22 research outputs found

    PENERAPAN TEKNOLOGI SOLAR DRYER DALAM PENGOLAHAN IKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN DI DESA LHOK SEUDU KECAMATAN LEUPUNG KABUPATEN ACEH BESAR

    Get PDF
    Reza Salima dengan Judul Skripsi "Penerapan Teknologi Solar Dryer Dalam Pengolahan Ikan dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Nelayan di Desa Lhok Seudu Kecamatan Leupung Kabupaten Aceh Besar", dengan Pembimbing Utama Bapak Ir. Kadir Zailani, MP dan Pembimbing kedua ibu Dra. Elyza Zulkifli.Permasalahan dalam penelitian adalah sejauh mana upaya penerapan teknologi pada masyarakat nelayan di Desa Lhok Seudu Kecamatan Leupung Kabupaten Aceh Besar dan faktor apa saja yang menyebabkan masyarakat nelayan di Desa Lhokseudu Kecamatan Leupung Kabupaten aceh Besar beralih pada penggunaan teknologi. Penelitian ini dilakukan di Desa Lhok Seudu Kecamatan Leupung Kabupaten Aceh Besar. Adapun objek penelitian ini adalah para nelayan yang mengolah ikan asin di Desa Lhok Seudu Kecamatan Leupung Kabupaten Aceh Besar. Dengan ruang lingkup penelitian terbatas pada variabel penerapan teknologi dalam usaha peningkatan pendapatan keluarga pasca tsunami.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana upaya penerapan teknologi pada masyarakat nelayan di Desa Lhok Seudu Kecamatan Leupung Kabupaten Aceh Besar dan faktor apa saja yang menyebabkan masyarakat nelayan di Desa Lhokseudu Kecamatan Leupung Kabupaten aceh Besar beralih pada penggunaan teknologi. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nelayan di Desa Lhok Seudu Kecamatan Leupung Kabupaten Aceh Besar. Jumlah populasi didaerah penelitian yaitu sebanyak 95 KK nelayan yang terbagi. Metodepengambilan sampel yang digunakan adalah metode acak sederhana ( simple random sampling) dengan jumlah sampel yang diambil hanya 50 % dari jumlah populasi yaitu sebanyak 48 KK.Adapun penggunaan teknologi dalam upaya peningkatan pendapatan di Desa Lhok Seudu Kecamatan Leupung Kabupaten Aceh Besar telah disosialisasikan dan penggunaannya telah berjalan. Adapun faktor yang mempengaruhi masyarakat menggunakan teknologi adalah faktor efisien penggunaan serta bisa digunakan kapan saja. Diharapkan kepada para nelayan agar mampu memanfaatkan peralatan yang terdapat didaerah mereka, selain itu diharapkan dengan adanya peralatan teknologi ini mereka mampu berproduksi lebih banyak

    PERUBAHAN RENDEMEN DAN MUTU VIRGIN COCONUT OIL (VCO) PADA BERBAGAI KECEPATAN PUTAR DAN LAMA WAKTU SENTRIFUGASI

    Get PDF
    Indonesia memiliki kebun kelapa terluas di dunia. Sayangnya, ekspor Indonesia masih dalam bentuk minyak kelapa biasa, sementara Filipina sudah mulai menjangkau dunia dengan Virgin Coconut Oil (VCO). Namun, masih kurangnya diversifikasi yang dapat dilakukan petani kelapa membuatnya lambat berkembang. Padahal, harga VCO yang tiga kali lipat dari minyak kelapa biasa membuat minyak ini potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh  putaran sentrifuse dan waktu sentrifugasi terhadap rendemen dan mutu VCO. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial 3 x 3 yang terdiri atas dua faktor yaitu faktor putaran sentrifugasi (A) dan waktu sentrifugasi (B). Faktor putaran sentrifugasi (A) terdiri atas tiga taraf yaitu:  A1 = 5000 rpm, A2 = 7500 rpm, dan A3 = 10.000 rpm. Faktor waktu sentrifugasi (B) terdiri atas tiga taraf yaitu : B1 = 10 menit, B2 = 15 menit, dan B3 = 20 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor putaran sentrifugasi berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen, kadar air, bilangan asam, dan uji organoleptik warna VCO yang dihasilkan, namun perpengaruh tidak nyata terhadap uji organoleptik aroma dan rasa VCO. Faktor  waktu sentrifugasi berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen, kadar air, dan bilangan asam VCO yang dihasilkan, berpengaruh nyata terhadap uji organoleptik warna VCO, dan berpengaruh tidak nyata terhadap uji organoleptik aroma dan rasa VCO. Minyak kelapa murni (VCO) yang dihasilkan memiliki nilai kadar air dan bilangan asam yang masih memenuhi standar Codex. Perlakuan terbaik diperoleh pada VCO yang dihasilkan dari putaran sentrifuse 10.000 rpm dan waktu sentrifugasi 20 menit, dengan rendemen 26,99 %, kadar air 0,20 %, bilangan asam 11,79 ml KOH/g sample, nilai organoleptik aroma 2,95 (agak suka), nilai organoleptik rasa 2,50 (agak suka), nilai organoleptik warna 1,20 (sangat jernih).Kata kunci : putaran sentrifugasi, waktu sentrifugasi, virgin coconut oi

