6 research outputs found

    Perbaikan Sifat Tanah pada Lahan Berpasir Dengan Pemberian Pupuk Kandang dan Pupuk Hayati

    Get PDF
    Santari PT, Amin M, mulyawan R. 2021. improvement of Soil Properties on Sandy Soil By Providing Amelliorant and Biofertilizers. In: Herlinda S et al. (Eds.), Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-9 Tahun 2021, Palembang  20 Oktober 2021. pp. 854-862.  Palembang: Penerbit & Percetakan Universitas Sriwijaya (UNSRI). Nutrients N, P, K are nutrients needed by plants in large amounts because these elements affect the growth and production of plants. N, P, K deficiencies are often found, especially in sandy soil types. Sandy soil has a low content of organik matter and nutrients. In sandy soil, the sand fraction content is high so that the nutrients are not easily bound, it is easy to pass water, and the total number of microorganisms is relatively low. The existence of these obstacles makes sandy soils need further management so that they can be used optimally. Ways that can be done to improve and increase the status of soil fertility are by giving manure and biological fertilizers. It is believed that the application of manure and biological fertilizer can improve physical, chemical, and biological properties. The provision of manure and biological fertilizers can increase plant productivity because they can be a stimulant in nutrient availability and improving soil physical properties. Several studies and literature on the application of manure and biological fertilizers on sandy soils have been carried out, either singly or in combination. This paper aims to compile the results of research on the application of manure and types of biological fertilizers applied to sandy soils so that a conclusion can be found that can be recommended by farmers in managing sandy soils

    Pemberian Mikoriza dan Biostimulan Ekstrak Rumput Laut terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung di Rasau Jaya, Kalimantan Barat

    Get PDF
    Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, merupakan salah satu sentra jagung di Provinsi Kalimantan Barat. Sebagian besar jagung ditanam di lahan gambut dengan produktivitas masih tergolong rendah, rata-rata 3,8 ton/ha. Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat kesuburan tanah. Untuk meningkatkan kesuburan tanah pada lahan gambut perlu dilakukan penambahan pupuk hayati. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah gambut melalui pemberian mikoriza dan biostimulan ekstrak rumput laut terhadap pertumbuhan dan produktivitas dua varietas jagung di Rasau Jaya. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor yaitu pupuk hayati dan/atau biostimulan serta varietas jagung yang diulang sebanyak lima kali. Faktor pertama adalah pupuk hayati berupa mikoriza (Gloumus, Aucolaspora, dan Gigaspora) (T1), biostimulan ekstrak rumput laut (T2), kombinasi mikoriza dan ekstrak rumput laut (T3), dan kontrol (T0). Faktor kedua adalah varietas jagung Sukmaraga (V1) dan Bisi 22 (V2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian mikoriza dengan biostimulan ekstrak rumput laut berpengaruh terhadap tinggi tanaman, bobot tongkol, bobot biji per tongkol, dan bobot panen kering pipilan jagung di lahan gambut. Mikoriza dengan biostimulan ekstrak rumput laut dapat memberikan peningkatan bobot panen kering pipilan sebesar 62,85% pada varietas Sukmaraga dan 56,42% pada varietas Bisi 22 di lahan gambut

    Performance of Shallots (Allium Ascalonicum L) in Peat Soil with Organic Fertilizer and Arbuscular Mycorrhizal Fungi (AMF)

