9 research outputs found

    KARAKTERISTIK MUTU, RENDEMEN DAN PRODUKTIVITAS PENGOLAHAN CAKALANG (Thunnus albacares) LOIN MASAK BEKU

    Get PDF
    Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) termasuk dalam kelompok ikan pelagis besar, merupakan salah satu jenis komoditas ekspor perikanan laut yang bernilai ekonomi penting. Untuk itu, diperlukan proses penanganan dan pengolahan yang baik. Pengamatan ini bertujuan untuk mengamati karakteristik mutu, rendemen dan produktivitas pada  pengolahan cakalang loin masak beku. Metode kerja dilakukan dengan mengikuti langsung tahapan pengolahan mulai dari penerimaan cakalang beku masuk sampai distribusi produk cakalang loin masak beku. Pengujian mutu dilakukan terhadap mutu organoleptik, mikrobiologi, rendemen dan produktivitas tenaga kerja. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini adalah alur proses pengolahan cakalang loin masak beku dengan empat belas tahapan proses dari penerimaan bahan baku hingga pemuatan produk untuk dijual. Nilai mutu organoleptik cakalang beku 8,11, setelah pelehan  8,24 dan cakalang loin masak beku 8,56.  Kadar histamin cakalang beku 1,1 ppm - 3,8 ppm dan cakalang loin  masak beku 2,36 ppm - 4,47 ppm. Hasil pengujian mikrobiologi cakalang beku dan cakalang loin masak beku menunjukan seluruh pengujian ALT, E.coli, Coliform, S. aureus, V. parahaemolyticus, dan Salmonella masih memenuhi standar sesuai dengan ketentuan SNI 7968:2014. Rendemen yang dihasilkan mulai dari bahan baku hingga menjadi produk loin masak  yaitu rata-rata 38,3%. Produktivitas karyawan pada tahap butchering rata-rata 324,47 kg/jam/orang kg/jam/orang, deheading dan skinnig 43,55 kg/jam/orang serta  untuk tahap loinning dan cleaning 7,06 kg/jam/orang.Kipjack tuna (Katsuwonus pelamis) is included in the large pelagic fish group, is one type of marine fishery export commodity that has important economic value. For export, good handling and processing is required. This observation aims to observe the characteristics of quality, yield and productivity in the processing of frozen cooked skipjack loin. The working method is carried out with direct participation, following the processing stages starting from the receipt of incoming frozen skipjack to the distribution of frozen cooked skipjack loin products. Quality testing is carried out on organoleptic quality, microbiology, yield and labor productivity. Data were analyzed using descriptive methods with quantitative and qualitative approaches. The results of this study are the flow of frozen cooked skipjack loin processing with fourteen stages of the process from receiving raw materials to loading products for marketing. The organoleptic quality of frozen skipjack tuna was 8.11, after thawing 8.24 and frozen cooked skipjack tuna 8.56. Histamine levels in frozen skipjack tuna were 1.1 ppm - 3.8 ppm and frozen cooked skipjack loin 2.36 ppm - 4.47 ppm. The results of microbiological testing on frozen skipjack and frozen skipjack loin showed that all TPC, E.coli, Coliform, S. aureus, V. parahaemolyticus, and Salmonella tests still met the standards in accordance with the provisions of SNI 7968:2014. The yield produced from raw materials to cooked loin products is an average of 38.3%. The average productivity of employees at the butchering stage is 324.47 kg/hour/person kg/hour/person, deheading and skinning is 43.55 kg/hour/person and for loinning and cleaning stages 7.06 kg/hour/person

    KOMPOSISI KIMIA IKAN GULAMAH (Pseudocienna Amovensis) ASIN KERING DENGAN PERBEDAAN KADAR GARAM

