12 research outputs found

    FORMULASI DAN EVALUASI KARAKTERISTIK MUTU FISIK SEDIAAN MASKER PEEL-OFF EKSTRAK BAJAKAH TAMPALA (SPATHOLOBUS LITTORALIS HASSK.)

    Get PDF
    Antioksidan topikal banyak digunakan untuk mencegah penuaan dan radiasi sinar UV yang menyebabkan kerusakan kulit, kulit mengkerut dan erythema. Salah satu tumbuhan yang mengandung antioksidan alami adalah bajakah tampala (Spatholobus littoralis Hassk.). Bajakah tampala mengandung senyawa metabolit sekunder berupa tanin, fenol, steroid, flavonoid, saponin, dan terpenoid. Senyawa-senyawa ini telah terbukti memiliki daya proteksi terhadap sinar UV, menangkal radikal bebas dan mencegah kerusakan DNA. Antioksidan alami dapat diformulasikan sebagai bahan aktif dalam sediaan-sediaan kosmetik salah satunya adalah sediaan masker gel peel-off. Tujuan penelitian ini untuk memformulasikan masker gel peel-off dari ekstrak bajakah tampala dan mengevaluasi karakteristik mutu fisiknya. Metode penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang terdiri dari pembuatan ekstrak bajakah tampala dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Masker gel peel-off dibuat menjadi 4 formulasi yaitu Formula A, B, C dan D. Evaluasi yang dilakukan meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji waktu mengering dan uji daya sebar. Hasil menunjukan semua formula homogen dan tidak terjadi perubahan organoleptis setelah 14 hari. Rentang pH masker gel peel off yaitu 5,9 – 6,2 yang memenuhi syarat pH kulit. Rentang rentang uji waktu mengering adalah 15 – 17 menit serta diameter daya sebar berkisar antara 3-5,7 cm. Kesimpulan penelitian ini adalah masker gel peel-off ekstrak bajakah tampala (Spatholobus Littoralis Hassk.) dengan komposisi Formula D memenuhi persyaratan uji karakteristik mutu fisik meliputi organoleptik, homogenitas, pH, waktu mengering dan daya sebar

    Penetapan Kadar Fenolik Total dan Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi dari Ekstrak Etanol Daun Cempedak (Artocarpus integer) dengan Metode DPPH

    Get PDF
    Daun cempedak (Artocarpus integer) dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat Kalimantan Selatan dalam pengobatan. Golongan fenolik terkandung dalam ekstrak daun cempedak dan memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Fraksi dari ekstrak daun cempedak belum pernah ditetapkan kadar fenolik total dan akivitas antioksidannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fraksi dari ekstrak daun cempedak yang mengandung kadar fenolik dan aktivitas antioksidan tertinggi. Penelitian dimulai dengan pengeringan daun segar menggunakan lemari pengering, pembuatan serbuk simplisia, proses ekstraksi secara maserasi, pengeringan ekstrak dengan lemari pengering, dan proses fraksinasi dengan pelarut n-heksan, etil asetat dan aquadest. Penetapan kadar fenolik total dapat dilakukan dengan reagen Folin-Ciocalteu dan menggunakan baku pembanding asam galat. Aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan metode DPPH berdasarkan nilai IC50 dan dengan pembanding kuersetin. Kadar fenolik total pada fraksi n-heksan 9,352 ± 0,113% b/b, fraksi etil asetat 12,595 ± 0,415% b/b, dan fraksi aquadest 9,992 ± 0,485% b/b ekivalen asam galat. Fraksi n-heksan, etil asetat, dan aquadest masing-masing memiliki nilai IC50 sebesar 89,192 ± 2,91 bpj (kuat), 64,754 ± 2,803 bpj (kuat), dan 82,247 ± 23,034 bpj (kuat). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa fraksi etil asetat memiliki kadar fenolik total tertinggi dan aktivitas antioksidan paling kuat dibandingkan fraksi n-heksan dan fraksi aquadest dari ekstrak daun cempedak.   Cempedak (Artocarpus integer) leaves are traditionally used by people in South Kalimantan as medicine. The phenolic group contained in cempedak leaf extract has known as an antioxidant. The fraction of cempedak leaf extract has never been determined for total phenolic content and antioxidant activity. This study aimed to determine the fraction of cempedak leaf extract that contains the highest levels of phenolic and antioxidant activity. The study started with drying of fresh leaves using a drying cabinet, simplicia powder preparation, maceration extraction, extract drying, and fractionation with n-hexane, ethyl acetate and aquadest as solvents. Determination of total phenolic content was obtained with Folin-Ciocalteu reagent and gallic acid as a standard for comparison. Antioxidant activity was measured using the DPPH method based on the IC50 value and comparison with quercetin. The total phenolic content of the n-hexane, ethyl acetate and aquadest fraction were 9.352 ± 0.113% w/w, ethyl acetate fraction 12.595 ± 0.415% w/w, and aquadest fraction 9.992 ± 0.485% w/w equivalent gallic acid, respectively. The n-hexane, ethyl acetate, and aquadest fractions showed IC50 values of 89.192 ± 2.91 ppm (strong), 64.754 ± 2.803 ppm (strong), and 82.247 ± 23.034 ppm (strong), respectively. The conclusion of this study was that the ethyl acetate fraction had highest total phenolic content and strongest antioxidant activity compared to n-hexane and aquadest fraction from cempedak leaf extract

