1,142 research outputs found

    ASIMILASI ANTARA SUKU ANEUK JAMEE DENGAN SUKU KLUET (STUDI DI GAMPONG MEURSAK DAN JAMBOE PAPAN, KECAMATAN KLUET TENGAH, KABUPATEN ACEH SELATAN)

    Get PDF
    ABSTRACTAssimilation as a social process that arises when there are groups of people with different cultural backgrounds, the Aneuk Jamee and Kluet Tribes receive each other's pattern of behavior so that in the end it becomes an integrated new group. Indonesian society is a pluralistic society in terms of ethnic, linguistic, religious and customs. Cultural diversity also occurs, especially in Meursak and Jamboe Papan villages, Kluet district, South Aceh regency. There are several ethnic groups living together that create a union between culture or ethnic culture. This cultural assimilation takes place in the marriage and structural relationship between the Aneuk Jamee tribe and the Kluet Tribe, where there are two distinct cultures, resulting in the intermingling of the two tribes. This study aims to describe the Assimilation between Aneuk Jamee Tribe by Kluet Tribe (Study in Meursak Village and Jamboe Papan Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh Selatan). The theory used is the theory of assimilation Milton M. Gordon. The research method used is qualitative explanative descriptive approach by conducting interviews and observation as data collection techniques. The results of this study indicate that the assimilation approach is used based on the vision that a community consisting of several ethnics can coexist with the exclusion of differences in order to achieve the goal of living together. The differences can be cultural differences derived from the various ethnic groups domiciled in Kluet Tengah District. From the assimilation there is an attitude of cultural tolerance and sympathy demonstrated by the Aneuk Jamee Tribe Society and the Kluet Tribe walaupum both have different backgrounds, so there is minimal conflict in the area. One of the factors that make them able to tolerate each other in Social-Culture is the role of religion and religious activities undertaken, education and livelihood is also a supporting factor in tolerating inter-socio-culture.Keywords: Assimilation, Aneuk Jamee Tribe, Kluet TribeABSTRAKAsimilasi sebagai proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, Suku Aneuk Jamee dan Suku Kluet saling menerima pola kelakukan masing-masing sehingga pada akhirnya menjadi satu kelompok baru yang terpadu. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat yang majemuk dari segi etnik, bahasa, agama dan adat istiadat. Keberagaman budaya ini juga terjadi, khususnya di Gampoeng Muersak dan Jamboe Papan, Kecamatan Kluet Kabupaten Aceh Selatan. Terdapat beberapa etnik yang tinggal bersama sehingga menciptakan penyatuan antara kultur atau budaya masing-masing etnik. Asimilasi budaya ini terjadi dalam pernikahan dan struktural antara suku Aneuk Jamee dengan suku Kluet, di mana terdapat adanya pernyatuan dua kebudayaan yang berbeda, sehingga terjadi pembauran antara kedua Suku. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan asimilasi antara suku Aneuk Jamee dengan suku Kluet (Studi di Gampoeng Meursak dan Jamboe Papan Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh Selatan). Teori yang digunakan adalah teori asimilasi Milton M. Gordon. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif eksplanatif kualitatif dengan melakukan wawancara dan observasi sebagai teknik pengumpulan data. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pendekatan asimilasi digunakan berdasarkan penglihatan bahwa masyarakat yang terdiri dari beberapa etnis mampu hidup berdampingan dengan mengesampingkan perbedaan demi mencapai tujuan hidup bersama. Perbedaan perbedaan tersebut dapat berupa kebudayaan yang berasal dari macam-macam etnis yang berdomisili di Kecamatan Kluet Tengah. Dari asimilasi tersebut terdapat adanya sikap toleransi budaya dan simpati yang ditunjukkan oleh masyarakat suku Aneuk Jamee dan Suku Kluet walaupun keduanya memiliki latar belakang yang berbeda, sehingga minim nya terjadi konflik di daerah tersebut. Salah satu faktor yang yang membuat mereka bisa saling bertoleransi dalam sosial-budaya adalah adanya peran agama dan kegiatan-kegiatan agama yang dilakukan, pendidikan dan mata pencaharian juga menjadi faktor pendukung dalam bertoleransi antar sosial-budaya.Kata Kunci : Asimilasi, Suku Aneuk Jamee, Suku Klue

