49 research outputs found
Pembahasan
Menurut pendapat saya seharusnya NTT bisa lebih makmur daripada yang ada sekarang ini, tetapi sangat sayang sekali rupanya sumber daya alam yang sangat penting di sana itu tidak digunakan secara baik atau tidak dikelola secara baik. Oleh karena itu tidak bisa menyumbang untuk Pembangunan Daerah padahal altematif yang lain barangkali sangat sulit untuk ditawarkan. Kalau saya dengar tadi penjelasan, masalah yang pokok dari tanaman Cendana ini adalah bukan pada masalah teknis biologis; masalahnya adalah policy, kebijakan. Pemerintah Daerah melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh Pemerintahan Kolonialdan tidak memperbaikinya. Apa yang dibuat Pemerintahan Kolonial sudah bagus; bagus untuk mereka, bagus untuk kepentingan negara yang menjajah. Tetapi setelah kita merdeka 'konteks' tidak kita pelajari, kita lakukan hal yang sama dan akibatnya seperti sekarang. Kalau tadi Bapak Kepala Dinas Kehutanan Propinsi mengatakan "semuanya tidak ada lagi biaya dinas", saya melihat dengan begitu cemasnya, jangan-jangan Cendana sudah akan punah. Seharusnya NTT bisa memiliki monopoli Internasional terhadap cendana, tetapi itu tidak dimungkinkan lagi dan orang (negara) lain sudah mulai mencari alternatif, menanam. Cendana India yang asalnya dari Timor sekarang sudah lebih terkenal dari Cendana Timor sendiri, seperti yang dikatakan Bapak Hartono (Pembicara, Pengusaha dari PT Tropical Oil, Red.). Intinya adalah bahwa komoditi itu terlalu diregulasi oleh Pemerintah; dan tidak hanya diregulasi tapi dimonopoli, dan merampas hak rakyat untuk melakukan bisnis ini
Prospek Agribisnis 2001 dan Evaluasi Pembangunan Pertanian 2000
Perbaikan ekonomi tahun 2001 sudah mulai tampak ditandai oleh beberapa indikatorekonomi seperti sektor riil sudah mulai menggeliat, aktivitas perekonomina rakyat dipedesaan sudah mulai bangkit, ekspor beberapa produk agribisnis mengalami peningkatan.,kredit Perbankan untuk mendorong bangkitnya sektor riil sudah dilonggarkan, pendapatanpenduduk sudah mulai merangkak naik dibandingkan dengan ketika krisis tahun 1997/1998.Prospek agribisnis yang cerah ini tidak dapat diraih, jika tidak diikuti langkah strategismelalu pembangunan sistem agribisnis dan USAha-USAha agribisnis termasuk USAhatanikeluarga dengan peningkatan produktivitas sebagai sumber pertumbuhan
Pembangunan Sistem Agribisnis di Indonesia dan Peranan Public Relation
Mistook of economic development strategy in lastime and economic crisis prolongedwith various its excess, to compel Indonesia choice alternative strategy in development ofeconomic, which hoped able to give solution of existing problems, without appear newproblems. Among some economic development strategy which fulfill the some conditions isAgribusiness Led Development, namely a strategy of economic development which integratedevelopment of agriculture (include estate crop, animal husbandry, fishery, and forestry) withdevelopment of agro-industry and linkage services setors. Development strategy ofagribusiness system to be convinced able to lead Indonesia economy has competitiveness andsinergys in the world economy.To develop the agribusiness system competitiveness, people-driven, sustainable anddecentralized are resposible all of agribusiness stake-holder, suitable with each role. Theentreprise is main actors of development agribusiness, the government have a role asfacilitator, regulator and promotor of agribusiness development, the researcher have a role todevelop of technology, education have a role to increase skill of human resources.Meanwhile, public relation profession have a role to build public good image, fordevelopment of agribusiness as well as for firm and agribusiness products.Special about the role of public relation (PR) in development of agribusiness system inIndonesia untill now still not develop yet. Whereas, PR functions very needed in developmentof agribusiness system, start from macro level till micro level. At macro level, role of PRhoped able to develop good image about importance to develop agribusiness in nationaleconomic development