    Evaluasi Penggunaan Obat di Pusat Kesehatan Masyarakat “X” di Kalimantan Selatan di Tinjau dari Indikator Peresepan Menurut World Health Organization

    Get PDF
    Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan tempat pelayanan kesehatan pertama dan utama di masyarakat. Pengobatan yang rasional merupakan hal penting dalam pelayanan kesehatan. World Health Organization memperkirakan separuh obat yang digunakan telah diresepkan, dibagikan dan dijual secara tidak tepat. Pengobatan yang tidak rasional dapat menyebabkan kesalahan pengobatan serta timbulnya efek samping. World Health Organization menetapkan indikator penggunaan obat yang rasional. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penggunaan obat di pusat kesehatan masyarakat yang ditinjau dari indikator peresepan Menurut World Health Organization. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pengambilan data retrospektif. Data diambil dari resep pasien rawat jalan disalah satu pusat kesehatan masyarakat di Kalimantan Selatan pada periode januari hingga desember 2021. Jumlah sampel resep yang dianalisis adalah 373 resep. Hasil penelitian dibandingkan dengan standar WHO. Hasil menunjukkan bahwa jumlah rata-rata obat per lembar resep 3,77; persentasi penggunaan obat generic 98,57%; persentasi obat antibiotic 12,23%; persentasi obat sediaan injeksi 0% dan persentasi obat sesuai Formularium Nasional 93,88%. Hasil evaluasi penerapan penggunaan obat yang rasional sesuai dengan indikator WHO ada tiga indikator yang memenuhi yaitu persepan injeksi, dan persepan antibiotik sedangjan  jumlah item obat per lembar resep Peresepan obat dengan nama generik dan penggunaan obat sesuai formularium nasional masih belum memenuhi persyaratan sesuai dengan indikator WHOPusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan tempat pelayanan kesehatan pertama dan utama di masyarakat. Pengobatan yang rasional merupakan hal penting dalam pelayanan kesehatan. World Health Organization memperkirakan separuh obat yang digunakan telah diresepkan, dibagikan dan dijual secara tidak tepat. Pengobatan yang tidak rasional dapat menyebabkan kesalahan pengobatan serta timbulnya efek samping. World Health Organization menetapkan indikator penggunaan obat yang rasional. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penggunaan obat di pusat kesehatan masyarakat yang ditinjau dari indikator peresepan Menurut World Health Organization. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pengambilan data retrospektif. Data diambil dari resep pasien rawat jalan disalah satu pusat kesehatan masyarakat di Kalimantan Selatan pada periode januari hingga desember 2021. Jumlah sampel resep yang dianalisis adalah 373 resep. Hasil penelitian dibandingkan dengan standar WHO. Hasil menunjukkan bahwa jumlah rata-rata obat per lembar resep 3,77; persentasi penggunaan obat generic 98,57%; persentasi obat antibiotic 12,23%; persentasi obat sediaan injeksi 0% dan persentasi obat sesuai Formularium Nasional 93,88%. Hasil evaluasi penerapan penggunaan obat yang rasional sesuai dengan indikator WHO ada tiga indikator yang memenuhi yaitu persepan injeksi, dan persepan antibiotik sedangjan  jumlah item obat per lembar resep Peresepan obat dengan nama generik dan penggunaan obat sesuai formularium nasional masih belum memenuhi persyaratan sesuai dengan indikator WH

    STANDARISASI PARAMETER SPESIFIK DAN NON SPESIFIK PADA SIMPLISIA KULIT BUAH MUNDAR (Garcinia forbesii) ASAL KALIMANTAN SELATAN