    Evaluasi Kriteria Kesesuaian Lahan Kopi Arabika Gayo 2 di Dataran Tinggi Gayo

    Get PDF
    Evaluation Criteria of Land Suitability to Arabica Gayo 2 coffee in the Gayo HighlandsAbstract. Nowadays, coffee development policy is directed at production increasing and physical quality of coffee bean. To reach the best production and physical quality of Arabica coffee bean, the cultivation should be conducted on suitable land and follow the requirement for each variety of Arabica coffee. This research is conducted to evaluate the criteria of the land suitability for Arabica Gayo 2 coffee, and to define the land characteristic based on climate and soil that can affect the physical quality of Arabica Gayo 2 coffee bean. This research is treated by using survey method with descriptive analysis and soil sample analysis in the laboratory that taken from each observation site. The observation sites are examined based on altitude and slope of the land. Soil samples were analyzed about the physical and chemical characteristic of the soil. Characteristic and quality of the land from each observation sites were compared with criteria of Arabica coffee land suitability. Meanwhile, to observe the relationship between land characteristic and Arabica Gayo 2 is conducted by multiple linear correlation analysis. The results show that all of the observation sites have actual land suitability class S3 (represented marginally) and S2 (represented enough) with factors of land altitude limiting, land slope, and soil chemical properties. Potential land suitability class of S2 is represented enough with factors of land altitude limiting, land slope, rooting media (effective depth), soil texture, stone surface, and nutrient availability. Potential land suitability class of S3 is represented marginally with land limiting altitude factor. The highest of production average is obtained at Potential land suitability class of S2 with the highest production at land altitude 1400 meters above sea level and slope 40%.Abstrak. Saat ini kebijaksanaan pengembangan kopi diarahkan pada peningkatan produksi dan  kualitas fisik biji kopi. Untuk mendapatkan produksi dan kualitas fisik biji yang baik maka penanaman kopi Arabika harus dilakukan pada lahan-lahan yang sesuai dan memenuhi persyaratan bagi masing-masing varietas kopi Arabika. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kriteria kesesuaian lahan kopi Arabika Gayo 2 serta menetapkan karakteristik lahan berdasarkan iklim dan tanah yang menentukan kualitas fisik biji kopi Arabika Gayo 2. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan analisis deskriptif serta analisis contoh tanah di laboratorium yang diambil dari masing-masing tapak pengamatan. Tapak pengamatan yang diperiksa dibuat berdasarkan ketinggian tempat dan kemiringan lereng. Sampel tanah yang dianalisis adalah fisik dan kimia tanahnya. Karakteristik dan kualitas lahan dari masing-masing tapak pengamatan dibandingkan dengan kriteria kesesuaian lahan kopi Arabika. Sedangkan untuk melihat hubungan antar karakteristik lahan dan antara karakteristik lahan dengan produksi kopi Arabika Gayo 2 dilakukan analisis korelasi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua satuan lahan pengamatan mempunyai kelas kesesuaian lahan aktual S3 (sesuai marginal) dan S2 (cukup sesuai) dengan faktor pembatas ketinggian tempat, lereng dan sifat kimia tanah. Kelas kesesuaian lahan potensial adalah S2 (cukup sesuai) dengan faktor pembatas ketinggian tempat, lereng, media perakaran (kedalaman efektif), tekstur tanah, batu permukaan serta ketersediaan hara dan S3 (sesuai marginal) dengan faktor pembatas ketinggian tempat. Rata-rata produksi tertinggi diperoleh pada kelas kesesuaian lahan potensial S2 (sesuai) dengan produksi paling tinggi pada ketinggian tempat 1.400 m dpl dan lereng 40 %.