Skala Usaha pada Perkebunan Kelapa Sawit dan Implikasinya terhadap Pengembangan Perkebunan Rakyat
IndonesianInformasi mengenai keadaan skala usaha penting untuk pengambilan keputusan dan perumusan kebijaksanaan tetapi jumlahnya masih sedikit. Tulisan ini bertujuan menyajikan keadaan skala usaha perkebunan kelapa sawit di Sumatera Bagian Utara dengan menggunakan fungsi keuntungan sebagai alat analisa. Berdasarkan penelitian data yang tersedia perkebunan kelapa sawit di daerah ini ternyata dalam keadaan skala usaha dengan hasil bertambah. Tulisan ini juga menyodorkan implikasi dari hasil penelitian
PEMBAHASAN
Menurut pendapat saya seharusnya NTT bisa lebih makmur daripada yang ada sekarang ini, tetapi sangat sayang sekali rupanya sumber daya alam yang sangat penting di sana itu tidak digunakan secara baik atau tidak dikelola secara baik. Oleh karena itu tidak bisa menyumbang untuk Pembangunan Daerah padahal altematif yang lain barangkali sangat sulit untuk ditawarkan. Kalau saya dengar tadi penjelasan, masalah yang pokok dari tanaman Cendana ini adalah bukan pada masalah teknis biologis; masalahnya adalah policy, kebijakan. Pemerintah Daerah melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh Pemerintahan Kolonialdan tidak memperbaikinya. Apa yang dibuat Pemerintahan Kolonial sudah bagus; bagus untuk mereka, bagus untuk kepentingan negara yang menjajah. Tetapi setelah kita merdeka 'konteks' tidak kita pelajari, kita lakukan hal yang sama dan akibatnya seperti sekarang. Kalau tadi Bapak Kepala Dinas Kehutanan Propinsi mengatakan "semuanya tidak ada lagi biaya dinas", saya melihat dengan begitu cemasnya, jangan-jangan Cendana sudah akan punah. Seharusnya NTT bisa memiliki monopoli internasional terhadap cendana, tetapi itu tidak dimungkinkan lagi dan orang (negara) lain sudah mulai mencari alternatif, menanam. Cendana India yang asalnya dari Timor sekarang sudah lebih terkenal dari Cendana Timor sendiri, seperti yang dikatakan Bapak Hartono (Pembicara, Pengusaha dari PT Tropical Oil, Red.). Intinya adalah bahwa komoditi itu terlalu diregulasi oleh Pemerintah; dan tidak hanya diregulasi tapi dimonopoli, dan merampas hak rakyat untuk melakukan bisnis ini
Pengaruh Harga Internasional, Ekspor, Harga Tbs, Dan Volume Produksi Biodiesel Terhadap Harga CPO Domestik
The palm oil industry downstream program supports the development of new energy made from palm oil, namely biodiesel. Biodiesel is used as a blend for fuels such as diesel. One of the goals of developing the biodiesel industry is to produce new renewable energy sources so that it can reduce dependence on fossil energy and to increase value added of palm oil. With the development of the biodiesel industry, Indonesia's consumption of crude palm oil (CPO) will increase. It is feared that this could lead to an increase in domestic CPO prices. This research was conducted to analyze the impact of developing the biodiesel industry on domestic CPO prices. The data used is secondary data in the form of annual data from 1997-2021. The research analysis used multiple linear regression which is processed with Ordinary Least Square (OLS). The independent variables in this research are international CPO prices, CPO export volumes, fresh fruit bunches (FFB) price and volume of biodiesel production. The real domestic CPO price was significantly affected by international CPO prices, CPO export volume, and FFB prices. Volume of biodiesel production has no significant impact on domestic CPO price.
