20 research outputs found

    AN ANALYSIS OF CHARACTER’S ICONOGRAPHY IN MARVEL: THE AVENGERS FILM BY USING MYTHOLOGICAL ASPECT

    Get PDF
    The objective of this study is to find out the main characters’ iconography in film Marvel: The Avengers then illustrate the images of the main characters seen from mythological aspect. The three main characters analyzed are: Iron Man, Thor and Captain America. The research method used in this study is descriptive-qualitative. Description of the main characters’ iconography are identified and classified through the pieces of scenes and dialogues which collected from the film itself. Some results found that Iron Man’s icon is Metal Suit, Thor’s icon is Hammer, and Captain America’s icon is American Flag. The image that illustrated from Iron Man’s icon is Technology, Thor’s icon illustrated the Power of God, and Captain America’s icon illustrated Patriotism. This study demonstrated that the reference to an intrinsic element of film, iconography, can be used as a medium of analysis to illustrate the images as the messages implied that can be revealed through the mythological aspect of literary criticism. Keywords: Literature, Film analysis, Characters’ iconography, Mythological

    Receptive Orientation Behavior by May Welland in Edith Wharton's The Age of Innocence Novel: an Existentialist Psychoanalysis Perspective

    Get PDF
    This research paper aims to know receptive orientation behavior of the May Welland in The Age of Innocence novel. The objective of the research is to analyze the novel by using an existentialist psychoanalysis theory. The type of this research is descriptive qualitative research because there is no calculating data in this research. The data sources of the research are (1)the primary data of the research is The Age of Innocence novel by Edith Wharton, (2)the secondary data of the research taken from any information related to the novel such as biography of author, literary books, journal, and references from internet related with the study. The method to analyze this data is descriptive analysis. The result of this analysis is that May Welland’s character is dominant as the receptive orientation behavior. She has 12 aspects as the positive and negative aspect of the receptive orientation behavior by Fromm’s theory

    Agama dan relasi sosial : konstruksi santri tentang multikulturalisme dan relevansinya terhadap model pembelajaran agama berwawasan kebangsaan dalam tradisi pesantren di Yogyakarta

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan konstruksi para santri tentang multikulturalisme di Indonesia yang dihubungkan dengan pemahaman ideologi keagamaan mereka. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif-analitif yang berupaya untuk mengungkapkan berbagai konstruksi santri dalam memahami multikulturalisme. Dari hasil paparan konstruksi para santri mengenai multikulturalisme tersebut penelitian ini bermaksud menemukan model pembelajaran agama yang dikembangkan di lingkungan pesantren yang mengedepankan semangat multikulturalisme. Penelitian deskriptif ini dilakukan dengan wawancara mendalam kepada santri dan pengelola pesantren di Yogyakarta tentang realitas multikultural di Indonesia. Para santri yang dijadikan sebagai informan penelitian adalah santri di lingkungan pesantren yang berafiliasi pada organisasi massa Nahdlatul Ulama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman para santri tentang keberagaman di Indonesia sangat erat kaitannya dengan pemahaman keagamaan yang dimilikinya. Pesantren-pesantren NU di Yogyakarta yang menjadi obyek penelitian ini menunjukkan sikap terbuka dalam menerima keberagaman. Para santri di pesantren-pesantren itu memiliki pandangan bahwa multikulturalisme merupakan keniscayaan dalam masyarakat yang harus diterima dengan segala konsekuensinya. Keragaman agama dan budaya adalah fakta sosial yang tidak bisa ditolak kehadirannya. Itulah sebabnya, pemahaman keagamaan yang menurut mereka perlu dikembangkan adalah yang menghargai keragaman dan keterbukaan menerima perbedaan tersebut. Lingkungan Yogyakarta dengan Kasultanan sebagai perekat tradisi Jawa dianggap para santri memberikan pengaruh kepada sikap dan perilaku keberagamaan mereka. Di Yogyakarta relasi sosial dibarigun secara dinamis dengfm kekuatan tradisi sebagai media perekat sosial antar agama. Pengungkapan atas konstruksi multikulturalisme tersebut menjadi titik pijak dirumuskannya model pembelajaran agama bewawasan kebangsaaan

