18 research outputs found
DIFERENSIASI PRODUK SUS MAKER JAGUNG DENGAN TAMBAHAN SAYURAN SEBAGAI BAHAN ISIAN
Jagung merupakan bahan pangan pokok Indonesia. Kebutuhan akan jagung di
Indonesia semakin meningkat, dilihat dari Indonesia yang memiliki lahan jagung
tersebar diseluruh Provinsi. Hal ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara
pengimpor jagung ke beberapa negara ASEAN. Penelitian ini bertujuan untuk
membuat sebuah diferensiasi sus maker yang menggunakan jagung blend didalam
adonannya. Metode penelitian dalam skripsi ini adalah eksperimental, sedangkan
untuk menguji formulasi produk serta kualitas produk berdasarkan pendapat dari
para pembimbing dan diakhiri dengan menggunakan uji deskriptif serta dengan
melakukan analisis pasar terhadap produk. Sampel produk formulasi sus maker
menggunakan perbandingan masing-masing 50% : 50% dan 25% : 75% antara
tepung terigu dengan jagung. Formulasi tersebut akan diujikan kepada
pembimbing dan akan menghasilkan produk rata-rata yang paling disukai oleh
pembimbing. Selanjutnya produk akan diuji kembali menggunakan analisis pasar
untuk mengetahui daya terima terhadap produk diferensiasi yang dimana hasilnya
produk sus maker dengan tambahan jagung ini sangat diterima oleh masyarakat.
Kata kunci : Diferensiasi Produk, Sus Maker, Jagung
ABSTRACT
Corn is a staple food from Indonesia. The needs of corn in Indonesia is more
increasing, it can be seen Indonesia has cornfield that scattered throughout the
province. It makes Indonesia become a corn importer to several countries in
ASEAN. This research has purpose to make a sus maker differentiation which is
use corn blend added in ingredients. The research method in this thesis is
experimental and organoleptik, meanwhile to test the formulation and quality of
product are based on the panelist, ends by using a descriptive and organoleptic
test and conduct market analysis. Sample product of sus maker formulation
comparasing between 25%, 50% and 75% for each wheat flour with corn. The
formulation will be tested to the panelist and the product will be chosen.
Furthermore, the product will be re-tested using market analysis to determine the
acceptability of the differentiation corn sus maker and can be accepted by the
consumer.
Keywords: Differentiation Product, Sus Maker, Corn
Improving the Performance Of Single Cells In The Design Of Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) When Using Hydrogen
A proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) was developed as a potential solution in power supply applications. In this study, the parameter values such as the relative humidity, the temperature, the pressure, the stoichiometric ratio of hydrogen to oxygen and the mass of catalyst used were varied to determine their effects on the single cell performance of PEMFC. The investigation showed that an increase in the temperature from 353 to 363 K resulted in a modest improvement in the single-cell performance. The single cell performance was more affected by an increase in relative humidity at the cathode (RHC) in comparison with an increase in relative humidity at the anode (RHA).The best performance when the cell was operated at a relative humidity values were 75% for the RHA and 90% for the RHC, the optimal operating temperature was 353 K, and the amount of Pt catalyst required was 0.2 mg
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KELURAHAN SUKAMISKIN KOTA BANDUNG
Manusia sebagai individu atau anggota masyarakat tentunya sangat bergantung pada lingkungan untuk pemenuhan hidupnya. Salah satu masalah tentang lingkungan terbesar saat ini adalah masalah sampah. Berbagai sampah terus dihasilkan setiap harinya sebagai akibat dari berbagai aktivitas manusia. Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Lingkungan Hidup mengeluarkan sebuah program yang dapat membantu masyarakat dalam mengurangi produksi sampah yaitu Program 3R (mengurangi timbulan sampah, menggunakan kembali, mendaur ulang). Kelurahan Sukamiskin menjadi kelurahan yang lebih dulu menerapkan program 3R ini dan dijadikan sebagai contoh bagi kelurahan lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas pelaksanaan program 3R di masyarakat Kelurahan Sukamiskin.sebanyak 17 RW.
Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, yang dimana teknik pengumpulan data peneliti melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi dari beberapa informan yang diambil dari teknik purposif sampel mengenai efektivitas pelaksanaan program 3R dalam pengelolaan sampah. Teori yang digunakan dalan penelitian ini yaitu Teori efektivitas program menurut Edy Sutrisno (2018:125-126) dengan 5 indikator yaitu pemahaman program, tepat sasaran, tepat waktu, tercapainya tujuan, dan perubahan nyata.
Hasil dari penelitian ini, efektivitas pelaksanaan program 3R dalam pengelolaan sampah di Kelurahan Sukamiskin Kota Bandung yang di ukur dari indikator efektivitas program menurut Edy Sutrisno (2018:125-126) menunjukkan bahwa pelaksanaan program 3R dalam pengelolaan sampah sudah cukup efektif untuk 14 RW dari 17 RW namun belum efektif untuk 3 RW sisanya. Akan tetapi ada beberapa faktor penghambat yaitu masyarakat, kepengurusan RW, sdm dalam petugas sampahnya dan sdm pengawasan. Selain itu adapun faktor pendukung dalam berjalannya program ini yaitu mendapatkan tunjangan sarana dan prasarana yang diberikan oleh pemerintah dan CSR yang bekerjasama dengan RW yang sudah berhasil menerapkan program 3R ini seperti RW 01 dengan fasilitas TPS PT KAI Indonesia.
Kata Kunci: Program 3R, pengelolaan sampah, efektivita
Cytotoxic Activity of Citral from Cymbopogon nardus as Anticancer of MCM-B2 Cell
Cancer is a deadly disease caused by cell abnormalities characterized by uncontrolled cell growth. One type of cancer that is the second leading cause of death is breast cancer. Lemongrass (Cymbopogon nardus) is a plant containing citral and geraniol which has the potential as an anticancer. This research was aimed to analyze the potential of essential oils from citronella as antiproliferation of MCM-B2 breast cancer cells. The results of this research showed that lemongrass essential oil was able to significantly reduce the growth of MCM-B2 cancer cells (p<0.05). The concentration of 3 ppm showed an significant difference in doxorubicin, and the concentration of 24 ppm had the highest inhibitory activity with an IC50 value of 5.38 ppm.
Keywords: Antiproliferation, breast cancer, MCM-B2, essential oils, fragrant lemongras
Keputusan Investasi, Pendanaan, dan Deviden sebagai Determinan Nilai Perusahaan
This study aims to analyze investment decisions, funding decisions, and dividend policies on firm value. The method used is multiple linear regression using 35 samples of the food and beverage industry. This study finds that investment decisions and funding decisions was able to increase firm value, but dividend policy showed the opposite result. Investment decisions as well as funding decisions can become the basis for determining strategies to increase value to the company by keeping its value increasing.
Â
Abstrak
Penelitian ini berupaya menganalisis keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan. Metode yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan menggunakan 35 sampel industri food and beverage. Hasil penelitian menunjukkan keputusan investasi dan keputusan pendanaan mampu meningkatkan nilai perusahaan, namun kebijakan deviden menunjukkan hasil yang sebaliknya. Keputusan investasi serta keputusan pendanaan mampu menjadi landasan menetapkan strategi untuk meningkatkan nilai pada perusahaan dengan cara menjaga nilainya agar tetap meningkat
Pengolahan Awal Lignoselulosa Menggunakan Amoniak Untuk Meningkatkan Perolehan Gula Fermentasi
Salah satu kendala utama dalam pemanfaatan lignoselulosa sebagai bahan mentah bioetanol adalah tingginya
biaya yang dibutuhkan dalam proses pengolahan awal (pretreatment) untuk mempersiapkan lignoselulosa
tersebut agar mudah dihidrolisis oleh enzim menjadi monomer-monomer gulanya (gula fermentasi). Para
peneliti berupaya mengembangkan teknologi pretreatment, diantaranya dengan menggunakan asam, basa,
ataupun mikroorganisme. Tetapi sangat disayangkan teknologi yang banyak berkembang menggunakan kondisikondisi
ekstrim (temperatur, tekanan dan konsentrasi pelarut yang tinggi), sehingga dibutuhkan peralatan yang
mahal. Hal ini dinilai tidak cocok untuk dikembangkan di negara berkembang seperti Indonesia. Oleh karena
itu, penelitian diarahkan kepada pemanfaatan teknologi yang dapat menurunkan biaya, dengan beberapa syarat
antara lain bahan kimia dapat dijumput dan digunakan lagi, dan beroperasi pada kondisi ruang. Salah satu
teknologi yang diharapkan dapat memenuhi persyaratan ini adalah teknologi perendaman menggunakan
amoniak pada tekanan dan temperatur ruang (solution soaking with aqueous-ammonia, SAA). Teknologi ini
masih baru, sehingga perlu diteliti dan dikembangkan, terutama pemanfaatannya pada berbagai macam sumber
lignoselulosa yang ada di Indonesia. Bagaimanapun, hasil penelitian menunjukan peningkatan perolehan gula
hasil hidrolisis enzim yang cukup signifikan, dan kedepannya diharapkan dapat menurunkan biaya pengolahan.