    Pemanfaatan pati tapioka dan kitosan dalam pembuatan plastik biodegradable dengan penambahan gliserol sebagai plasticizer

    Get PDF
    Tepung pati sering disebut dengan nama tepung tapioka dihasilkan dari ektrak umbi singkong. Pati tapioka dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama dalam pembuatan plastik biodegradable. Tujuan penelitian untuk membuat plastik biodegradable dari pati tapioka dan kitosan dengan menggunakan gliserol sebagai plasticizer, sehingga dapat diketahui pengaruh dari penambahan kitosan dan gliserol terhadap kualitas plastik biodegradable. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif yang meliputi analisis kuat tarik dan elongasi serta analisis biodegradabilitas sedangkan analisis kualitatif produk meliputi analisis gugus termal dan analisi gugus fungsi. Konsentrasi gliserol yang digunakan adalah 1,5 ml; 2,5 ml; 3,5 ml dan 4,5 ml dan konsentrasi kitosan 0,35 g; 0,45 g; 0,55 g dan 0,65 g. Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai kuat tarik sebesar 21.20 Mpa; nilai elongasi sebesar 11,76%; sedangkan nilai permeabilitas oksigen berkisar antara 4,82x10-6sampai dengan2,66x10-5(Barrer); nilai penyerapan air berada pada nilai 58,37%. Proses biodegradasi di dalam tanah yang mengandung bakteri EM4 dapat terurai habis selama 18 hari

    Pengaruh Pestisida Nabati Terhadap Mortalitas Hama Keong Mas (Pomacea canaliculata)

    Get PDF
    Keong mas telah menjadi hama utama pada tanaman padi, terutama pada areal sawah beirigasi.   Serangan keong mas terjadi pada anakan yang masih muda, sehingga jumlah anakan produktif menjadi berkurang. Pengendalian keong mas pada tanaman padi umumnya masih menggunakan pestisida kimia (sintetis). Penggunaan pestisida kimia menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Hal ini perlu dipertimbangkan terutama dampak residu terhadap lingkungan, kesehatan manusia dan terhadap mahluk hidup lainnya. Oleh sebab itu perlu alternatif lain yang lebih aman dalam pengendalian keong mas diantaranya dengan memanfaatkan tanaman yang ramah lingkungan menjadi pestisida nabati. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pestisida nabati  terhadap mortalitas dan rata-rata kecepatan waktu kematian hama keong mas (Pomacea canaliculata L). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non factorial dengan 4 perlakuan yaitu P0 ( Tampa pestisida Nabati), Pl (Pestisida Nabati Daun Salam), Pb (Pestisida Nabati aun Jambu Biji) dan Pj (Pestisida Nabati Daun Jati) dengan dosis masing-masing pestisida nabati 350 ml. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pestisida nabati berpengaruh sangat  nyata terhadap mortalitas dan rata-rata kecepatan waktu kematian hama keong mas (Pomacea canaliculata L) dari HSA 1 sampai dengan HSA 4 dibandingkan dengan kontrol

    Analisis Kriteria Kesesuaian Lahan terhadap Mutu Fisik Kakao di Kabupaten Aceh Besar