    GENRE SASTRA SEKSIS: SEKSUALITAS DALAM NOVEL DAN KUMPULAN CERPEN KARYA TIGA (3) PENGARANG PEREMPUAN INDONESIA MUTAKHIR

    No full text
    Penelitian ini berkeinginan untuk mengungkap berbagai bentuk eksplorasi seksulitas dan peenokoha yang terdapat dalam novel novel dan kumpulan cerpen karya tiga perempuan pengarang Indonesia Mutakhir. Ketiga karya sastra tersebut adalah Novel Saman karya Ayu Utama, Jangan Main-Main (dengan kelaminmu) karya Djenar Mahesa Ayu, dan Mahadewa-Mahadewi karya Nova Riyanti Yusuf. Tema seksualitas merupakan mainstream dalam karya sastra perempuan pengarang belakangan ini. Seksualitas bukan dipahami sebagai hubungan seks laki-laki dan perempuan, melainkan terdapat interaksi sosial, relasi sosial sekaligus problem gender dalam hubungan tersebut. Penelitian ini bertujuang untuk; I) Mengetahui dan memahami diskursus genre sastra feminis yang ditampilkan dalam novel dan kumpulan cerpen karya tiga (3) pengarang perempuan Indonesia mutakhir, yaitu Ayu Utami, Djenar Mahesa Ayu dan Nova Riyanti Yusuf, 2). Mengetahui dan memaharni diskursus seksualitas perempuan yang terkandung dalam novel dan kumpulan cerpen karya tiga (3) pengarang perempuan Indonesia mutakhir, yaitu Ayu Utami, Djenar Mahesa Ayu dan Nova Riyanti Yusuf. Upaya untuk mengungkapkan perlawanan terhadap kultur patriarkhi direpresentasikan bukan hanya dalam ruang social politik dan ekonomi, melainkan juga melalui rekonstruksi seksualitas yang dimainkan oleh perempuan. Tokoh-tokoh perempuan dalam karya-karya tersebut merepresentasikan sosok perempuan yang menolak terjadinya sub ordinasi, terlebih dalam problem seksualitas. Untuk memperoleh hasil yang tepat dan jelas tentang ada tidaknya semangat ferninis, maka dihadirkanlah metode penelitian sastra dengan pendekatan kritik sastra ferninis. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat terungkap bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang menimpa kaum perempuan sekaligus upaya mereka keluar dari belitan kultur patriarkhi yang menindas tersebut. Seksualitas dalam karya sastra dalam kenyataannya menjadi salah satu alat untuk melakukan perlawanan atas ketidakadilan gender sekaligus juga untuk menguatkan identitas keperempuanan. Realitas tersebut direpresentasikan oleh tokoh dan penokohan dalam karyakarya sastra perempuan pengarang Indonesia mutakhir dengan genre sastra seksis