    Get PDF
    Ikan asin adalah hasil pengawetan ikan dengan menambahkan garam yang dilanjutkan pengeringan, untuk memperpanjang umur simpan serta membuat aroma, tekstur dan rasa yang khas. Ikan Gulamah (Pseudocienna amovensis) adalah salah satu hasil tangkapan nelayan di pesisir Kabupaten Tangerang,yang dijadikan bahan baku untuk membuat ikan asin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik kimia ikan Gulamah asin dengan perbedaan kadar garam 10%, 15%, 20% dan 25%. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan analisis ANOVA, dilanjutkan  dengan uji Tukey bila ada yang berbeda. Hasil analisis kimia ikan Gulamah asin dengan penambahan kadar garam 10%, 15%, 20% dan 25%, menghasilkan kadar air 32,45%; 26,60%; 24,35%; 21,82%, kadar abu 10,21%; 9,65%; 10,11%; 9,19%, kadar lemak 6,88%; 7,65%; 9,34%; 10,81%, kadar protein 39,56%; 45,18%; 51, 61%, 55,26% dan kadar garam 8,12%; 13,22%; 15,17%; 18,64%. Uji kimia menunjukkan bahwa kadar garam yang ditambahkan hasilnya berbeda nyata pada kadar air, kadar lemak, kadar protein dan kadar garam, namun tidak berbeda nyata pada kadar abu. Semakin banyak kadar garam ditambahkan membuat kadar air semakin menurun dan semakin bertambah naik kadar lemak dan protein

    Penambahan Kadar Garam Terhadap Mutu Sensori, Kadar Air, dan Kadar Garam Produk Terpilih Ikan Asin Cakalang (Katsuwonus pelamis)

    Get PDF
    Ikan asin kering sesuai dengan SNI 8273:2016 yaitu hasil olahan yang telah mengalami perlakuan penggaraman dengan atau tanpa perebusan dan pengeringan yang dibuat dari bahan baku ikan dan perikanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai sensori, kadar air dan kadar garam produk yang terpilih dengan penambahan kadar garam 10%, 20%, 30%, dan 40%. Penelitian ini dilakukan dengan eksperimen dengan metode penggaraman kering, dengan menambahkan kadar garam 10%, 20%, 30%, dan 40%. Ikan dibalur garam hingga merata dan dimasukan pada wadah, kemudian disimpan pada suhu ruang selama 24 jam. Ikan diambil dari wadah dan dicuci untuk membersihkan sisa garam. Ikan dijemur dibawah sinar matahari, selama dua atau tiga hari tergantung panasnya matahari. Penilaian sensori dilakukan oleh 30 panelis tidak terlatih. Hasil sensori yang terpilih dilanjutkan dengan uji kadar air dan kadar garam. Pengujian sensori ikan asin sesuai dengan SNI 8273:2016. Pengujian kadar air sesuai SNI 2354:2015 dan pengujian kadar garam sesuai SNI 01-2359-1991. Hasil analisis sensori produk terpilih adalah penambahan kadar garam 30% dengan nilai kenampakan 7,71, bau 7,77, rasa 8,07, tekstur 8,15 dan jamur negatif. Hasil pengujian kadar air adalah 20,05% dan kadar garam 17,58%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kadar garam yang semakin tinggi menghasilkan nilai sensori yang semakin tinggi

    PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMASARAN DAN PEMBUKUAN SEDERHANA DI DESA INOVASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

    Get PDF
    Innovation village is a village that has the potential to be developed into an independent and empowered village. Problems in the village in the form of difficulties and marketing its business products and the need for simple bookkeeping understanding as the basis for its business continuity. Efforts to achieve the goal are carried out community service in accordance with mutual agreement. The activity was carried out using a face-to-face lecture method attended by 20 target partners. The results of the activity obtained an increase in understanding of marketing management by 60% and an increase in simple bookkeeping understanding by 45%.  Desa inovasi merupakan desa yang memiliki potensi yang potensial untuk dikembangkan menjadi desa mandiri dan berdaya. Permasalahan pada desa tersebut berupa kesulitan dan memasarkan produk usahanya dan kebutuhan akan pemahaman pembukuan sederhana sebagai dasar kelangsungan usahanya. Upaya mencapai tujuan dilakukan pengabdian masyarakat sesuai dengan kesepakatan bersama. Kegiatan dilakukan menggunakan metode ceramah secara tatap muka yang diikuti oleh 20 orang mitra sasaran. Hasil kegiatan diperoleh adanya peningkatan pemahaman manajemen pemasaran sebesar 60% dan peningkatan pemahaman pembukuan sederhana sebesar 45%