    Get PDF
    Peat soil has the potential and is widely available to be used for shallot cultivation with good and proper management, peat land is classified as marginal land for various types of plants because the soil condition is saturated with water, reacts acidic and contains toxic organic acids and low nutrient status so the condition of plant root media that is not conducive to root development so that it becomes a limiting factor in shallot cultivation. Efforts to increase peatland productivity for shallot cultivation can be carried out by adding organic fertilizers and using rhizosphere microorganisms such as Abuscular Mycorrhizal  Fungi (AMF), this study aims to get a dose of organic fertilizer and AMF which can increase shallot production on peat soil. The research method used a separate experimental design (Split Plot) Completely Randomized Design  which consisted of 2 factors, namely: AMF treatment (M) main plot consisting of 2 levels (without AMF application and AMF application), the second factor was the dose of organic fertilizer (O) child plot consisting of 6 levels (0 tons ha-1 , 3 tons ha-1, 6 tons ha-1, 9 tons ha-1, 12 tons ha-1 and 15 tons ha-1) there were 12 treatments each repeated 3 times, which was carried out in January-April 2021 in Pontianak City with the parameters of observing plant height, number of leaves, number of tillers, harvested dry tuber weight, harvested dry plant weight and tuber diameter. and the number of leaves, while the AMF treatment independently had a significant effect on the observation of the number of tillers, the weight of harvested dry tubers, the weight of harvested dry plants and the treatment of organic fertilizer with a dose of 3 tons h-1 showed good results because they were not significantly different from the required mines 15, 12 and 6 tons ha-1 .Tanah gambut berpotensi dan tersedia cukup luas untuk dimanfaatkan untuk budidaya bawang merah dengan pengelolaan yang baik dan tepat, lahan gambut tergolong lahan marjinal untuk berbagai jenis tanaman karena kondisi lahan yang jenuh air, bereaksi masam dan mengandung asam organik yang beracun serta status unsur hara rendah sehingga kondisi media perakaran tanaman yang kurang kondusif bagi perkembangan akar sehingga menjadi factor pembatas dlaam budidaya bawang merah,  Upaya meningkatkan produktivitas lahan gambut untuk budidaya bawang merah dapat dilakukan dengan penambahan pupuk organik serta pengunaan mikroorganisme rhizosfer seperti Fungi Mikoriza Abuskular (FMA), penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk organik dan FMA yang dapat meningkatkan produksi bawang merah di tanah gambut. Metode penelitian mengunakan rancangan percobaan terpisah (Split Plot) RAL yang terdiri dari 2 faktor yaitu: perlakuan FMA (M) petak utama terdiri 2 taraf (tanpa aplikasi FMA dan aplikasi FMA), faktor kedua dosis pupuk organik (O) anak petak terdiri 6 taraf (0 ton ha-1 , 3 ton ha-1, 6 ton ha-1, 9 ton ha-1, 12 ton ha-1 dan 15 ton ha-1) terdapat 12 perlakuan setiap di ulang 3 kali, yang dilaksanakan pada Januari-April 2021 di Kota Pontianak dengan parameter pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, bobot umbi kering panen, bobot tanaman kering panen dan diameter umbi,  Hasil penelitian perlakuan pupuk organik, FMA dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap semua periode pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun, sedangkan perlakuan FMA secara Mandiri berpengaruh nyata terhadap pengamatan jumlah anakan, bobot umbi kering panen, bobot tanaman kering panen dan perlakuan pupuk organik dosis 3 ton h -1 menunjukan hasil yang baik kerena berbeda tidak nyata dengan perlakuan 15, 12 dan 6 ton ha -

    Pengaruh Pemberian Pelet dari Lumpur Kolam Ikan dan Kotoran Kambing pada Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis

    Get PDF
    A mixture of fishpond sediment and goat manure can be used to increase the growth and yield of sweet corn. This research aimed to determine the effect of pellet from the combination of fishpond sediment and goat manure with a ratio 1:1 on nutrient (N, P, and K) and yield on sweet corn. The land used was Ultisol Dramaga which was located in Cikabayan Experimental Farm, Bogor Agricultural University. The study was conducted in a greenhouse with a Completely Randomized Design (CRD) of one factor with eleven treatments: without treatment (control); standard fertilization (Urea 0.43 ton ha-1, SP-36 0.41 ton ha-1, and KCl 0.25 ton ha-1); three doses of pellet (20 ton ha-1, 30 ton ha-1, and 40 ton ha-1); three doses of fishpond sediments (10 ton ha-1, 15 ton ha-1, and 20 ton ha-1); three doses of goat manure (10 ton ha-1, 15 ton ha-1, and 20 ton ha-1). The result showed that giving 40 ton ha-1 pellet had a significant effect on the increasing pH, ammonium, and the availability of K in Ultisol and nutrient content of P, K, and the weight of dry-grain sweet corn

    Pemupukan Silikon dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sorgum

    Get PDF
    Penggunaan Silikon (Si) secara terus-menerus tanpa adanya input pemupukan dapat menyebabkan Si tersedia di dalam tanah semakin menurun. Kandungan Si yang rendah dapat menjadi faktor pembatas suatu tanaman terhadap penurunan hasil. Silikon merupakan beneficial element yang sangat dibutuhkan oleh sorgum terhadap pertumbuhannya. Sorgum merupakan tanaman alternatif yang baik terutama di daerah kering, sehingga sorgum sering mengalami cekaman defisit air. Penggunaan Si dapat menurunkan efek bahaya dari cekaman biotik seperti hama dan penyakit, dan cekaman abiotik seperti salinitas, kekeringan, defisiensi hara, dan logam berat. Pentingnya Si pada tanaman menjadi perhatian bagi para peneliti untuk menghasilkan penelitian tentang pemupukan Si pada tanaman. Nanoteknologi merupakan teknik pemupukan ramah lingkungan yang saat ini dikembangkan karena sifatnya yang efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Akan tetapi, masih banyak yang belum mengetahui tentang peran Si pada tanaman, sumber Si, dan pemupukan Si pada sorgum. Sehingga diperlukan informasi secara menyeluruh terkait peran Si hingga pemupukan pada sorgum

