91 research outputs found

    Seroepidemiologi Toksoplasmosis Pada Masyarakat Di Desa Kumu Kabupaten Minahasa Tahun 2015

    Full text link
    : Toxoplasmosis is a disease caused by Toxoplasma gondii in humans and also in animals. Toxoplasma gondii infection is widespread in the world, about 20-90% of the populations have been exposed to this parasite, and most take place without showing specific symptoms. The purpose of this study was to determine the seroepidemiology of toxoplasmosis among the villagers of kumu in district minahasa on 2015. This study was a cross sectional descriptive study. The study population was Kumu Village community. This study using blood specimens to be tested by latex agglutination test and interviews to determine the distribution of toxoplasmosis is based on risk factors. Seropositive obtained if agglutination occurs on the results of serological tests. Respondents consisted of 20 (90.90%) females and 2 (9.10%) men. The results showed 11 (50%) of respondents has toxoplasma seropositivity were distributed by age, sex, level of education, occupation, diet, hygiene, exposure to dogs, exposure to cats, and a history of miscarriage

    Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif Berbasis Android Pada Pelajaran Biologi Kelas 1 SMA

    Get PDF
    Penggunaan smartphone dalam masa pandemi covid-19 ini dapat membantu siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Namun kegiatan belajar mengajar siswa dan guru dalam masa pandemi covid-19 ini kurang efesien. Menanggapi masalah di atas maka dalam penelitian ini dikembangkan multimedia pembelajaran interaktif berbasis android pada pelajaran Biologi untuk meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Metode Research and Development dengan model ADDIE digunakan dalam mengembangkan multimedia pembelajaran interaktif berbasis android pada pelajaran biologi kelas 1 SMA. Hasil pengujian kelayakan media pembelajaran oleh ahli materi menunjukkan 88%, untuk ahli media menunjukkan 83%, dan penilaian siswa terhadap media pembelajaran adalah 87%. Berdasarkan hasil pengujian ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa Multimedia Pembelajaran Interaktif berbasis android pada Pelajaran Biologi layak digunakan dalam proses pembelajaran. &nbsp

    EFISIENSI PRODUKSI USAHATANI BAWANG PUTIH LOKAL DI KECAMATAN MIOMAFFO BARAT, KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

    Get PDF
    ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Desa Saenam Kecamatan Miomaffo Barat Kabupaten Timor Tengah Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) faktor-faktor  yang mempengaruhi produksi bawang putih lokal, (2) Efisiensi penggunaan faktor produksi pada usahatani bawang putih lokal, didekati dengan menggunakan  analisis fungsi produksi stohastic Frontier Cobb – Douglas. Hasil pendugaan terhadap faktor – faktor yang mempengaruhi usahatani bawang putih lokal menyimpulkan bahwa faktor produksi  luas lahan, benih, pupuk organik, tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap usahatani bawang putih lokal dengan nilai coefficient masing-masing sebesar 0,666, -0,559, 0.381, -0.129. Apabilia ditelisik lebih jauh maka,  faktor luas lahan dan tenaga kerja memiliki 0>EP<1. Sedangkan faktor benih  dan pupuk organik memiliki EP<0.Nilai Efisiensi Teknis sebesar 0,96 sehingga usahatani ini efisien secara teknis. Nilai Efisiensi Alokatif untuk variabel luas lahan, benih dan pupuk tidak efisien karena < 1. Sedangkan variabel tenaga kerja sudah efisien secara alokatif karena  dengan nilai 1,931. Nilai Efisiensi Ekonomi  dari usahatani bawang putih lokal sebesar -0.490, hal ini menunjukan bahwa usahatani bawang putih lokal di Desa Saenam tidak efisien secara ekonomi. Perlu dilakukan peninjauan lebih mendalam mengenai harga dari bawang putih lokal,sehingga dapat mengetahui pendapatan untuk usahatani bawang putih lokal. Kata kunci: Bawang Putih Lokal, Faktor Produksi, Efisiensi teknis, alokatif, ekonomi.   ABSTRACT This research was conducted in Saenam Village, West Miomaffo District, North Central Timor Regency. This study aims to determine (1) the factors that affect local garlic production, (2) Efficiency of the use of production factors in local garlic farming, approached by using the analysis of the Cobb-Douglas Frontier stohastic production function. The results of the estimation of the factors that influence the local garlic farming concluded that the factors of production of land area, seeds, organic fertilizer, labor did not significantly affect the local garlic farming with each coefficient value of 0.666, -0.559, 0.381, -0.129.If is further investigated then, the area of ​​land and labor has 0> EP <1. Whereas the seeds and organic fertilizer factor have EP <0. The value of technical efficiency is 0.96.Value Allocative efficiency values ​​for land area, seed and fertilizer variables are not efficient because <1.While the workforce variable is allocatively efficient because with a value of 1,931. The Economic Efficiency Value of local garlic farming is -0.490, this shows that local garlic farming in Saenam Village is economically inefficient. A more in-depth look at the price of local garlic is needed, so that you can find out the income for local garlic farming. Keywords: Local Garlic, Production Factors, Technical, Price, and Economic Efficiencie