    ZONA AMAN PEMASANGAN ATRAKTOR CUMI-CUMI

    Get PDF
    Pembuatan atraktor cumi-cumi harus memperhatikan arus yang bekerja baik secara vertikal maupun horizontal dengan kecepatan maksimal 5 knot sebagaimana arus yang sesuai dengan kondisi cumi-cumi bertelur. Selanjutnya hasil perhitungan tersebut akan disesuaikan dengan hasil perhitungan daya tahan statis yang telah dibuat, sehingga kinerja atraktor dapat maksimal. Kecepatan arus maksimal yang dapat ditahan agar atraktor cumi-cumi tersebut tetap berdiri/tidak terguling disebut zona aman penempatan atraktor cumi-cumi di perairan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan zona aman peletakan atraktor cumi-cumi di perairan terhadap masing-masing tipe atraktor cumi-cumi. Perhitungan daya tahan statis atraktor cumi-cumi dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) buah tipe atraktor cumi-cumi. Tipe pertama disebut  Tipe 1 yaitu atraktor cumi-cumi pada bagian atas dan sisi kiri dan kanannya sedangkan tipe kedua disebut Tipe 2 hanya pada bagian atasnya saja yang diberikan penutup jaring waring PE 40%. Waktu pertama kali ditempatkan dalam perairan digambarkan dengan t0, sedangkan t1 adalah yang telah ditempatkan selama 2 (dua) bulan. Atraktor cumi-cumi Tipe 2 perhitungan F dan Cd akan mengikuti perhitungan sebagai terumbu yang mana dilakukan dengan mengikuti prosedur Nakamura. Selanjutnya untuk Tipe 1 perhitungan jaring F dan Cd mengacu pada Puspito yaitu untuk rumus tahanan jaring dengan Cd  jaring sebesar 1,4. Hasil perhitungan tersebut menyatakan zona aman peletakan atraktor cumi-cumi di perairan Tipe 1 untuk t0 pada 0,37 m/s dan t1 pada 0,27 m/s, sedangkan Tipe 2 untuk t0 pada 1,34 m/s dan t1 pada 1,26 m/s

    Studi tentang kinerja Sekretariat Dewan Maritim Indonesia

    No full text

    PEMANFAATAN RUMPUT LAUT (Gracilaria sp) SEBAGAI PRODUK MIE KERING UTILIZATION OF SEAWEED Gracilaria sp. AS DRY NOODLE PRODUCT

    Get PDF
    Rumput laut  (Gracilaria sp)  merupakan penghasil agar yang memiliki fungsi sebagai pembentuk gel pada makanan.  Mie kering adalah salah satu bentuk pangan olahan dari tepung terigu yang banyak dikonsumsi dan digemari oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pengolahan mie kering rumput laut (Gracilaria sp) dari penerimaan bahan baku hingga akhir penyimpanan, mengetahui mutu organoleptik bahan baku dan produk akhir serta rendemen. Penelitian dilakukan dengan observasi mengikuti proses tahap penerimaan bahan baku, pencucian, pemblenderan, pencampuran dan pembuatan adonan (mixing), pelempengan/pemipihan, pencetakan, penggorengan, penimbangan, dan tahap terakhir adalah pengemasan. Hasil penelitian menunjukkan mutu organoleptik bahan baku rumput laut kering diperoleh nilai rata-rata 8,03 sesuai SNI 2690:2015. Hasil uji sensorik produk akhir mie kering rumput laut nilai rata-rata 8,51 sesuai SNI 7761:2013. Nilai rendemen rata-rata 128%. Pemanfaatan rumput laut Gracilaria sp. pada produk mie kering rumput laut, berperan memperbaiki tekstur

    PROSES PENGOLAHAN FILLET IKAN KERAPU (Epinephelus Sp) BEKU DI PT. BINTAN INTAN GEMILANG, BINTAN – KEPULAUAN RIAU

    No full text
    Grouper fish is an important commodity in Indonesian waters which has bright marketing prospects, both domestic and export. Grouper fish is Indonesia's leading non-oil and gas export commodity, in addition to seaweed, shrimp and tuna. Indonesia is the world's largest export of grouper, especially live grouper exports. This study aims to see the processing of frozen grouper fillets. The method is carried out by observation and survey, by directly following the entire processing process, from receiving raw materials to transportation, by conducting quality testing (organoleptic and microbiological), cold chain observation, yield, labor productivity. Data analysis was done descriptively. The results showed that the processing was carried out properly according to SNI No. 2696: 2013 concerning frozen fish fillets. The results of the organoleptic quality test of raw materials and final products were 8, microbiological tests ranged from 3 × 103 cabbage / gr for the ALT test, <3.0 APM / gr for the E. coli test and negative results for the Salmonella test, according to SNI. The application of cold chain has done well with the raw material temperature of grouper 1.580C. The yields in the filling and tidying process averaged 49.9% and 64.6%, according to company standards. The labor productivity in the filling and tidying process was 97.79 and 107.89 kg / hour / person, according to company standards