    Perubahan Sifat Kimia dan Pola Pelepasan Amonium dan Nitrat pada Ultisol Darmaga yang Diberi Pupuk Pelet Berbahan Dasar Lumpur Kolam Ikan: Chemical Properties Changes and Releasing Pattern of Ammonium and Nitrate on Ultisol Darmaga Fertilized by Fishpond Sediment-Based Pellet Fertilizer

    Get PDF
    Fishpond sediment-based pellet fertilizer enriched with fishpond water and goat manure was made to decrease load of nitrate contamination in water bodies. The objective of this research was to evaluate the changes of some soil chemical properties and the releasing pattern of nitrogen (N)-ammonium (N-NH4+) and N-nitrate (N-NO3-) in Ultisol Darmaga which was fertilized by pellet fertilizer. The rate of pellet fertilizer which was applied to the soil was 6.10 g of pellets/300 g of soil or equivalent to 40.8 ton of pellets ha-1. This rate was based on the amount of N fertilizer for sweet corn that was 200 kg N ha-1. The pots were incubated in 1 week, 2 weeks, 3 weeks, 4 weeks, 5 weeks, 6 weeks, 7 weeks, 8 weeks, 10 weeks, and 15 weeks at field capacity condition. Soil analyses were conducted after the end of each incubation period. The results showed that in the end of incubation period, the application of pellet fertilizer increased soil pH, organic carbon, cation exchange capacity, exchangeable bases,     N-NH4+, and N-NO3- and total available N which is the total amount of N-NH4+, and N-NO3- compared to those of control soil. As for the releasing pattern of N-NH4+ and N-NO3-, in the 1 week to 7 weeks of incubation N-NH4+ was dominant and decreased after that. The decrease of N-NH4+ was followed by the increase of N-NO3-.  The N-NO3- was dominant from 8 weeks to 15 weeks of incubation.  The results recommended that fishpond sediment-based pellet fertilizer improved the soil properties and provided available N.Pupuk pelet berbahan dasar lumpur kolam ikan yang diperkaya dengan air kolam ikan dan pupuk kandang kambing dibuat untuk mengurangi kontaminasi nitrat di badan-badan air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi perubahan beberapa sifat kimia tanah dan pola pelepasan nitrogen (N)-amonium (N-NH4+) dan N-nitrat (N-NO3-) pada Ultisol Darmaga yang diberi pupuk pelet.   Dosis pupuk pelet yang diberikan ke dalam tanah adalah 6.10 g pelet/300 g tanah atau setara dengan 40.8ton pellet ha-1. Dosis pupuk pelet yang diberikan didasarkan pada dosis pupuk N tanaman jagung manis yaitu sebesar 200 kg N ha-1. Pot-pot percobaan tersebut diinkubasi selama 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu, 4 minggu, 5 minggu, 6 minggu, 7 minggu, 8 minggu 10 minggu, dan 15 minggu pada kondisi kapasitas lapang. Analisis tanah dilakukan pada setiap akhir masa inkubasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk pelet meningkatkan pH tanah, karbon organik, kapasitas tukar kation, basa-basa dapat dipertukarkan, N-NH4+ and N-NO3- dan total N-tersedia yang merupakan penjumlahan N-NH4+ and N-NO3-.   Untuk pola pelepasan N-NH4+, dan N-NO3-, pada minggu 1 sampai minggu 7, N-NH4+ adalah bentuk N tersedia yang dominan akan tetapi menurun setelah itu. Penurunan N-NH4+ diikuti oleh kenaikan N-NO3-. Pada minggu 8 sampai minggu 15, N-NO3- adalah bentuk N tersedia yang paling dominan. Hasil penelitian merekomendasikan bahwa pupuk pelet berbahan dasar lumpur kolam ikan memperbaiki sifat tanah dan menyediakan N yang tersedi
    corecore