    KEKERASAN DAN TRAUMA SEKSUAL DALAM KARYA-KARYA DJENAR MAESA AYU

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kekerasan dan trauma seksual dalam karya-karya Djenar Maesa Ayu. Penelitian ini menggunakan metode content analysis, metode ini menekankan pada kedalaman pemaknaan terhadap teks sastra tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam karya-karya Djenar Maesa Ayu kekerasan seksual dipresentasikan melalui relasi antar tokoh. Kekerasan seksual dalam karya-karya Djenar meliputi pelecehan seksual, perkosaan, dan penyiksaan pada tokoh-tokohnya. Pelecehan seksual yang dihadirkan dalam karya-karya Djenar meliputi pelecehan seksual yang dilakukan olah laki-laki (laki-laki sebagai subjek dan wanita sebagai objek) juga oleh wanita (wanita sebagai subjek dan laki-laki sebagai objek). Djenar dalam mempresentasikan pelecehan seksual tersebut tetap meletakkan wanita sebagai sosok hero, sosok yang kuat, sosok yang ingin menikmati laki-laki bukan untuk dinikmati laki-laki. Karya-karya Djenar mempresentasikan beberapa bentuk kekerasan seksual berupa perkosaan, mulai dari masalah perkosaan laki-laki pada wanita, perkosaan sesama teman, perkosaan anak-anak oleh orang dewasa, bahkan perkosaan ayah pada anaknya. Presentasi kekerasan seksual melalui perkosaan dihadirkan dengan menempatkan tokoh wanita sebagai objek (korban perkosaan) juga sebagai subjek (pemerkosa). Apapun posisi tokoh wanita, sebagai subjek atau sebagai objek seksualitas, selalu diakhiri dengan presentasi keperkasaan pada diri tokoh wanita tersebut, bukan pada pihak laki-¬laki. Hal ini menghancurkan konstruksi awal tentang kekuatan laki-laki dan wanita dalam seksualitas lebih kuat laki-laki. Kekerasan seksual melalui penyiksaan dalam karya-karya Djenar pada awalnya memberi kesan pada pembaca adanya superioritas laki-laki atas wanita, wanita biasanya menjadi objek kekerasan laki-laki. Namun, di balik itu semua, karya-karya Djenar justru mengedepankan wanita sebagai pemegang kendali. Kedudukan laki-laki terkesan dikikis oleh Djenar. Kekerasan seksual dalam karya-karya Djenar memperlihatkan ketidaktahuan dan kegamangan korban akan pengetahuan seksualitas sejak dini. Budaya Indonesia yang penuh tabu menyebabkan anak-anak dibiarkan menemukan seksualitasnya sendiri, sehingga dalam pencarian tersebut kerap muncul kesadaran yang salah dan bahkan trauma. Kekerasan fisik ataupun psikis yang dialami seseorang akan mengakibatkan derita psikis yang berkepanjangan dan mempengaruhi perilaku sehari-hari yang bersifat traumatik. Fenomena-fenomena tersebut menunjukkan bahwa kekerasan psikis terhadap seseorang berakibat fatal, terutama dalam proses pembentukan perilakunya

    GENRE SASTRA SEKSIS: SEKSUALITAS DALAM NOVEL DAN KUMPULAN CERPEN KARYA TIGA (3) PENGARANG PEREMPUAN INDONESIA MUTAKHIR

    Get PDF
    Penelitian ini berkeinginan untuk mengungkap berbagai bentuk eksplorasi seksulitas dan peenokoha yang terdapat dalam novel novel dan kumpulan cerpen karya tiga perempuan pengarang Indonesia Mutakhir. Ketiga karya sastra tersebut adalah Novel Saman karya Ayu Utama, Jangan Main-Main (dengan kelaminmu) karya Djenar Mahesa Ayu, dan Mahadewa-Mahadewi karya Nova Riyanti Yusuf. Tema seksualitas merupakan mainstream dalam karya sastra perempuan pengarang belakangan ini. Seksualitas bukan dipahami sebagai hubungan seks laki-laki dan perempuan, melainkan terdapat interaksi sosial, relasi sosial sekaligus problem gender dalam hubungan tersebut. Penelitian ini bertujuang untuk; I) Mengetahui dan memahami diskursus genre sastra feminis yang ditampilkan dalam novel dan kumpulan cerpen karya tiga (3) pengarang perempuan Indonesia mutakhir, yaitu Ayu Utami, Djenar Mahesa Ayu dan Nova Riyanti Yusuf, 2). Mengetahui dan memaharni diskursus seksualitas perempuan yang terkandung dalam novel dan kumpulan cerpen karya tiga (3) pengarang perempuan Indonesia mutakhir, yaitu Ayu Utami, Djenar Mahesa Ayu dan Nova Riyanti Yusuf. Upaya untuk mengungkapkan perlawanan terhadap kultur patriarkhi direpresentasikan bukan hanya dalam ruang social politik dan ekonomi, melainkan juga melalui rekonstruksi seksualitas yang dimainkan oleh perempuan. Tokoh-tokoh perempuan dalam karya-karya tersebut merepresentasikan sosok perempuan yang menolak terjadinya sub ordinasi, terlebih dalam problem seksualitas. Untuk memperoleh hasil yang tepat dan jelas tentang ada tidaknya semangat ferninis, maka dihadirkanlah metode penelitian sastra dengan pendekatan kritik sastra ferninis. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat terungkap bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang menimpa kaum perempuan sekaligus upaya mereka keluar dari belitan kultur patriarkhi yang menindas tersebut. Seksualitas dalam karya sastra dalam kenyataannya menjadi salah satu alat untuk melakukan perlawanan atas ketidakadilan gender sekaligus juga untuk menguatkan identitas keperempuanan. Realitas tersebut direpresentasikan oleh tokoh dan penokohan dalam karyakarya sastra perempuan pengarang Indonesia mutakhir dengan genre sastra seksis