    Pembaharuan Proses Pembelajaran Melalui Skema Evaluasi Pada Siswa Sekolah Dasar Inpres Wedomu (Program Pengabdian Masyarakat Mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandira di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur)

    Get PDF
    Pandemi covid-19 memberikan dampak yang cukup signifikan termasuk dalam lembaga pendidikan. Pembelajaran secara daring menjadi pilihan yang harus dilakukan agar proses belajar mengajar tetap berjalan sebagaimana mestinya. Proses ini tentu menimbulkan banyak kendala yang dialami hingga berdampak pada menurunnya motivasi belajar siswa. SDI Wedomu merupakan salah satu lembaga pendidikan yang siswa/i-nya mengalami penurunan motivasi belajar akibat pandemic covid-19. Mengacu pada berbagai kendala selama pembelajaran secara daring, maka mahasiswa peserta KKNT-PPM Universitas katolik Widya Mandira memiliki salah satu program kerja utama yakni pengajaran dan pendampingan belajar bagi siswa sekolah dasar, dengan tujuan membangkitkan motivasi belajar siswa pasca pandemi. Fokus dari program ini adalah membantu siswa/i belajar membaca, menulis dan berhitung. Terdapat 5 tahapan dalam rangkaian program kerja ini yakni; observasi lingkungan, kerjasama dengan sekolah mitra, persiapan, pelaksanaan pengajaran dan bimbingan belajar, serta yang terakhir adalah evaluasi. Rangkaian kegiatan ini ditutup dengan adanya kegiatan gebyar literasi yakni lomba menarasikan cerita rakyat dan lomba narasi puisi. Hasil dari program kerja ini walau tidak secara instan membangkitkan motivasi belajar siswa/i, namun semangat belajar berangsur kembali pasca pandemi covid-19. Hal ini dapat dilihat dari siswa/i yang semangat mengerjakan tugas sekolah dan mengikuti pembelajaran dikelas hingga puncaknya adalah mengikuti gebyar literasi

    Pengaruh Biochar dan Residunya serta Umur Defoliasi Daun Jagung terhadap Keuntungan Hasil Jagung dan Beberapa Jenis Kacang Tipe Tegak Secara Salome di Lahan Kering

