49 research outputs found

    Konversi Tonase Air Dengan Berat Garam Yang Terbentuk Di Areal Pertambakan Tanggultlare Jepara

    Full text link
    Indonesia memiliki laut yang luas serta berbagai sumberdaya yang terkandung didalamnya seperti kadar garam yang tinggi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan pengambilan data mengunakan metode purposive sampling. Tambak yang digunakan yaitu sebanyak empat tambak. Pengumpulan data pada penelitian ini yaitu meliputi data primer dan data sekunder. Dimana data primer mencakup pengukuran salinitas, suhu udara, suhu air dan luas serta kedalaman tambak sehingga diperoleh volume tambak, sedangkan data skunder yang digunakan yaitu data curah hujan Kabupaten Jepara. Hasil penelitian menunjukan bahwa volume tambak A 7.020 l menghasilkan 1,21 ton garam selama 4 hari. Volume tambak B 7.810 l menghasilkan 1,22 ton garam selama 5 hari. Volume tambak C 9.920 l menghasilkan 1,23 ton garam selama 5 hari. Volume tambak D 11.420 l menghasilkan 1,26 ton garam selama 5 hari

    Spiritualitas Budaya Jawa dalam Seni Tari Klasik Gaya Surakarta

    Full text link
     Seni tari klasik Jawa telah berkembang secara dinamis seiring dengan sejarah perkembang- an keraton-keraton di Jawa Tengah, terutama setelah abad XV yang dimulai pada era kerajaan Demak. Seni tari klasik Jawa hidup dan berkembang di lingkungan istana Mataram Islam sejak periode Panembahan Senapati di Kotagede, atau jaman Sultan Agung di keraton Plered sampai dengan berpindahnya keraton Mataram ke Kartasura.Metode penelitian ini konsentrasi utamanya pada penggunaan data kualitatif dengan per- tanyaan-pertanyaan ’mengapa’ dan ’bagaimana’ untuk mengungkap misteri yang berada di belakang fenomena yang ada. Tindakannya dilakukan dengan pendekatan multi disiplin dari ilmu-ilmu sejarah, sosial, dan koreografi.Peristiwa perjanjian Gianti pada tahun 1755 tidak saja berpengaruh dan berdampak pada kekuasaan raja Mataram yang harus membagi menjadi dua wilayah, yaitu wilayah Kasunanan Surakarta dan wilayah Kasultanan Yogyakarta, tetapi juga berimplikasi pada kehidupan ke- budayaan Jawa. Kebudayaan Jawa yang semula bersumber dari satu kerajaan, yaitu Mataram Kasunanan, kemudian menjadi dua corak, yaitu kebudayaan Jawa Surakarta dan Yogyakarta. Namun demikian, baik di istana Kasunanan Surakarta maupun istana Kasultanan Yogyakarta tetap mengembangkan kesenian klasik Jawa berdasarkan nilai-nilai budaya adiluhung walau- pun dalam corak atau gaya yang berbeda. Nilai-nilai spiritualitas ‘kejawen’ tetap menjadi sum- ber acuannya.

    Laras dan Rumpaka dalam Garap Karawitan Jaipongan Jugala

    Full text link
    Â Tulisan ini menguraikan ciri-ciri atau identitas musikal garap karawitan Jaipongan Ju- gala yang dititikberatkan pada identitas laras dan rumpaka. Identitas karawitan Jaipongan merupakan suatu genre karawitan Sunda kiwari yang berkembang tanpa pengaruh besar akulturasi. Bentuk verbal rumpaka pada garap karawitan Jaipongan Jugala sebagian besar merepresentasikan suatu pembicaraan atau teks yang menuntut pemahaman isi. Karakter- istik laras dan rumpaka yang bersifat verbal dan musikal dalam garap karawitan Jaipongan menunjukkan ekspresi artistik yang multidimensional.

    Tinjauan Perkembangan Keris Tangguh Ngentha-Entha YOGYAKARTA 1975-2015

    Get PDF
    Setiap keris memiliki ciri tersendiri yang disebut tangguh, seperti tangguhngéntha- énthayang diciptakan di lingkungan masyarakat Desa Ngéntha-Éntha. Tokoh penting yang membuat keris dengan tangguh ini adalah Empu Wayang. Pada tahun 1963, Empu Supowinangun, pewaris Empu Wayang, meninggal dunia. Akibatnya, sejak saat itu pembuatan keris dengan gaya ngéntha-éntha tidak lagi dilakukan. Pada tahun 1975 ada upaya untuk merevitalisasinya dan berhasil. Penelitian ini bermaksud meneliti revitalisasi keberadaan keris Tangguh Ngenta-entha tersebut dengan menggunakan metode historis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa revitalisasi ini telah diakukan oleh dua empu keris bernama Yosopangarso dan Jeno Harumbrojo. Dewasa ini, dua orang empu keris t e r s e b ut t e l a h m e n i n g g a l d un i a d a n pr o s e s pe m b ua t a n k e r i s d e n g a n c i r i - c i r i tangguhngéntha-énthadiambil alih oleh Empu Sungkowo, anak angkat Empu JenoHarumbrojo dengan metode rekonstruksi pola-pola pewarisan yang tetap dan tidak meninggalkan pakem-pakem tradisi yang ada