    PERUBAHAN SISTEM PENGUASAAN TANAH DAN PENGARUH SOSIALNYA TERHADAP PETANI DI PEDESAAN BOYOLALI TAHUN 1911-1939

    No full text
    This study describes change in the land tenure system and the Boyolali peasants� reaction in coping with the change occurred in the beginning of 20th century. The implementation of land reorganization by Sunan Pakubuwono X due to the insistence of the colonial government which firstly aimed at promoting the economic social condition of Boyolali peasants but then turned to raise the social unrest of the peasants is interesting to study and re-disclose, especially on its uniqueness. The subject problem of this study is the policy on reorganization of land tenure system and the reaction of the peasants in coping with the changing. The main research question of this study is why the royal government together with the colonial government reorganized the land tenure system in Boyolali. This study will apply the historical method taking the time period between 1911 and 1939. The primary sources used in this study include local and colonial documents, newspapers, magazines, articles, books collected from the Library of Solo Royal Palace, Reksopustoko Library, National Library, Gadjah Mada Library, Regional Library, National Archives, personal collections, and many other more. The result of the study indicates that land had strategic meaning for Boyolali population. It was so important in meaning that the authority, both royal and colonial, attempted to regulate its property rights to gain the advantages from the land. The Dutch colonial government tried to distance the peasants� relations from the traditional authority to facilitate aneasy leasing process. The life condition of Boyolali peasants in the beginning of the years had raised the economic, social, and political problems. The peasants who had applied the traditional pattern which placed them as the agent to manage the royal land and to process the land as form of their loyalty to the direct authoritywere radically imposed to switch to the rationallegal system and serve to the plantation authority. There was a transition process in the community which did not have such a strong root that resulted in the social upheavals. The change in the land ownership status, the emerging plantation, and the change of primordial bound had raised high elites, the peasants� concerns, and the nationalism spirit in the beginning of the independence. In the change of the land tenure system in Boyolali, there were at least three components which played the important role, namely traditional authority, colonial authority, and population or peasants. This study concludes that every single change which is imposed to an established and strongly-rooted order of community will result in the community breakdown and anxiety. This is a fertile land to grow social protests which will further be an explosion of retaliation toward the coercive authority which enforces a new system in arbitrary

    KAJIAN POSKOLONIAL TERHADAP BUKU AJAR KETERAMPILAN BAHASA INGGRIS YANG DIGUNAKAN DI UNIVERSITAS DI INDONESIA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi bentuk-bentuk poskolonial yang ada pada buku ajar keterampilan Bahasa Inggris yang digunakan di universitas di Indonesia. Objek dari penelitian ini adalah buku-buku ajar keterampilan Bahasa Inggris tersebut. Terdapat empat universitas yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini, yaitu Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Pendidikan Indonesia dan Universitas Negeri Surabaya. Analisis data dilakukan dengan menerapkan analisis konten, metode deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diantara sembilan bentuk poskolonial yang dikaji dalam penelititan ini, yaitu superioritas Barat, subordinasi Timur, praktik penjajahan, mimikri, hibriditas, diaspora, politik tubuh, nasionalisme, serta abrogasi dan apropriasi, tujuh bentuk poskolonial ditemukan dalam tulisan ini

    Resepsi Novel-Novel Mutakhir Berlatar Eropa dan Implementasinya dalam Pembelajaran Pluralisme

