7 research outputs found

    Karakteristik Brownies Panggang dengan Substitusi Tepung Bengkuang (Pachyrizus erosus L.) dan Pemanis Daun Stevia (Stevia Rebaudiana Bertoni M.)

    Get PDF
    This study aimed to find out the effect of jicama flour substitution, and stevia leaf  substitution as the sweetener, and the interaction on proximate and sensory characteristic of baked brownies. The research was conducted using a completely randomized design (CRD) consisting of two factors. The first factor was the substitution ofjicama flour (B) with 4 levels of the jicama flour: 30%(B1), 40% (B2), 50%(B3), and 60%(B4). The second factor was the concentration of stevia leaves as the sweetener (S) with 3 levels: 1.75 grams (S1), 2.75 grams(S2), and 3.75 grams (S3). Proximate analysis parameters included moisture content, ash content, fat content, total sugar content, crude fibre content, and swelling power test. Sensory test parameters included colour, texture, aroma, taste and preference. The results indicated that the substitution treatment of jicama flour (B) had a significant effect on proximate analysis especially on the variable of total sugar content, crude fibre content, and swelling power. While the sensory properties had no significant effect on all variables. The treatment of adding stevia leaves (S) had a significant effect on the proximate analysis on ash content, total sugar content, and crude fibre content variables; and on sensory analysis, it affected the texture variable. The treatment interaction (SxB) had a significant effect on proximate analysis on several variables (ash content, total sugar content, fibre content, and swelling power), while sensory analysis had no significant effect on all variables. The best treatment was based on proximate and sensory analysis on the treatment of adding 1.75-gram stevia leaves and 60% jicama flour substitution (S1B4) with 22.67% water content, 1.44% ash content, 25.67% total sugar content, 28.85%fiber crude content, swelling power of 64.72%, colour of 4.00 (slightly dark brown), texture of 2.00 (thick), the aroma of 4.13 (slightly delicious), taste of 3.13 (slightly sweet), and preference of 3.33 (slightly like).

    PENINGKATAN NILAI GIZI DAN DAYA TERIMA SENSORIS PADA TEMPE BIJI KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus L) DENGAN PENAMBAHAN BIJI WIJEN

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan biji wijen kandungan gizi yang diuji proksimat dan daya terima sensori tempe biji kecipir. Rancangan penelitan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) factorial dengan tiga taraf yaitu: W1: 5% dari 100 gram berat biji kecipir, W2: 10% dari 100 gram berat biji kecipir, W3: 15% dari 100 gram berat biji kecipir. Hasil penelitian menunjukan penambahan biji wijen (W) berpengaruh nyata terhadap analisis proksimat pada variabel (kadar abu, lemak, serat kasar dan HCN) dan terhadap analisis sensoris pada variabel (tekstur dan aroma). Perlakuan terbaik pada analisis proksimat dan sensoris adalah perlakuan penambahan biji wijen 15% dengan kadar protein  30.53 %, HCN 0.02 mg/100g, kadar air 20.06 %, kadar abu 2.64%, lemak 11. 80%, serat kasar 6.49 % dan karbohidrat by difference 35.30%; dengan nilai kesukaan padawarna 2.69 (agak kusam), tekstur 2.67 (agak keras), bau 2.31 (bau “langu”), rasa 2.86 (hambar), kenampakan 3.26 (agak kompak) dan kesukaan 2.34 (agak suka). Tempe Biji Kecipir, Biji Wijen, Proksimat, Sensoris

    Karakteristik Minuman Sinbiotik Soyghurt Kedelai ( Glycine Max ) Dan Edamame ( Glycine Max (L) Merill ) Dengan Penambahan Inulin Pada Konsentrasi Yang Berbeda

