10 research outputs found

    PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA MELALUI PELATIHAN MEMBUAT MAKANAN SNACK BERBAHAN DASAR COKELAT

    Get PDF
    ABSTRAKDesa Jambewangi merupakan desa penghasil kakao tertinggi di Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi. Biji kakao dapat diolah menjadi produk setengah jadi maupun produk yang siap saji dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Saat ini di desa Jambewangi ni telah dirintis destinasi wisata baru, dengan konsep wisata edukasi berbasis tanaman kakao di bawah binaan Kelompok Riset Cocoa Innovation and Community Development (Coindev) Universitas Jember. Untuk mendukung kegiatan tersebut, pemberdayaan wanita melalui pelatihan membuat makanan snack berbahan dasar cokelat menjadi produk siap saji sangat diperlukan. Kegiatan pengabdian kemitraan ini dilakukan pada bulan Juli hingga Oktober 2021 dengan metode Participatory Acction Research (PAR) dalam satu komunitas sosial masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dan partisipasi wanita dalam pengolahan kakao di bagian hilir. Kegiatan pengabdian dilakukan dengan serangkaian tahapan yaitu 1) persiapan dan observasi, 2) pelaksanaan kegiatan, 3) monitoring dan evaluasi. Skenario yang dipakai dalam program pengabdian ini adalah belajar sambil berbuat (learning by doing) dengan melaksanakan kegiatan 1) ceramah dan diskusi kelompok, 2) praktek membuat chocolate bar, brownish chocolate, dan chocolate praline,3) praktek membuat kemasan yang artistik dan memiliki nilai jual yang tinggi,4) praktek membuat strategi pemasaran untuk meningkatkan omset penjualan.Hasil kegiatan pengabdian masyarakat melalui pelatihan membuat makanan snack berbahan dasar cokelat menunjukkan bahwa kegiatan ini memberikan dampak positip yakni menumbuhkan wirausaha baru dan kesempatan kerja bagi penduduk Desa Jambewangi. Selain itu mayoritas peserta menyatakan sangat puas. Lebih lanjut, kegiatan pendampingan terhadap wirausaha baru ini perlu dilakukan secara berkesinambungan sehingga makanan snack berbahan dasar cokelat ini menjadi produk unggulan di Desa Jambewangi khususnya dan Kabupaten Banyuwangi pada umumnya. Kata kunci: pemberdayaan wanita; pengolahan biji kakao; bubuk cokelat; lemak cokelat; brownish; praline. ABSTRACTJambewangi Village is the largest cocoa bean producing village in Sempu sub-district, Banyuwangi district. Cocoa beans can be processed into semi-finished products or ready-to-eat products with the aim of increasing added value which will ultimately increase people's income and welfare. Currently, in Jambewangi village, a new tourist destination has been pioneered, with the concept of cocoa-based educational tourism under the guidance of Reseach Group on Cocoa Inovation and Community Development (Coindev), University of Jember. To support these activities, women's empowerment through training to make chocolate-based snacks into ready-to-eat products is very much needed. This community service activity was carried out from July to October 2021 using the Participatory Action Research (PAR) method in a social community to increase the ability and participation of women in downstream cocoa processing. Service activities were carried out in a series of stages, namely 1) preparation and observation, 2) implementation of activities, 3) monitoring and evaluation. The scenarios used in this partnership service program were learning by doing with carrying out some  activities: 1) lectures and group discussions, 2) the practice of making chocolate bars, brownish chocolate, and chocolate pralines, 3) the practice of making artistic package having high selling value, 4) the practice of making marketing strategies to increase sales turnover. The results of the community service showed that this activity had a positive impact, namely growing new entrepreneurs and job opportunities for the residents of Jambewangi village. In addition, the majority of participants stated that they were very satisfied.. Furthermore, mentoring activities for new entrepreneurs need to be carried out continuously so that this chocolate-based snack food becomes a superior product in Jambewangi Village in particular and Banyuwangi Regency in general. Keywords: women empowerment; cocoa beans processing; cocoa powder; cocoa butter; brownish; praline

    EDUKASI GIZI DAN PENGOLAHAN PUDING 4 BINTANG SEBAGAI MAKANAN PENDAMPING ASI ANAK USIA DIBAWAH 5 TAHUN DALAM UPAYA PENCEGAHAN STUNTING