    No full text
    Penelitian ini secara khusus pada tahun pertama bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan latar diakronik Eropa yang ditampilkan dalam novel-novel mutakhir berlatar Eropa; (2) mendeskripsikan latar lokatif Eropa yang ditampilkan dalam novel-novel mutakhir berlatar Eropa; (3) mendeskripsikan latar status sosial Eropa yang ditampilkan dalam novel-novel mutakhir berlatar Eropa; (4) mendeskripsikan citra Eropa yang direfleksikan dan dikonstruksi dalam novel-novel mutakhir berlatar Eropa. Pada tahun pertama dilakukan studi atas dokumen dari sejumlah karya sastra mutakhir berlatar Eropa yang telah diresepsi di Indonesia, dalam konteks ini karya-karya tersebut telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh penerbit Indonesia. Objek penelitian ini yaitu sembilan novel mutakhir berlatar Eropa. Novel-novel yang dimaksud adalah novel-novel yang memiliki latar cerita secara realistik wilayah Eropa. Untuk validitas data penelitian dipergunakan teknik validitas semantis dan untuk reliabilitas data penelitian dipergunakan teknik intrarater dan interrater. Data yang terkumpul dan terkategorisasi kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Berdasarkan pembahasan penelitian, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut. Pertama, dari novel-novel yang dikaji terdapat sejumlah novel yang mengambil latar Eropa pada penggal waktu sejarah tertentu, khususnya pada masa abad pertengahan. The Name of The Rose (Umberto Eco) mengambil latar Eropa pada bulan November 1327 di sebuah Biara Benekdiktin yang terdapat di Italia Utara. Baudolino (Umberto Eco) juga serupa dengan mengambil latar Eropa pada masa pemerintahan Raja Frederick II yang hidup pada 1194—1250. Secara geografis, latar yang ditampilkan dalam novel ini cukup luas, tidak hanya terfokus pada kota-kota Italia seperti Roma, Milan, Venesia, atau Allesandria saja tetapi juga ke Paris (Perancis), Yunani, Istanbul, Yerusalem, bahkan hingga ke wilayah sebelah timur Turki. Hal serupa juga terdapat pada novel Namaku Merah Kirmizi (Orhan Pamuk). Latar novel ini terjadi pada masa sekitar akhir abad ke-16. Persisnya peristiwa utama dalam novel ini berlangsung di kawasan Istanbul ketika kekhalifahan Usmaniah diperintah oleh Sultan Murad III yang hidup pada 1574—1595. Meskipun kejadian utamanya berlangsung di kota Istanbul, Turki, cerita yang terjalin dalam novel ini juga meluas ke wilayah-wilayah lain di Eropa kala itu seperti Venesia, Italia. Kedua, terdapat beberapa novel yang mengisahkan latar Eropa secara flash back. Artinya, rentang kesejarahan Eropa dikisahkan sebagai penjabaran atau semacam kisah berbingkai tetapi alur utamanya berawal dari periode masa kini kemudian merentang ke masa lalu. Hal semacam ini terdapat dalam novel-novel The Historian (Elizabeth Kostova), Angels & Demons, The Da Vinci Code (Dan Brown), dan Foucault’s Pendulum (Umberto Eco). The Historian diawali pada penemuan sebuah buku misterius oleh seorang gadis pada tahun sekitar tahun 1970-an di Amerika Serikat. Kisahnya kemudian merentang pada berbagai peristiwa historis di Eropa. Kisah novel ini terkait dengan kehidupan seorang Vlad Tepes yang hidup pada 1431—1476, tokoh yang dianggap oleh Eropa sebagai penentang Istanbul atau kekhalifahan Usmaniah. Tokoh inilah yang kemudian dikenal sebagai Dracula, tokoh nyata yang penuh dengan misteri dan kontroversi termasuk kematiannya. Angels & Demons dan The Da Vinci Code adalah novel sekuel (kelanjutan) dengan tokoh utamanya seorang dosen simbologi asal Universitas Harvard, Amerika Serikat bernama Robert Langdon. Sepertinya kedua novel karya Dan Brown ini mengambil pola cerita yang sama. Ada sebuah kematian misterius, kemudian Langdon mengurai teka-teki kematian tersebut tetapi malah menemukan sejumlah misteri besar yang sebetulnya sangat berpengaruh pada perjalanan sejarah Eropa (bahkan dunia). Dalam Angels & Demons, Langdon mengungkap kematian seorang ilmuwan yang juga seorang rahib dan akhirnya mengungkap berbagai persoalan gereja (Katolik) dengan pihak