    Get PDF
    Minuman sinbiotik merupakan minuman yang mengandung bakteri probiotik sekaligus prebiotik sebagai bahan pangan bakteri probiotik. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis kedelai, konsentrasi inulin dan interaksinya terhadap kandungan proksimat dan organoleptik minuman sinbiotik soyghurt. Penelitian dilakukan di Laboratorium Agroteknologi dasar Fakultas Pertanian dan Perikanan Universitas Muhammadiyah Purwokerto mulai bulan Oktober hingga November 2021. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama jenis kedelai: Kedelai ( Glycine max ) (K1) dan Edamame ( Glycine max L. Merill ) (K2). Faktor kedua konsentrasi Inulin: 0% (I0), 3% (I1), 5% (I2), dan 7% (I3). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan jenis kedelai (K) berpengaruh nyata terhadap kadar air, kadar lemak, karbohidrat, viabilitas bakteri asam laktat, dan tingkat kesukaan warna soyghurt. Variasi konsentrasi inulin (I) berpengaruh nyata terhadap kadar air, pH, kadar protein, karbohidrat, viabilitas bakteri asam laktat (BAL), dan tingkat kesukaan warna, aroma, rasa, kekentalan, dan kesukaan keseluruhan. Interaksi K dan I berpengaruh nyata terhadap analisis proksimat pada variabel kadar air, pH, kadar protein, kadar lemak, karbohidrat dan viabilitas bakteri asam laktat. Sedangkan terhadap analisis sensoris berpengaruh nyata terhadap variabel warna, aroma, rasa, kekentalan dan kesukaan. Perlakuan terbaik berdasarkan uji proksimat dan sensoris adalah perlakuan kedelai edamame dengan penambahan konsentrasi inulin 3% ( K2I1 ) dengan kadar air 85,2%, pH 4,45%, kadar abu 0,32%, kadar protein 3,14%, kadar lemak 2,78%, kadar serat 0,021%, karbohidrat 8,55% dan viabilitas BAL 4,2x108 CFU/ml. Warna 4.35 ( Netral ), aroma 4,05 ( Netral ), rasa 3,6 ( Netral ), kekentalan 4,25 ( Netral ) dan kesukaan keseluruhan 3,95 ( Netral )

    The Characteristics Of Soyghurt Synbiotic Dring Of Yellow Soybean (Glycine max) And Black Soybean (Glycine soja L.) With Additional Inulin At Different Concentrations

    Get PDF
    Synbiotic drinks are beverages that contain probiotic bacteria as well as prebiotics as a substrate for probiotic bacteria. This study aims to determine the type of soybean, the concentration of inulin, and the interactions that affect the proximate and organoleptic characteristics of soyghurt synbiotics. The research was conducted at the basic Agrotechnology Laboratory, Faculty of Agriculture and Fisheries, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, from April to June 2022. This study used a Completely Randomized Design (CRD) of two factors. The first factor is soybean type: Yellow soybean (Glycine max) not peeled (K1), yellow soybean (Glycine max) peeled (K2), black soybean (Glycine Soja L.) peeled (K3), and black soybean (Glycine Soja L.) not peeled (K4). The second factor was the concentration of Inulin: 0% (I0), 3% (I1), 5% (I2), and 7% (I3). Observation variables measured pH, water content, protein content, ash content, carbohydrate content, fat content, fiber content, lactic acid bacteria viability test, antioxidant and organoleptic activity. The results showed that K4I3 (unpeeled black soybean) between soybean type and inulin concentration affected the proximate and organoleptic characteristics. The values were pH 4.30, water content 84.29, protein 6.29, ash content 0.21, carbohydrates 8 .32, fat 0.89, fiber 12.39, BAL 25x108 CFU/ml, antioxidant 50.93, color 3.95 (Neutral), aroma 4.5 (Neutral), taste 4.4 (Neutral), Softness 4 .3 (Neutral) and a total of 4.25 (Neutral)

    UPAYA PENINGKATAN EKONOMI WARGA MELALUI PENGOLAHAN PASCA PANEN DAN PEMASARAN SAYURAN HIDROPONIK

    Get PDF
    The community empowerment program was carried out in Datar Village, Sumbang Banyumas Regency. This empowerment focuses on marketing and post-harvest processing problems where the solution offered is to provide information related to marketing concepts for hydroponic vegetables, post-harvest assistance, and also vegetable processing training. The target of this empowerment is a group of women farmers and villagers who are active in hydroponic cultivation and who are willing to take part in training related to marketing and post-harvest processing. The method used is in the form of lectures/counseling, mentoring, and direct practice in making processed vegetable products from the residents' vegetable cultivation. These stages have been successfully carried out which have had a positive impact on improving the economic welfare of the community and achieving community food self-sufficiency. &nbsp

