

    Peran Santripreneur Pondok Pesantren Edi Mancoro terhadap Kemandirian Pesantren dan Masyarakat

    No full text
    Ekonomi pesantren mendapatkan sorotan dari berbagai pihak, terutama tentang banyaknya anggapan bahwa pesantren adalah Lembaga pendidikan tradisional yang jauh dari model Pendidikan modern termasuk kewirausahaan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana model santripreneur di Pondok Pesantren Edi Mancoro serta perannya terhadap kemandirian pesantren dan masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan empiris. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, dokumentasi dan wawancara terkait santripreneur di Ponpes Edi Mancoro kemudian dianalisa dengan metode alir miles dan Huberman yang meliputi reduksi data, display dan penarikan kesimpulan. Dari hasil pennelitian dapat disimpulkan bahwa, di Pesantren Edi Mancoro telah menerapkan Pendidikan semi modern salah satunya adalah santripreneur. Model santripreneur di Pesantren Edi Mancoro adalah melalui pemberdayaan ekonomi santri dan masyarakat di sekitar pesantren. Dengan adanya santripreneur di Edi Mancoro, beberapa usaha pesantren dikelola oleh santri dan masyarakat sekitar pesantren sehingga dapat membantu mengurangi pengangguran dan memberikan pemasukan untuk santri maupun masyarakat di sekitar pesantren
    corecore