    ANALISA POTENSI ENERGI SURYA UNTUK ENERGI LISTRIK BANDA ACEH DAN SEKITARNYA

    Get PDF
    Krisis energi listrik sudah menjadi masalah umum di Indonesia. Khususnya Banda Aceh dan sekitarnya, dampak dari fenomena ini pun langsung berdampak kepada aktifitas masyarakat. Secara umum Indonesia yang memiliki iklim tropis sangat berpotensi akan pemanfaatan energi surya secara optimal. Khususnya Banda Aceh dan sekitarnya secara umum memiliki letak geografis di daerah pesisir, yang memiliki potensi energi surya yang potensial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa nilai potensi dan juga efektifitas dari energi surya, kemudian menganalisa daya listrik yang dihasilkan oleh solar cell di Banda Aceh dan sekitarnya. Untuk mengetahui nilai potensi energi surya tersebut di awali dengan mengukur dan mengumpulkan nilai intensitas matahari. Ini dilakukan dengan cara menggunakan solar cell dengan mengukur nilai intensitas matahari, arus, tegangan dan temperatur. Penelitian ini didukung dengan pengumpulan data nilai intensitas matahari selama 2 bulan di tiga titik berbeda, yaitu halaman Laboratorium Rekayasa Thermal, BMKG Blang Bintang dan juga SMK PPN Saree. Penelitian ini menggunakan solar cell berjenis polycrystalline silicon dengan luas 0.715 m2 yang mendapati nilai intensitas matahari pada tanggal 27 Oktober 2016, sebesar 596 Watt/m2, dan daya keluaran listrik rata-rata sebesar 52.27 Watt. Tanggal 28 Oktober 2016, rata-rata intensitas cahaya matahari sebesar 475 Watt/m2dan daya keluaran listrik rata-rata sebesar 31.37 Watt. Tanggal 31 Oktober 2016, rata-rata intensitas cahaya matahari sebesar 330 Watt/m2, dan daya keluaran listrik rata-rata sebesar 30.77 Watt. Tanggal 1 November 2016, rata-rata intensitas cahaya matahari sebesar 686 Watt/m2, dan daya keluaran listrik rata-rata sebesar 50.93 Watt. Tanggal 2 November 2016 rata-rata intensitas cahaya matahari sebesar 675 Watt/m2, dan daya keluaran listrik rata-rata sebesar 49.84 Watt

    Parameter estimation and outlier detection for some types of circular model

    Get PDF
    This study focuses on the parameter estimation and outlier detection for some types of the circular model. We first look at the concentration parameter of von Mises distribution. The von Mises distribution is the most commonly used probability distribution of a circular random variable, and the concentration of a circular data set is measured using the mean resultant length. We propose a new and efficient approximation of the concentration parameter estimates using two approaches, namely, the roots of a polynomial function and minimizing the negative value of the log-likelihood function in this study

    DERITA PENELITIAN ARKEOLOGI NO. 9

    Get PDF

    Studies on Ceramics

    Get PDF

    Pra seminar penelitian Sriwijaya

    Get PDF
    Penerbitan ini merupakan hasil Pra Seminar Penelitian Sriwijaya yang telah berlangsung di Jakarta pada tanggal 7 dan 8 Desember 1978. Pra Seminar ini diselenggarakan untuk mempersiapkan bahan yang akan diajukan dalam "SPAF A (Seameo Project in Archaeology and Fine Arts) Workshop on Sriwijaya" yang akan diselenggarakan di Jakarta pada bulan Maret 1979. Pendapat-pendapat selama Pra Seminar Penelitian Sriwi1aya ini akan dituangkan dalam kertas kerja delegasi Indonesia dalam forum tersebut

    Green Fractionation of 2G and 3G Feedstocks for Ethanol Production: Advances, Incentives and Barriers

    Get PDF
    Efficient release of fermentable sugars from the complex biomass structure such as second-generation or third-generation feedstocks by an appropriate enzymatic hydrolysis needs a prior biomass fractionation. This process facilitates the exposure of more cellulose and hemicelluloses for enzymatic hydrolysis. This review focused on ‘green fractionation’ of biomass by applying the principles of green chemistry for bioethanol production. Besides, the recent technological achievements in applying these principles for the fractionation have been discussed. For green fractionation, energy delivery systems are referred to as microwave and ultrasound. Besides, green cellulose solvents, biomass-derived solvents, and supercritical carbon dioxide play an important role in green biomass fractionations. Furthermore, ball milling and biological treatment are significantly considered in this regard. These novel technologies are superior processes than conventional fractionation techniques in terms of energy and mostly environmental point of view
    corecore