    Get PDF
    Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan kakao pada lokasi pengembangan kakao di Kabupaten Aceh Besar, mengetahui faktor-faktor penentu tinggi rendahnya produktifitas dan kualitas biji kakao, serta untuk mengetahui hubungan antara karakteristik lahan dengan produktifitas dan kualitas biji kakao pada lokasi pengembangan kakao di Kabupaten Aceh Besar. Metode survei dengan analisis deskriptif digunakan untuk memperoleh karakteristik lahan, penampilan tanaman kakao dan tingkat pengelolaan, kemudian contoh tanah dianalisis dilaboratorium yang diperoleh dari masing-masing tapak pengamatan. Tapak pengamatan dibuat berdasarkan ketinggian tempat dan kemirigan lereng. Setelah karakteristik lahan diperoleh dari masing-masing tapak pengamatan maka dilakukan proses pencocokan dengan persyaratan tumbuh tanaman kakao metode klasifikasi kesesuaian lahan yang disusun oleh PPKKI. Karakteristik lahan yang berkorelasi nyata dengan komponen produksi dan kualitas biji kakao diperoleh dari hasil analisis korelasi antara karakteristik lahan dan karakteristik produksi serta kualitas biji kakao. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kelas kesesuaian lahan yang sejalan dengan produksi dan mutu fisik biji kakao di Kabupaten Aceh Besar sangat sesuai (S1) untuk tapak pengamatan E1S1, E1S2, dan E1S3, kelas S2t pada tapak pengamatan E2S3, dan sesuai marginal (S3) pada tapak pengamatan E2S1, E2S2, E3S1, E3S2, dan E3S3 dengan faktor pembatas tekstur dan ketinggian tempat.Analysis of Land Suitability Criteria for Physical Quality of Cocoa in Aceh Besar RegencyAbstract. The purpose of the research was to determine the suitability of cocoa land at the location of cocoa development in Aceh Besar Regency, determine the determinants of high and low productivity and quality of cocoa beans, and to determine the relationship between land characteristics with the productivity and quality of cocoa beans at cocoa development locations in Aceh Besar Regency. The survey method with descriptive analysis was used to obtain the characteristics of the land, the appearance of the cocoa plant and the level of management, then soil samples were analyzed in the laboratory obtained from each observation site. The site of observation is based on the height of the place and the slope of the slope. After the land characteristics are obtained from each observation site, a matching process is carried out with the requirements for growing cocoa plants, the land suitability classification method compiled by PPKKI. Land characteristics that correlated significantly with the components of production and quality of cocoa beans are obtained from the results of correlation analysis between land characteristics and production characteristics and quality of cocoa beans. The results showed that the land suitability class that was in line with the production and physical quality of cocoa beans in Aceh Besar Regency was very suitable (S1) for the observation sites E1S1, E1S2, and E1S3, S2t class in the E2S3 observation site, and according to marginal (S3) on the site observations of E2S1, E2S2, E3S1, E3S2, and E3S3 with texture limiting factors and altitude

    Acetogenic Pretreatment as an Energy Efficient Method for Treatment of Textile Processing Wastewater

    Get PDF
    This chapter will introduce the concept of a novel application of acetogenic pretreatment of textile processing wastewater. Acetogenic pretreatment is traditionally limited to high solids, easy to degrade wastewater to enhance degradation for methane generation. The application of the acetogenic process to a complex wastewater from textile processing facilities is novel and has the potential to remove color, chemical oxygen demand, biological oxygen demand in an energy efficient manner compared to the existing extended aeration processes applied in the industry. The application of the acetogenic process can be achieved to existing treatment facilities with minimum retrofit. The acetogenic operation will ensure the treatment process becoming greener with a small carbon footprint to achieve the goal of efficient wastewater treatment

    Shortening of atrioventricular delay at increased atrial paced heart rates improves diastolic filling and functional class in patients with biventricular pacing

