5 research outputs found

    Kondisi Mangrove dan Produksi Ikan di Desa Grinting, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes

    Full text link
    Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji kondisi mangrove dan hubungannya dengan produktivitas perikanan dalam skala desa. Teknik yang digunakan adalah metode survei dan pencacahan; sedangkan analisis yang digunakan ada dua, yaitu secara kuantitatif dengan uji F dan deskriptif dengan metode analisis komponen utama (PCA). Tiga area pertambakan yang diairi oleh tiga kanal sekunder yag berbeda dipilih untuk dibandingkan kondisi mangrove, kualitas air, produksi perikanan tangkap, dan produksi akuakulturnya. Hasil analisis statistik memperlihatkan bahwa ketiga kanal tersebut memiliki kondisi yang berbeda nyata, dimana areal pertambakan (kanal) I, II, dan III berturut-turut memiliki daerah hijau mangrove seluas 3,99 ha, 4,57 ha, dan 3,33 ha, dengan produksi perikanan tangkap 2,70; 3,99; dan 1,94 kg/upaya/hari; sedangkan produktivitas tambaknya masing masing sebesar 202,22; 183,33; dan 232,67 kg/ha/6 bln. Hasil uji PCA menunjukkan adanya hubungan antara mangrove, kualitas air, dan produksi perikananan tangkap serta akuakultur, dimana perikanan tangkap berbanding lurus terhadap keberadaan mangrove, DO, dan klorofil a; sebaliknya kegiatan budidaya telah mengakibatkan tekanan terhadap keberadaan mangrove dan kualitas air yang dalam hal ini terwakili oleh pH

    Potensi Bahaya Bagi Keselamatan Pengunjung di Kawasan Wisata Pantai Pangandaran Kabupaten Pangandaran Jawa Barat

    Get PDF
    Pangandaran Beach Tourism Area is one of leading tourism areas in West Java. During certain period of time, hazard has often cause accidents toward visitors in the area. Therefore, there is a need to identify physical and biological hazards which threaten visitors\u27 safety in order to develop visitor safety management. Research was carried out in June – July 2011, and an update was conducted in January – February 2017, which covered three locations, i.e. Pantai Barat, Pantai Timur, and Pantai Pasir Putih. Field observation, interview with visitors, community and lifeguard, and literature review were employed in data collection. A hundred respondents for each visitor and community was selected using convenient sampling method. The result found rip current, plunging wave, tsunami, earthquake, wave, and tide as physical hazard, while jellyfish, sea snake, sea urchin, lionfish, and stone fish as biological hazard found in the sea, and long-tailed macaque as terrestrial biological hazard. Rip current possessed substantial risk that had to be avoided through the establishment of swimming prohibition area. Visitor\u27s safety management technique option for rip current hazard involved a socialization toward visitors about self-rescue technique in case they are swept by rip current

    PENANGANAN KEJAHATAN PREMAN PADA WILAYAH HUKUM POLISI RESORT INDRAGIRI HILIR

    Get PDF
    ABSTRACT   The phenomenon of street crime in Indragiri Hilir began to develop and is undeniable, this phenomenon gave birth to a group of thugs who commit violence. Prema violence in maintaining its existence, both in the social and economic fields. Since the economy is getting harder and higher the poverty rate. Thugs in the jurisdiction of Indragiri Hilir Police Station began to increase in the area of community life. Thugs do extortion (voluntary) extortion on a voluntary or voluntary basis from the merchant community, private communities, especially in the City of Tembilahan. the number of cases of gangsterism in 2014 there were 27 cases of violent crime. the investigation process contained 21 cases, 21 cases. Keywords: Premans, Indragiri Hilir, Thuggery, Law, Tembilahan City.   ABSTRAK   Fenomena kejahatan jalanan di Indragiri Hilir mulai berkembang dan tidak dapat disangkal, fenomena ini melahirkan sekelompok penjahat yang melakukan kekerasan. Kekerasan prema dalam mempertahankan eksistensinya, baik di bidang sosial maupun ekonomi. Karena ekonomi semakin sulit dan semakin tinggi tingkat kemiskinan. Preman di wilayah hukum Kantor Polisi Indragiri Hilir mulai meningkat di bidang kehidupan masyarakat. Preman melakukan pemerasan (sukarela) dengan pemerasan atas dasar sukarela atau sukarela dari komunitas pedagang, komunitas swasta, khususnya di Kota Tembilahan. Jumlah kasus premanisme pada 2014 ada 27 kasus kejahatan dengan kekerasan. proses penyelidikan berisi 21 kasus, 21 kasus telah diserahkan ke kantor kejaksaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kendala dan implementasi Penegakan Hukum atas Tindakan Premanisme. Kata Kunci: Premanisme, Tembilahan, Polrest INHI

    Mangrove Ecosystem Resilience to Sea Level Rise: a Case Study of Blanakan Bay, Subang Regency, West Java, Indonesia

    Full text link
    This research was conducted to assess the social and ecological resiliences of mangrove ecosystem to sea level rise as a consequence of climate change. Resilience Index (RI) method was used range from 0 to 1. Sixteen resilience indicators, both ecological and social, are selected, developed, and evaluated. The indicators consist of mangrove coverage, density and diversity, aquatic fauna species, tidal flooding, salinity, sedimentation, land use, mangrove dependency and time allocation, conflicts potential, knowledge, the compliance rate, types of livelihood, institution cap, and level of education. Evaluation result indicate that the bay was divided into two categories of resilience; the majority has middle resilience because the mangrove coverage, density, and land use are high, with composite RI (CRI) range from 0.45 to 0.58. This was found in the villages of Muara, Langensari, Blanakan, Jayamukti, and Rawameneng. Only one village has high CRI of 0.69, such as the Cilamaya Girang. The main ecological factors that contribute to the high resilience of the area is the rate of sedimentation of 2 meters per year and rare tidal flooding, while the factor that contributes most to the impediment of social resilience is public knowledge about the importance of mangrove ecosystems©Penelitian ini merupakan penilaian parameter resiliensi ekologis-sosial ekosistem mangrove terhadap penaikan muka air laut sebagai konsekuensi dari Perubahan iklim. Analisis yang dilakukan adalah untuk menghitung indeks resiliensi (Resiliency Index/RI) yang menggunakan skala 0-1. Enam belas parameter (ekologis-sosial) digunakan dalam penelitian ini, yaitu: penutupan, kerapatan, keanekaragaman jenis mangrove, jenis fauna akuatik, salinitas, banjir pasang, penggunaan lahan, laju sedimentasi, ketergantungan masyarakat, alokasi waktu pemanfaatan ekosistem mangrove, potensi konflik, tingkat kepatuhan masyarakat, pemahaman fungsi mangrove, jenis mata pencaharian, kelembagaan, dan tingkat pendidikan. Hasil analisis RI menunjukkan, Teluk Blanakan hanya memiliki 2 tingkat resiliensi, yaitu Tingkat Menengah dan Tingkat Tinggi. Tingkat Menengah memiliki penutupan mangrove yang rendah, kerapatan mangrove yang rendah, dan ketergantungan pemanfaatan mangrove yang sangat tinggi dengan kisaran nilai RI 0.45-0.58 yang ditempati oleh Desa Rawameneng, Jayamukti, Blanakan, Langensari, dan Muara. Tingkat Tinggi dengan nilai RI 0.69 hanya ditempati oleh Desa Cilamaya Girang, karena memiliki laju sedimentasi dan ketergantungan masyarakat terhadap kawasan mangrove yang rendah
    corecore