    Get PDF
    Latar bekalang : Mundar (Garcinia forbesii) merupakan tanaman khas asal Kalimantan Selatan yang berpotensi sebagai bahan obat. Tamanan diolah menjadi simplisia harus memenuhi persyaratan untuk dapat digunakan sebagai bahan obat. Simplisia yang digunakan akan melalui uji parameter standar simplisia meliputi parameter spesifik dan non spesifik. Parameter spesifik yang akan diuji yaitu golongan senyawa, senyawa spesifik yang menggambarkan efek farmakologis sedangkan pada parameter non spesifik yang akan diuji adalah sifat kimia, fisika dan mikrobiologi yang akan mempengaruhi stabilitas dan keamanan obat.Tujuan : Menetapkan parameter spesifik dan non spesifik simplisia kulit buah mundar asal Kalimantan SelatanMetode : Pengujian yang dilakukan yaitu penetapan parameter spesifik dan parameter non spesifik yang ditetapkan meliputi organoleptik, mikroskopik, kadar sari larut pelarut tertentu, susut pengeringan, kadar abu tidak larut asam, kadar abu total, dan  cemaran logam berat. Sampel simplisia tanaman Mundar yang akan diuji berasal dari dua Kecamatan yang berbeda yaitu dari Kecamatan Karang Intan dan Kecamatan Beruntung Baru Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.Hasil : Hasil analisis simplisia kulit buah mundar dari Kecamatan Karang Intan and Kecamatan Beruntung Baru masing-masing adalah organoleptik kedua sampel simplisia berupa serbuk coklat, asam, berbau khas. Hasil mikroskopik diperoleh terdapat epidermis, kolenkim dan parenkim mesocarp pada kedua simplisia. Kadar sari larut etanol kedua simplisia masing-masing 57,20±0,10% dan 58,57±0,49%, kadar sari larut air 66,93±0,23% dan 68,83±0,15%, susut pengeringan 5,40±0,26% dan 6,93±0,76%, kadar abu total 2,20±0,03% dan 2,49±0,02%, kadar abu tidak larut asam 0,04±0,02% dan 0,06±0,02%, cemaran logam berat Pb 0,007±0,000mg/kg dan 0,010±0,003mg/kg, Cd 0,006±0,001mg/kg dan 0,009±0,002 mg/kg.Kesimpulan : Hasil parameter spesidik dan non spesifik kedua sampel simplisia kulit buah G.forbesii memenuhi persyaratan standar.Kata kunci: Mundar, simplisia, spesifik, non spesifik

    UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FORMULASI SALEP HIDROKARBON DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF OBAT PENYEMBUH LUKA

    No full text
    Pepaya (Carica papaya L) merupakan tanaman yang dapat hidup di berbagai tempat di Indonesia dan memerlukan waktu tumbuh yang relatif singkat. Daun pepaya mengandung senyawa alkaloid karpain, karikaksantin, violaksantin, papain, saponin, flavonoid, tannin, karposid dan saponin, sedangkan senyawa yang memiliki khasiat sebagai antibakteri adalah senyawa alkaloid karpain. Sediaan salep merupakan salah satu sediaan farmasi yang cocok untuk obat penyembuh luka dengan ekstrak daun pepaya. Salep ini diharapkan mampu mengatasi infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dengan efektifitas besar dan efek samping yang kecil bila dibandingkan dengan penggunaan bahan kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri sediaan salep ekstrak etanol daun pepaya. Pembuatan ekstrak daun pepaya dilakukan dengan metode penyarian maserasi selama lima hari dengan pelarut etanol 96%. Ekstrak daun pepaya kemudian diformulasikan ke formula 2 kemudian dilakukan uji antibakteri dengan konsentrasi ekstrak 5;10;20;30 dan 40%. Jenis penelitian ini dilakukan dengan rancangan eksperimental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi formula 2 yang paling efektif berdasarkan uji sifat fisik salep. Hasil uji antibakteri menunjukkan bahwa diameter zona hambat tertinggi diperoleh pada salep ekstrak daun pepaya konsentrasi 40% yaitu sebesar 11,63±0,671441 mm dan terkecil pada konsentrasi 5% yaitu sebesar  5,63±0,550757