The palm oil industry downstream program supports the development of new energy made from palm oil, namely biodiesel. Biodiesel is used as a blend for fuels such as diesel. One of the goals of developing the biodiesel industry is to produce new renewable energy sources so that it can reduce dependence on fossil energy. With the development of the biodiesel industry, Indonesia's consumption of crude palm oil (CPO) will increase. It is feared that this could lead to an increase in domestic CPO prices. This research was conducted to analyze the impact of developing the biodiesel industry on domestic CPO prices. The data used is secondary data in the form of annual data from 1997-2021. The research analysis used multiple linear regression which is processed with Ordinary Least Square (OLS). The variables in this research are international CPO prices, CPO export volumes, biodiesel production, prices of fresh fruit bunches (FFB), and productivity of oil palm plantations. The real domestic CPO price was significantly affected by international CPO prices, CPO export volume, FFB prices, and the productivity of oil palm plantations. Biodiesel production was not proven to have a significant effect on domestic CPO prices
Skala Usaha dan Efisiensi Ekonomi Relatif Usaha Ternak Ayam Petelur
IndonesianSkala usaha dalam usaha ternak ayam merupakan topik dari penelitian ini. Dengan mengambil lokasi penelitian pada jalur lintas Jakarta-Bogor dan Sukabumi dan dengan sampel peternak dari berbagai skala usaha, telah dapat dirumuskan beberapa hal pokok. Pertama, biaya tenaga kerja dan makanan ternak berpengaruh negatif dan nyata pada tingkat keuntungan, sedangkan kenaikan investasi memberikan dampak yang sama. Kedua, antara pemilikan 500-15.000 ekor dengan rata-rata 1.600 ekor ternyata masih berada pada kondisi "increasing returns to scale". Ketiga, semakin besar skala usaha, semakin baik efisiensi ekonominya. Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya penerapan azas konsolidasi dan dalam usaha pengadaan masukan ternak yang murah serta perlunya pelayanan kredit investasi yang lebih luas, terutama untuk peternak kecil
Identifikasi Bakteri pada Diafragma Stetoskop Poliklinik RSU Universitas Kristen Indonesia
Infeksi nosokomial yang kini disebut dengan infeksi yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan atau Health-care Asscociated Infections(HAIs) merupakan
masalah utama yang dihadapi oleh rumah sakit. Infeksi nosokomial terjadi diseluruh
dunia dan menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien yang dirawat,
HAI’s juga menambah jumlah biaya perawatan karena semakin lamanya waktu rawat
dan tambahan biaya pengobatan. Transmisi infeksi dapat terjadi melalui peralatan
medis, salah satu alat medis yang sering digunakan adalah stetoskop. Staphylococcus
aureus merupakan penyebab infeksi rumah sakit yang tersering. Desain penelitian ini
adalah eksperimental untuk mengetahui gambaran bakteri pada diafragma stetoskop
Poliklinik RSU Universitas Kristen Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah non-probability sampling dengan menggunakan metode purposive
sampling. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan total 19 Stetoskop, 18 Stetoskop
terkontaminasi bakteri dan 1 stetoskop tidak terkontaminasi bakteri. Bakteri-bakteri
yang telah didapatkan adalah bakteri Gram positif dan Gram negatif. Gram positif
terdiri dari Streptobasil (50%), Staphylococcus aureus (4%) dan Staphylococcus
epidermidis (41%), sedangkan bakteri Gram negatif yaitu Klebsiella sp (5%).
Kata Kunci : infeksi nosokomial, stetoskop, Staphylococcus./Nosocomial infections which are now referred to as infections related to health services
or Health-care Associated Infections (HAIs) are the main problems of hospitals.
Nosocomial infections occur throughout the world and cause an increase in the
morbidity and mortality of patients treated, HAI's also increases the amount of
treatment costs due to the longer stay and additional treatment costs. Transmission of
infection can occur through medical equipment, one of the medical tools that is often
used is a stethoscope. Staphylococcus aureus is the most common cause of hospital
infections. The design of this study was experimental to find out the picture of bacteria
in the diaphragm of the stethoscope at the Polyclinic Hospital of Indonesian Christian
University. The sampling technique used is non-probability sampling using a purposive
sampling method. Based on the research results obtained a total of 19 stethoscopes, 18
stethoscopes contaminated with bacteria and 1 stethoscope not contaminated with
bacteria. The bacteria that have been obtained are Gram positive and Gram negative
bacteria. Gram positive consists of Streptobasil (50%), Staphylococcus aureus (4%)
and Staphylococcus epidermidis (41%), while Gram negative bacteria, Klebsiella sp
(5%)