    Dinamika Perkembangan Lagu Gedé

    Get PDF
    ABSTRACT The frequency of presentation of  lagu gedé on Sundanese kiliningan and  wayang golek  has not been ‘bright’ as in the 1950s-1980s. But this lagu gedé still exist as one of Sundanese  music reper- toire diversity.   In  a further development, the lagu gedé absorbed and adapted to the different music genres, such as cianjuran,  degung, and bajidoran-jaipongan. The instrumentation adapted into their character ensembles. The absorption and adaptation process is not the same.There are parts of lagu gedé are still kept or maintained, there are parts that reduced, and there are also new parts are  increased or added. This situation can not be avoid, because the tradition of lagu gedé itself is dynamic. The changing of artists generation with the   internalization processes and its enculturation, as well as changes in space and time can lead to a way of viewing times, how to address, and how you feel about the song is so different. Keywords: lagu gedé, dynamics, transmission  ABSTRAK Frekuensi penyajian lagu gedé memang sudah tidak sesemarak di era 1950-1980 an. Na- mun, lagu ini tetap masih mengisi khasanah keanekaragaman musik Sunda. Lagu ini diserap dan diadaptasi ke dalam genre musik yang berbeda, seperti tembang cianjuran, degung, dan bajidoran-jaipongan. Adapun instrumentasinya disesuaikan dengan karakter masing-masing ensambel tersebut.  Proses penyerapan dan adaptasi ini tentu saja tidak sama. Ada bagian- bagian lagu gedé yang bertahan atau dipertahankan. Ada bagian yang berkurang atau di- kurangi. Ada juga, bagian-bagian baru yang bertambah atau ditambahkan. Situasi demikian tidak dapat dielakkan mengingat tradisi lagu gedé itu sendiri dinamis. Pergantian generasi seniman dengan segala proses internalisasi dan enkulturasinya, serta perubahan ruang dan waktu yang dialami mengakibatkan cara memandang, cara menyikapi, dan cara merasakan lagu ini jadi berbeda. Kata kunci: lagu gedé, dinamika, transmis

    THEATRE BY REQUEST SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN TEATER

    Get PDF
    This research discusses about "Theatre by Request" (TbR) as showcase method by Studio Theatre Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) of Seni Budaya Yogyakarta. TbR is an interactive show where audiences can choose and decide which actors will perform, the theme of the story will be staged, and to control the show depends on the performances option. This interactive performance is done by improvisation, considering the actor himself never know who will be chosen by the audience to play and what theme will be played. TbR is designed to introduce theatrical play techniques to the community, especially students. Mostly, theatre education uses drama script as a reference learning, but TbR uses theatre game as method to introduce theatre world. This research focuses on how TbR uses the game as a basis for making educative performances, especially education about the theater world itself. The results showed that theatre game is one of the alternative media to introduce theater as a performance as well as learning materials to the community, especially school children

    IDENTITAS ORNAMEN RUMAH TRADISIONAL GORONTALO TAHUN 1890-2001

    Get PDF
    This study aims to determine the distribution of forms, motifs, themes, and application of the trappings of traditional houses in Gorontalo years 1890-2001 using historical approaches. Data obtained through field observations. Observed data in the form of a traditional house of Gorontalo ornaments placed in mesh or roof made of boards, pakadanga or lisplang, jalusi or air vents, house of windows or tutulowa, fences or jalamba, door or uh?bu and door storage or lowalungob?l?. Based on the research concluded that the ornaments in traditional houses Gorontalo have functions that fit the ornament placed or installed. The ornaments of Gorontalo traditional house in their history that are under the influence of Dutch, Chinese, and Arabic, will affect the motifs of the ornaments shapes.Keywords: Gorontalo traditional houses of ornament, Form-Motive-Theme, Identity___________________________________________________________________Orang Gorontalo memiliki himpunan kegiatan yang dipusatkan pada rumah atau b?l? tradisional, seperti Banthayo Poboid? dan Dulohupa. Identitas etnik Gorontalo pertama kali dibangun melalui rumah tradisional tersebut, ternyata berimplikasi mempersatukan ke-5 wilayah yang berbeda (Gorontalo, Limboto, Bone, Boalemo dan Atinggola). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran bentuk, motif, tema, dan penerapan pada ornamen rumah tradisional di Gorontalo tahun 1890-2001. Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah. Data yang diamati berupa ornamen rumah tradisional Gorontalo yang diletakkan pada jala-jala atau atap yang terbuat dari papan, pokadanga atau lisplang, jalusi atau ventilasi udara, tutulowa atau jendela rumah, jalamba atau pagar, uh?bu atau pintu rumah, dan lowalungob?l? atau pintu penyimpanan. Selain itu dapat juga diketahui adanya gaya (irama penyusunan) dan karakter (penjiwaan utama objek) pada beberapa ornamen rumah tradisional Gorotalo. Buku yang akan diacu pada penelitian kualitatif ini terutama pada masalah teori difusi adalah Metode-metode Anthropologi Dalam Penjelidikan Masjarakat dan Kebudajaan di Indonesia dari Koentjaraningrat. Pada buku tersebut Bab VI menjelaskan tentang teori-teori difusi kebudayaan di Indonesia dan teori-teori akulturasi pada Bab X. Klasifikasi aneka suku bangsa di wilayah Indonesia bagian Timur, khususnya Gorontalo, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tengah merupakan wilayah yang berbatasan langsung, sehingga dimungkinkan karya ornamen daerah tersebut akan saling bersentuhan. Penelitian ini menggunakan teori dan konsep dari beberapa disiplin ilmu, sehingga bisa dilakukan dengan pendekatan multidisiplin.Kata Kunci: Ornamen Rumah Tradisional Gorontalo 1890-2001, Bentuk-Motif-Tema, Identita
    corecore