    Get PDF
    The island of Timor with a dry tropical climate causes the emergence of a variety of local wisdom as a form of adaptation to environmental conditions. In West Timor, farmers use local knowledge as part of their ancestral heritage in the traditional farming system to improve the food security of family households. One form of local wisdom is a land and crop management system in which several types of food plants are planted simultaneously at the same planting hole (Salome). This study aims to prove the presence of biochar effects and residues as well as the age of defoliation on the results of corn in intercrops of Salome with several types of beans in dry land and to obtain suitable types of bean plants that are intercropped in Salome with corn. This research was conducted in July 2018 until July 2019 in the experimental garden of the Faculty of Agriculture, Timor University, Sasi village, Kefamenanu City District, TTU Regency. This research was conducted in two stages of planting, namely stage I, namely: planting in July to November 2018. Phase II was planting carried out in November 2018 to March 2019. This study used a 2 x 3 x 3 factorial randomized block design with 3 replications + corn monoculture and bean monoculture. The first factor is the use of biochar which consists of 2 levels, namely without biochar and the use of Biochar. The second factor is the age of corn dawn defoliation consisting of 3 levels, namely without defoliation, defoliation age 35 days after planting, defoliation age is 75 HST. The third factor is the type of upright type local beans consisting of 3 levels, namely: Vigna radiata L., Vigna umbellata L., Phaseolus vulgaris L., so there are 18 combinations. The results of the first phase of the research showed that the highest seed weight of corn produced a combination of treatment without biochar with defoliation age of 35 hst corn leaves in the monoculture system while in intercropping system produced by combination of biochar treatment, the defoliation age of 35 hst of corn leaves in the type of Vigna radiata L., The results of the second phase of the study showed that the combined treatment of using biochar residue, the defoliation age of 75 hst corn leaves produced the highest weight of corn seeds which were planted with intercropping system with mung bean types. The results of the first phase of the research showed that the highest seed weight of the bean plant was produced by a combination of treatments without biochar with type bean Phaseolus vulgaris L. in the monoculture system, whereas the intercropping system was produced by a combination of the use of biochar treatment without defoliation of corn leaves with the type of Phaseolus vulgaris L. beans, The results of the second phase of the study showed that the combination of the treatment of use without biochar residue, the age of defoliation of 35 HST corn leaves with the highest type of green beans in the intercropping system. Corn yield in the Salome intercropping system at the beginning of the use of biochar has decreased compared to control but has increased again when using biochar residue, the defoliation age of 35 hst corn leaves is better than without defoliation, all types of beans are suitable for planting with the Salome intercropping system. The types of Vigna radiata L. and Vigna umbellata L. are more suitable to be planted with the Salome intercropping system with corn at the beginning of biochar and pasa use when using biochar residues.Masyarakat petani di wilayah Timor Barat kerap menggunakan pengetahuan lokal sebagai bagian dari warisan leluhur dalam sistem pertanian tradisional untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga keluarga, menggunakan sistem pengelolaan tanah dan tanaman, yang mana beberapa jenis tanaman pangan ditanam secara bersamaan waktu dalam satu lubang tanam yang sama (Salome). Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya efek biochar dan residunya serta umur defoliasi terhadap hasil Jagung dalam tumpangsari salome dengan beberapa jenis kacang di lahan kering dan untuk memperoleh jenis tanaman kacang yang cocok ditumpangsarikan secara salome dengan Jagung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2018 sampai Juli 2019 di kebun percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Timor, Kelurahan Sasi, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten TTU. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap penanaman yaitu tahap I: penanaman pada bulan Juli sampai November 2018. Tahap II: penanaman pada bulan November 2018 sampai Maret 2019. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial 2 x 3 x 3 dengan 3 kali ulangan + monokultur jagung dan monokultur kacang. Faktor pertama: penggunaan biochar yang terdiri dari 2 aras yaitu tanpa biochar dan penggunaan biochar. Faktor kedua: umur defoliasi daun Jagung yang terdiri dari 3 aras yaitu tanpa defoliasi , Umur defoliasi 35 Hari Setelah Tanam, Umur defoliasi 75 HST. Faktor ketiga: jenis Kacang lokal tipe tegak yang terdiri dari 3 aras yaitu: Vigna radiata L., Vigna umbellata L., Phaseolus vulgaris L., sehingga terdapat 18 kombinasi. Hasil penelitian tahap I menunjukkan bahwa Berat biji tanaman jagung tertinggi dihasilkan kombinasi perlakuan tanpa biochar dengan umur defoliasi daun Jagung 35 hst pada sistem monokultur sedangkan pada sistem tumpang sari dihasilkan oleh kombinasi perlakuan biochar, umur defoliasi daun Jagung 35 hst pada jenis kacang Vigna radiata L., Hasil penelitian tahap II menunjukkan bahwa bahwa kombinasi perlakuan penggunaan residu biochar, umur defoliasi daun jagung 75 hst menghasilkan berat biji Jagung tertinggi yang ditanam dengan sistem tumpangsari dengan jenis kacang hijau. Hasil penelitian tahap I menunjukkan bahwa Berat biji tanaman kacang tertinggi dihasilkan oleh kombinasi perlakuan tanpa biochar dengan jenis kacang Phaseolus vulgaris L. pada sistem monokultur, sedangkan pada sistem tumpangsari dihasilkan oleh kombinasi perlakuan penggunaan biochar tanpa defoliasi daun Jagung dengan jenis kacang Phaseolus vulgaris L. Hasil penelitian tahap II menunjukkan bahwa bahwa kombinasi perlakuan penggunaan tanpa residu biochar, umur defoliasi daun Jagung 35 hst dengan jenis kacang hijau paling tinggi pada sistem tanam tumpangsari. Hasil Jagung pada sistem tumpangsari salome diawal penggunaan biochar mengalami penurunan dibandingkan kontrol tetapi meningkat kembali pada saat penggunaan residu biochar, umur defoliasi daun Jagung 35 hst lebih baik dibandingkan tanpa defoliasi, semua jenis kacang cocok untuk ditaman dengan sistem tumpangsari salome. Jenis kacang Vigna radiata L. dan Vigna umbellata L. lebih cocok ditanam dengan sistem tumpangsari salome dengan Jagung pada awal penggunaan biochar maupun pasa saat penggunaan residu biochar
    • …
    corecore