    Get PDF
    Stunting merupakan gangguan pertumbuhan pada anak berusia dibawah 5 tahun yang disebabkan karena terjadinya malnutrisi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Sembalun pada tahun 2022 sejumlah 90 anak di Desa Sajang mengalami stunting. Tingginya kejadian stunting tersebut disebabkan karena rendahnya pengetahuan masyarakat tentang stunting dan pentingnya kebutuhan gizi seimbang yang harus dipenuhi pada masa sebelum dan setelah melahirkan serta selama masa pertumbuhan anak. Pengabdian ini betujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi seimbang dengan cara demonstrasi pengolahan makanan sehat yang mengandung gizi seimbang menjadi puding. Demonstrasi pengolahan makanan sehat merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang stunting dan pentingnya kebutuhan gizi seimbang pada masa pertumbuhan anak serta dapat meningkatkan minat anak dalam menkonsumsi makanan sehat. Pengolahan puding 4 bintang menggunakan 4 bahan utama yaitu ubi ungu sebagai sumber karbohidrat, labu sebagai sumber serat dan vitamin, kacang merah sebagai sumber protein nabati dan telur ayam sebagai sumber protein hewani

    Acute Toxicity Test of The Jamu TurmericTamarind on Artemia Salina Leach Larvae

    Get PDF
    Jamu is an ingredient from plant, animal material, mineral material, or a mixture of these ingredients for treatment based on experience. One of the jamu that are often consumed by Indonesian people, especially women, is the turmeric tamarind jamu. The turmeric and tamarind jamu is believed by most women to relieve pain during menstruation period. However, its current use has not been accompanied by the optimum dosage and side effects. Therefore, the toxicity test was carried out as an initial screening to predict the toxic levels that might be caused by the turmeric tamarind jamu. In this study, the bioactive substances in turmeric tamarind jamu will be identified, as well as the level of toxicity based on the LC50 value. Using variations in extract concentration, this study used a fully randomized approach. The powdered sample of turmeric tamarind jamu brand X was dissolved in water and then tested for phytochemical screening. Phytochemical screening including flavonoids, alkaloids, tannins, steroids/terpenoids, and saponins screening was carried out qualitatively, the Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method was used to carry out the toxicity.The results of the phytochemical screening showed that the turmeric tamarind jamu contains alkaloids, flavonoids, tepenoid, steroid and tannins. The results of the toxicity test of the turmeric tamarind jamu showed the LC50 value in 3366.656 ppm and classified as non-toxic because it had LC50 value more than 1000 ppm

    EDUKASI PENCEGAHAN PENULARAN DAN PENGOBATAN SKABIES PADA SANTRI DAN SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN X KABUPATEN LOMBOK TIMUR

    Get PDF
    Skabies merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis. Prevalensi skabies biasanya meningkat 3,6 kali lebih tinggi pada tempat dengan jumlah penghuni padat seperti asrama, panti asuhan, pondok pesantren, dan penjara. Belum pernah ada penyuluhan dan penelitian mengenai skabies di Pondok Pesantren Nurul Ikhlas NW Desa Sajang, Kecamatan Sembalun. Berdasarkan informasi dari Kepala Sekolah dan Pemilik Pondok angka kejadian skabies cukup tinggi dan hampir menjangkit seluruh santri. Program kerja Kuliah Kerja Nyata (KKN) dilakukan dalam bentuk penyuluhan edukasi kesehatan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan memberikan edukasi kepada santri dan santriwati mengenai pencegahan penularan dan pengobatan skabies. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 19 Januari 2023. Penyuluhan dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi yang diikuti oleh 61 peserta dengan rangkaian kegiatan meliputi pre-test, pemutaran video edukasi, gambaran kasus skabies, dan penyampaian materi mengenai skabies. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan pre-test dengan instrumen penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta penyuluhan. Hasil penelitian diperoleh tingkat pengetahuan santri termasuk kategori cukup baik sebanyak 21 orang (34,43%), kurang baik sebanyak 30 orang (49,18%), dan baik sebanyak 10 orang (16,39%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan mayoritas santri termasuk dalam katagori kurang baik 49,18%.  Kata kunci: Skabies, Sajang, Pencegahan, Pengobatan, Pondok Pesantre
    corecore