    Get PDF
    <p>Abstract</p> <p>Background</p> <p>Use of rate adaptive atrioventricular (AV) delay remains controversial in patients with biventricular (Biv) pacing. We hypothesized that a shortened AV delay would provide optimal diastolic filling by allowing separation of early and late diastolic filling at increased heart rate (HR) in these patients.</p> <p>Methods</p> <p>34 patients (75 ± 11 yrs, 24 M, LVEF 34 ± 12%) with Biv and atrial pacing had optimal AV delay determined at baseline HR by Doppler echocardiography. Atrial pacing rate was then increased in 10 bpm increments to a maximum of 90 bpm. At each atrial pacing HR, optimal AV delay was determined by changing AV delay until best E and A wave separation was seen on mitral inflow pulsed wave (PW) Doppler (defined as increased atrial duration from baseline or prior pacemaker setting with minimal atrial truncation). Left ventricular (LV) systolic ejection time and velocity time integral (VTI) at fixed and optimal AV delay was also tested in 13 patients. Rate adaptive AV delay was then programmed according to the optimal AV delay at the highest HR tested and patients were followed for 1 month to assess change in NYHA class and Quality of Life Score as assessed by Minnesota Living with Heart Failure Questionnaire.</p> <p>Results</p> <p>81 AV delays were evaluated at different atrial pacing rates. Optimal AV delay decreased as atrial paced HR increased (201 ms at 60 bpm, 187 ms at 70 bpm, 146 ms at 80 bpm and 123 ms at 90 bpm (ANOVA F-statistic = 15, p = 0.0010). Diastolic filling time (P < 0.001 vs. fixed AV delay), mitral inflow VTI (p < 0.05 vs fixed AV delay) and systolic ejection time (p < 0.02 vs. fixed AV delay) improved by 14%, 5% and 4% respectively at optimal versus fixed AV delay at the same HR. NYHA improved from 2.6 ± 0.7 at baseline to 1.7 ± 0.8 (p < 0.01) 1 month post optimization. Physical component of Quality of Life Score improved from 32 ± 17 at baseline to 25 ± 12 (p < 0.05) at follow up.</p> <p>Conclusions</p> <p>Increased heart rate by atrial pacing in patients with Biv pacing causes compromise in diastolic filling time which can be improved by AV delay shortening. Aggressive AV delay shortening was required at heart rates in physiologic range to achieve optimal diastolic filling and was associated with an increase in LV ejection time during optimization. Functional class improved at 1 month post optimization using aggressive AV delay shortening algorithm derived from echo-guidance at the time of Biv pacemaker optimization.</p

    Pre-ejection period by radial artery tonometry supplements echo doppler findings during biventricular pacemaker optimization

    Get PDF
    <p>Abstract</p> <p>Background</p> <p>Biventricular (Biv) pacemaker echo optimization has been shown to improve cardiac output however is not routinely used due to its complexity. We investigated the role of a simple method involving computerized pre-ejection time (PEP) assessment by radial artery tonometry in guiding Biv pacemaker optimization.</p> <p>Methods</p> <p>Blinded echo and radial artery tonometry were performed simultaneously in 37 patients, age 69.1 ± 12.8 years, left ventricular (LV) ejection fraction (EF) 33 ± 10%, during Biv pacemaker optimization. Effect of optimization on echo derived velocity time integral (VTI), ejection time (ET), myocardial performance index (MPI), radial artery tonometry derived PEP and echo-radial artery tonometry derived PEP/VTI and PEP/ET indices was evaluated.</p> <p>Results</p> <p>Significant improvement post optimization was achieved in LV ET (286.9 ± 37.3 to 299 ± 34.6 ms, p < 0.001), LV VTI (15.9 ± 4.8 cm to 18.4 ± 5.1 cm, p < 0.001) and MPI (0.57 ± 0.2 to 0.45 ± 0.13, p < 0.001) and in PEP (246.7 ± 36.1 ms to 234.7 ± 35.5 ms, p = 0.003), PEP/ET (0.88 ± 0.21 to 0.79 ± 0.17, p < 0.001), and PEP/VTI (17.3 ± 7 to 13.78 ± 4.7, p < 0.001). The correlation between comprehensive echo Doppler and radial artery tonometry-PEP guided optimal atrioventricular delay (AVD) and optimal interventricular delay (VVD) was 0.75 (p < 0.001) and 0.69 (p < 0.001) respectively. In 29 patients with follow up assessment, New York Heart Association (NYHA) class reduced from 2.5 ± 0.8 to 2.0 ± 0.9 (p = 0.004) at 1.8 ± 1.4 months.</p> <p>Conclusion</p> <p>An acute shortening of PEP by radial artery tonometry occurs post Biv pacemaker optimization and correlates with improvement in hemodynamics by echo Doppler and may provide a cost-efficient approach to assist with Biv pacemaker echo optimization.</p
    corecore