    PENGELOLAAN PERIKANAN BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG (KJA) DALAM UPAYA PENYELAMATAN DANAU MANINJAU

    Get PDF
    Penyelamatan danau prioritas nasional merupakan amanat Presiden yang tertuang dalam Perpres No. 60 Tahun 2021. Danau Maninjau, yang merupakan salah satu danau prioritas, memiliki manfaat multiguna termasuk untuk budi daya karamba jaring apung (KJA), namun terancam keberadaannya akibat adanya pencemaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis upaya penyelamatan Danau Maninjau dari dampak pencemaran air yang berasal dari kegiatan perikanan budi daya KJA. Data dan informasi primer dikumpulkan melalui observasi lapangan, wawancara, focus group discussion (FGD) yang melibatkan camat, wali nagari, pengurus asosiasi budi daya KJA, ketua kelompok poklahsar; serta pengumpulan data sekunder yang berasal dari instansi terkait yang relevan dengan kegiatan penelitian ini. Data dianalisis secara deskriptif untuk menghasilkan rekonstruksi permasalahan terkait budi daya KJA di danau tersebut dan mengidentifikasi strategi penyelamatannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan tajam pencemaran Danau Maninjau dapat dihubungkan dengan peningkatan jumlah KJA dari 16.380 petak pada tahun 2014 menjadi 17.417 petak pada tahun 2021, yang ditandai dengan kematian ikan massal dan kerusakan lingkungan lainnya. Upaya pengelolaan danau dan KJA melalui kebijakan moratorium penambahan KJA baru dan penyediaan mata pencaharian alternatif bagi pembudi daya terdampak merupakan kebijakan yang tepat, namun harus dibarengi dengan tindakan pendukung yang relevan. Pengawasan ketat terhadap pelaksanaan moratorium, pendataan KJA aktif melalui pemberlakuan Surat Keterangan Usaha atau bukti kepemilikan KJA merupakan langkah-langkah relevan yang diperlukan untuk mendukung pengendalian jumlah dan penataan KJA. Pemerintah Pusat, Daerah dan Nagari, dan harus diperankan secara efektif dan bertanggung jawab secara integratif dalam menyediakan sarana dan prasarana mata pencaharian alternatif prioritas bagi pembudi daya terdampak. Title: Management of Floating Net Cages (KJA) Aquaculture in an Effort To Save Maninjau LakeSaving effort of the national priority lake is the President’s mandate as stated in Presidential Regulation Number 60/2021. Maninjau Lake is included in the priority lakes with multipurpose benefits. One of the lake utilization is aquaculture activities in the form of Floating Net Cages (KJA). This study aims to analyze Maninjau Lake saving effort due to water pollution from Floating Net Cages (KJA) aquaculture activities. Primary data and information were collected through field observations, interviews, focus group discussions (FGD) with the Camat, wali nagari, management of the KJA cultivation association, head of the poklahsar group, as well as secondary data collection from relevant agencies related to this research activity. The data were analyzed descriptively in order to provide information about the general description of KJA cultivation and efforts to save Maninjau Lake. Based on previous study, from 2014 - 2021 there is an increase in the number of KJA from 16,380 plots to 17,417 plots which are suspected as the main source of pollution in the lake area and cause mass fish deaths and other environmental damage. One of the efforts to manage lakes and marine cages is through a moratorium policy on adding new marine cages. It is also expected that there will be socialization of alternative livelihoods for cultivators that affected by the policy. This decision has policy implications that must be carried out by both the Central and Regional Governments in terms of strictly monitoring the new KJA moratorium, collecting active KJA data by issuing a Certificate of KJA cultivation or proof of KJA ownership to support controlling the number of KJA, and arranging KJA. The Central, Regional and Nagari Governments are responsible integratively in providing priority alternative livelihood facilities and infrastructure for affected cultivators
    corecore