    Sosialisasi Titik Kritis Halal Pangan Cepat Saji Bagi Kader IMM Kabupaten Banyumas

    Get PDF
    Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsinya. Berkaitan dengan makanan, dikenal istilah halal dan tayib. Halal tersebut berarti segala sesuatu yang diperbolehkan untuk dimakan menurut hukum Islam, sedangkan tayib berarti segala sesuatu yang aman untuk dikonsumsi, bersih, menyehatkan dan bermutu. Jaminan produk halal di Indonesia diatur dalam undang undang Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (JPH). Melalui undang-undang tersebut maka dapat diketahui bahwa produk pangan yang bersertifikasi halal memiliki pasar yang lebih luas dibanding produk yang belum bersertifiaksi halal. Penerbitan sertifikat halal didahului dengan adanya audit. Namun sayangnya tahapannya memerlukan proses yang cukup rumit dan memerlukan ketelitian, sehingga masih banyak produk pangan yang belum bersertifikasi halal. Langkah antisipasi konsumsi makanan non halal oleh kelompok mitra yang ditawarkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah dengan memberikan sosialisasi mengenai titik kritis bahan pangan. Transfer pengetahuan dilakukan dengan sosialisasi daring dan pembuatan poster mengenai tema terkait. Hasil evaluasi kegiatan menunjukkan bahwa kegiatan sosialisasi mengenai titik kritis pada produk pangan cepat saji meningkatkan pemahamaman kelompok mitra terhadap halal dan haram dari produk makanan. Berdasarkan hasil analisis nilai pre test dan post test diketahui bahwa terjadi peningkatan pemahamaan kelompok mitra terhadap isi materi menajdi 81,33% (baseline nilai ≥60). Hal ini meningkat cukup pesat dibandingkan sebelum dilakukan penyuluhan yang hanya berkisar 32,06%

    Efektifitas Pengeringan Chip Singkong Menggunakan Infrared dan Hot Air Dryer dalam Pembuatan Modified Cassava Flour (MOCAF)

    Get PDF
    Mocaf adalah makanan fungsional yang merupakan modifikasi dari tepung tapioka dengan bantuan proses fermentasi bakteri asam laktat. Nilai fungsional dari mocaf karena mempunyai kadar serat yang lebih besar dari tepung non-modifikasi. Salah satu tahapan dalam pembuatan mocaf pengeringan chips singkong dari hasil proses perendaman proses fermentasi. Umumnya pengeringan dilakukan menggunakan bantuan sinar matahari akan tetapi kualitas produk hasil chip kering tidak dapat dikontrol karena pengaruh cuaca dan musim hujan. Hal ini perlunya dilakukan pengeringan secara otomatis menggunakan hot air ataupun bantuan energi lain seperti radiasi infrared (IR). Penelitian ini bertujuan membandingkan efektifitas pengeringan chip singkong dalam pembuatan tepung mocaf dengan menggunakan dengan dua metode yaitu dengan pengeringan dengan bantuan IR dan hot air pada suhu 30 dan 40 oC dengan respon berupa moisture content tiap satuan waktu. Profil laju pengeringan dan estimasi dari hasil persamaan dari hasil eksperimen dilakukan sebagai dasar untuk estimasi waktu pengeringan. Hasil menunjukkan bahwa profil laju pengeringan semua sampel mempunyai pola yang hampir sama dan hampir berimpit kecuali pada variable IR pada suhu 30 oC. Hasil estimasi waktu pengeringan tiap variable didasarkan dari persaman polynomial orde dua. Hasil menunjukkan bahwa pengeringan chip dengan menggunakan IR pada suhu 40 oC berlangsung selama 13 jam sedangkan hot air pada suhu yang sama selama 15 jam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengeringan dengan bantuan IR pada suhu 40 oC masih lebih efektif dibandingkan dengan hot air pada suhu yang sama
    corecore