    PENETAPAN KADAR FENOLIK TOTAL DAN FLAVONOID TOTAL EKSTRAK BERAS HITAM (Oryza sativa L) DARI KALIMANTAN SELATAN

    No full text
    The black rice contains anthocyanin compounds which are included in the flavonoids and phenolic compounds. Flavonoids contained in black rice are phenolic components that act as a preventive of hydroxyl and superoxide radicals by protecting membrane lipids against damaging oxidation reactions and phenol compounds also have bacteriocid, antimetic, antihelmintic, antiinflammatory, antimicrobial, anticancer and other degenerative diseases. The aim of this research were to measure total phenolic content and total flavonoid in ethanol extract of black rice (Oryza sativa L). Total phenol content were measured by Folin-Ciocalteu method with gallic acid mean while total flavonoid content were measured by colorimetry method using reagent AlCl3 10% and 5% acetic acid. There are seven variation samples of black rice obtained from seven different places in South Kalimantan. The result of this study, qualitative analysis showed that all samples positive contained flavonoids, alkaloids and tannins. The total phenol content of the seven samples was 100,58 ± 1,344; 91.14 ± 1.699; 96.50 ± 1.529; 77.64 ± 0.462; 81,16 ± 0,614; 112.47 ± 1.040; 81,50 ± 2,928 mgGAE/mg extract and the percent of total flavonoid content from seven samples was 8,53 ± 0,208%; 8.11 ± 0.343%; 7.69 ± 0.446%; 6.03 ± 0.227%; 4.97 ± 0.169%; 3.74 ± 0.210%; 5.02 ± 0.403%

    PENETAPAN KADAR FENOLIK TOTAL DAN FLAVONOID TOTAL EKSTRAK BERAS HITAM (Oryza sativa L) DARI KALIMANTAN SELATAN

    No full text
    Beras hitam salah satu bahan pangan mengandung senyawa antosianin yang termasuk dalam jenis flavonoid dan senyawa fenolik. Flavonoid yang terkandung dalam beras hitam merupakan komponen fenolik yang bertindak sebagai pencegah radikal hidroksil dan superoksida dengan melindungi lipida membran terhadap reaksi oksidasi yang merusak dan senyawa fenol pula memiliki sifat bakteriosid, antimetik, antihelmintik, antiasmatik, analgetik, antiinflamasi, meningkatkan mortilitas usus, antimikroba, antikanker dan penyakit degeneratif lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar fenol total dan kadar flavonoid total dalam ekstrak etanol beras hitam. Penetapan kadar fenol total menggunakan metode metoda Folin-Ciocalteu dengan senyawa pembanding asam galat. Sedangkan pada penentuan kadar flavonoid total digunakan metode kolorimetri dengan pereaksi berupa AlCl3 10% dan asam asetat 5%. Jumlah sampel ada tujuh variasi beras hitam yang didapatkan  dari tujuh tempat berbeda di Kalimantan Selatan. Analisis kualitatif menunjukkan bahwa seluruh sampel positif mengandung flavonoid, alkaloid dan tanin. Hasil kadar total fenol dari tujuh sampel berturut-turut adalah 100,58±1,344; 91,14±1,699; 96,50±1,529; 77,64±0,462; 81,16±0,614; 112,47±1,040; 81,50±2,928  mgGAE/mg ekstrak dan hasil persen kadar rata-rata flavonoid total dari tujuh sampel berturut-turut adalah 8,53±0,208 %; 8,11±0,343%; 7,69±0,446%; 6,03±0,227%; 4,97±0,169%; 3,74±0,210%; 5,02±0,403%

    PENENTUAN KADAR FENOLIK TOTAL EKSTRAK ETANOL 96% DAUN TERAP (Artocarpus odoratissimus Blanco) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL

    No full text
      Daun terap (Artocarpus odoratissimus Blanco) merupakan tanaman yang memiliki kandungan flavonoid yang merupakan golongan fenolik. Senyawa tersebut efektif sebagai antioksidan alami. Antioksidan berfungsi mengurangi kecepatan peroksidasi lipid dengan memberikan elektron pada radikal bebas sehingga dapat membentuk molekul normal kembali. Senyawa fenol juga memiliki sifat bakteriosid, antihelmintik, analgetik, antiinflamasi, antimikroba, antikanker dan penyakit degeneratif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar fenolik total yang terkandung di tanaman daun terap. Daun terap diperoleh dari Kota Amuntai, Hulu Sungai Utara yang telah dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Senyawa fenolik pada daun terap diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Pengujian kualitatif daun terap ditetapkan menggunakan pereaksi FeCl3, sedangkan untuk uji penetapan kadar daun terap dinyatakan dengan nilai ekivalensi asam galat. Metode yang digunakan adalah Spektrofotometri Visibel dengan pereaksi Folin ciocalteau. Konsentrasi yang digunakan pada kurva regresi linier 5, 10, 15, 20, 25 dan 30µg/mL. Hasil uji kualitatif diperoleh ekstrak daun terap mengandung senyawa fenolik dengan ditandai perubahan warna kuning menjadi warna hijau. Berdasarkan hasil uji kuantitatif diperoleh operating time pada menit ke-1 dan panjang gelombang maksimal yang diperoleh adalah 762 nm. Persamaan regresi linier yang diperoleh y= 0,0213x + 0,117. Nilai kadar fenolik total yang didapat pada ekstrak daun terap adalah 10,56 % b/b

    UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 96% RIMPANG LENGKUAS MERAH (Alpinia purpurata (Vieill.) K.Schum) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus

    No full text
    Rimpang lengkuas merah (Alpinia purpurata K.Schum) mengandung flavonoid, tanin, saponin, serta terpenoid yang memiliki daya hambat bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96% rimpang lengkuas merah terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96% rimpang lengkuas merah mengunakan metode sumuran dengan konsentrasi 40%, 30%, 20%, 10% dan 5%, Klindamisin konsentrasi 50μg/ml sebagai kontrol (+) dan etanol 96% sebagai kontrol (-) dengan replikasi sebanyak 4 kali. Hasil diameter zona hambat dianalisis dengan Statistical Producy Service Solution (SPSS) versi 17. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak etanol 96% rimpang lengkuas merah memiliki aktivitas daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Diameter rata-rata zona hambat ekstrak etanol 96% rimpang lengkuas dengan konsentrasi 40%, 30%, 20%, 10% dan 5%, kontrol positif (klindamisin), dan kontrol negatif (etanol 96%) berturut-turut pada bakteri Staphylococcus aureus adalah 28,06 mm; 25,17 mm; 23,15 mm; 20,38 mm; 18,34 mm; 30,13 mm; 0 mm. Ada perbedaan yang signifikan dalam diameter zona penghambatan antara konsentrasi ekstrak etanol 96% dari Alpinia purpurata (Vieill.) K.Schum pada pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan nilai signifikansi 0,000

    HUBUNGAN ANTARA WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS KELAYAN DALAM

    No full text
    Pelayanan resep merupakan salah satu bagian dari kegiatan kefarmasian di Puskesmas. Salah satu standar minimal pelayanan farmasi di puskesmas adalah waktu tunggu. waktu tunggu pelayanan resep dimulai dari penerimaan resep sampai obat di serahkan ke pasien. Waktu tunggu pelayanan yang baik dapat mempengaruhi kepuasan pasien, sehingga puskesmas harus dapat mengontrol waktu pelayanan untuk mencapai kepuasan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran waktu tunggu pelayanan resep obat non racikan dan resep obat racikan di jam pelayanan 08.00-10.00 dan 10.00-12.00, mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan resep dimensi Reliability dan Responsiveness, serta mengetahui ada hubungan atau tidak antara waktu tunggu pelayanan resep terhadap tingkat kepuasan pasien di Apotek Puskesmas Kelayan Dalam. Jenis penelitian yang digunakan adalah non eksperimental dengan pengambilan data secara prospektif. Pengambilan sampel dilakukan secara non probability sampling menggunakan metode purposive sampling dan teknik analisa data statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 yaitu Uji Chis Square. Penelitian dilakukan dari bulan Mei s/d juni 2018, dengan jumlah sampel sebesar 178 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi dan lembar kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 178 responden yang di teliti gambaran rata-rata waktu tunggu pelayanan resep non racikan di jam pelayanan 08.00-10.00 selama 7,28 menit dan jam pelayanan 10.00-12.00 selama 8,14 menit serta rata-rata waktu tunggu pelayanan resep racikan di jam pelayanan 08.00-10.00 selama 3,73 menit dan jam pelayanan 10.00-12.00 selama 4,74 menit. Hasil penelitian tingkat kepuasan dengan persentase 74,85% berada pada kategori puas. Hasil statistik menunjukkan nilai sig 0,001 < 0,05 bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara waktu tunggu resep dengan tingkat kepuasan pasien. Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu rata-rata waktu tunggu resep sudah sesuai memenuhi SOP puskesmas Kelayan Dalam dengan tingkat kepuasan puas serta terdapat hubungan antara waktu tunggu pelayanan resep terhadap tingkat kepuasan pasien
    corecore