Keywords: lignoselulosa, pretreatment, hidrolisis enzim, gula fermentasi, SAA
Efektifitas Penggunaan Amoniak Berulang Pada Proses Penghilangan Lignin Bagas Tebu Untuk Meningkatkan Perolehan Hidrolisat Gula Sebagai Sumber Bioetanol
Pengembangan teknologi penghilangan lignin merupakan bagian krusial/kritikal dalam upaya pengembangan teknologi komersial pembuatan bioetanol dari bahan lignoselulosa. Penelitian sebelumnya meraih hasil sangat memuaskan pada penghilangan lignin (delignifikasi) yang terdapat dalam tandan kosong sawit pada suhu kamar di dalam larutan amoniak encer. Kondisi pengolahan yang ringan ini sangat dikehendaki di negara berkembang seperti Indonesia, karena sesuai dengan kemampuan teknologi fabrikasi peralatan di dalam negeri dan sumber daya manusia yang tersedia. Penerapan bahan sekali pakai jika diaplikasikan pada industri kecil mengakibatkan pembengkakan biaya operasional industri. Oleh karena itu, penelitian tentang efektifitas penggunaan pelarut amoniak berulang perlu dikaji lebih jauh, sehingga teknologi ini bernilai ekonomis tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa besarnya jumlah penggunaan amoniak sebagai reagen pendelignifikasi dapat dikurangi dengan jalan pemakaian kembali residual atau sisa-sisa amoniak bekas penedaman tersebut. Tanpa aliran make up amoniak dapat digunakan maksimal hingga 4 (empat) kali perulangan. Sedangkan dengan penambahan aliran make up maka amoniak dapat digunakan berulang-ulang dan memberikan hasil penggurangan lignin yang sama dengan perendaman pertama
Pengurangan Kadar Lignin Pada Biomassa Lignoselulosik Menggunakan Urea Untuk Meningkatkan Perolehan Glukosa Bahan Mentah Bioetanol
Secara umum konversi lignoselulosa menjadi bioetanol dilakukan dalam 4 (empat) proses, pengolahan awal, sakarifikasi, fermentasi, dan pemurnian (distilasi). Pengolahan awal dipandang sebagai tahap yang membutuhkan biaya paling tinggi. Untuk itu perkembangan penelitian diarahkan pada pencarian dan pemanfaatan teknologi pengolahan awal yang  ekonomis, sehingga dapat menurunkan biaya dan terutama dapat dikembangkan di negara berkembang seperti Indonesia. Salah satu teknologi yang diharapkan dapat memenuhi persyaratan ini adalah teknologi perendaman menggunakan amoniak ataupun turunan amoniak. Amoniak diyakini mempunyai selektifitas yang tinggi terhadap lignin (delignifikasi) sehingga dapat meningkatkan perolehan gula fermentasi pada proses sakarifikasi. Penelitian ini menggunakan urea, yang mengandung amoniak 5% (b/v) pada kondisi 100oC dan 1 atm, sebagai bahan pendelignifikasi dan mengkaji ketercernaan bahan produk rendaman (berupa tandan kosong sawit dan bagas sorgum manis) oleh enzim selulosa. Hasil penelitian menunjukan peningkatan gula hasil hidrolisis enzim sebanyak 144% dibandingkan hidrolisis bahan tanpa pengolahan awal