illuminati. Sementara dalam The Da Vinci Code, awalnya Langdon menemukan kurator museum yang sebetulnya tokoh Biarawan Sion yang tewas dibunuh dan berlanjut pada pengungkapan pertarungan antara pihak gereja dengan kelompok Priory of Sion. Tentu saja dengan sejumlah informasi historis lainnya yang menjadi perdebatan menarik. Hal serupa juga terjadi pada novel Foucault’s Pendulum yang latar utamanya terjadi pada sekitar tahun 1970-an di Milan, Italia. Akan tetapi kisahnya merentang pada durasi waktu dan wilayah yang hampir meliputi wilayah Eropa. Novel ini relatif kompleks dari segi teknik penceritaannya dengan sederet informasi historis yang disuguhkan meskipun informasi tersebut secara tidak langsung memiliki kesamaan dengan kedua novel Dan Brown. Dalam novel ini Eco mengangkat sejarah pertarungan antara pihak gereja dengan Knight Templar, kelompok yang seringkali ditengarai identik dengan Priory of Sion, Illuminati, Freemasonry, atau sejumlah nama sejenis lainnya. Ketiga, ada sejumlah novel yang mengisahkan peristiwa yang dialami tokoh-tokohnya dalam tempat, waktu, dan kelompok sosial yang lebih terbatas, khususnya terkait dengan masa kini. Latar Kitab Lupa dan Gelak Tawa (Milan Kundera) terjadi pada masa 1940-an hingga 1970-an dengan sejumlah peristiwa yang terjadi di Praha atau Cekoslowakia pada umumnya. Latar ini menjadi tipikal karena Praha atau Cekoslowakia pada masa itu adalah kota dan negara yang tipikal dikuasai oleh pihak komunis. Latar yang disajikan dalam novel ini bisa dikatakan mewakili Eropa Timur semasa partai komunis mulai mendominasi kehidupan di wilayah tersebut. Novel Ikan Tanpa Salah (Alfred Birney) malah menampilkan tokoh Edu atau Eduart sebagai manusia yang mengalami dilema dengan masa lalunya, sebagai manusia Indo. Latarnya terjadi tentu saja setelah masa penjajahan selesai di sebuah kawasan negeri Belanda. Latar tempat novel ini merupakan latar yang tersempit jika dibandingkan dengan novel lainnya karena peristiwanya hanya terjadi pada sebuah keluarga Indo dengan rumah kenangan yang membawa ingatan Edu ke sejumlah peristiwa masa lalu, khususnya dengan bapaknya. Keempat, latar Eropa (yang ditampilkan lewat latar tempat, latar waktu, dan latar sosial) pada novel-novel ini merupakan refleksi kehidupan Eropa dengan segala kehidupannya. Tentu saja tidak persis dan menyeluruh. Masing-masing menggunakan porsi dan engle yang berbeda dalam mendeskripsikan Eropa. Gambaran ini menjadi penuh warna dan tidak terkesan dogmatis. Kelebihan karya sastra dalam mendeskripkan latar peristiwa menjadi suatu kelebihan bagi pembaca guna mendalami atau mengenal sebuah kawasan dengan lebih menyenangkan. Bagi pembaca Indonesia, novel-novel tersebut bisa menjadi pemerkaya dalam mengenal atau mempelajari Eropa dengan lebih menyenangkan. Dengan membaca karya-karya novel semacam ini pembaca Indonesia bisa lebih mengenal Eropa. Hal ini bisa menjadi suatu pertautan dalam mengartikan Eropa, memandang Eropa. Pengenalan semacam ini bisa menjadi pembuka wawasan terhadap Eropa yang sesungguhnya, bukan berdasarkan stereotype yang selama ini diperkenalkan. Dalam proses pembacaan, seseorang akan mengalami transformasi pemikiran, termasuk dalam memandang Eropa, memandang sejarah Eropa, memandang geografi Eropa, bahkan status sosial atau kultur Eropa pada umumnya

    Pengembangan pariwisata dan masyarakat : kajian tentang peran serta masyarakat setempat dalam pengembangan pariwisata G.Bromo serta dampak sosial budaya yang timbul akibat pengembangan tersebut

    Get PDF
    Pengembangan pariwisala memberikan pengaruh baik: yang posilif maupun negatif pada masyarakat setempat. Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa pembangunan pariwisata lebih banyak menghasilkan kerugian dalam hal sosial dan kebudayaan ketimbang pembangunan di sektor yang lainnya. Pendapat semacam ini banyak pcmerintah di negara -negara sedang berkembang yang mengabaikan masyarakat setempat (lokal) dalam membangun obyek-obyek wisata, bahkan tidak jarang mereka terpaksA pindah ke tempat lain
    corecore